Jadi, Aman Gak Nih Lewat Tol Layang Japek?

Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
17 December 2019 09:35
Tol ini jadi perhatian lantaran sebagian konstruksi tol tersebut didesain bergelombang.
Foto: Melihat Jalan Tol Japek yang Bergelombang. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Tol Jakarta-Cikampek Japek II Elevated atau Tol Layang (Japek) sudah beroperasi mulai Minggu (15/12/2019). Tol ini jadi perhatian lantaran sebagian konstruksi tol tersebut didesain bergelombang.

Direktur Utama PT Jasa Marga Jalan Layang Cikampek (JJC) Djoko Dwijono angkat bicara untuk menjelaskan hal tersebut. Menurut Djoko tidak ada pertimbangan khusus dalam desain bergelombang itu. Yang jelas, tol ini tetap aman dilalui.

Djoko menegaskan, desain sudah dibuat sesuai aturan. Adapun jalan bergelombang di sejumlah titik tersebut berkaitan dengan adanya persimpangan dengan jembatan penyeberangan orang (JPO) atau jalan layang (overpass) lain.

"Hanya secara desain, untuk di lokasi-lokasi overpass dan JPO, konstruksi ditinggikan agar mendapat clearance dari OP dan JPO dimaksud sesuai dengan ketentuan yang berlaku," ujarnya melalui jawaban tertulis yang dikutip CNBC Indonesia pada Senin (16/12/2019).

Terpisah, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) juga buka suara terkait hal ini. Dirjen Perhubungan Darat Kemenhub Budi Setiyadi menjelaskan bahwa terdapat respons publik yang berlebihan.

Menurut Budi ada desain jalan bergelombang sangat ekstrem yang tersebar di media sosial tidak seluruhnya benar. "Enggak ada bergelombang kok. Itu di media sosial, enggak ada. Itu ekstrem aja masyarakat," ungkap Budi Setiyadi di kantornya, Senin (16/12/2019).

Dia mengaku memang ada beberapa titik jalan yang desainnya bergelombang. Namun tidak seekstrem yang tersebar di media sosial. Adapun desain bergelombang itu juga masih sesuai dengan ketentuan.

"Memang ada di bawah itu ada jalan, ada deketnya itu LRT, tapi kalau menurut saya enggak terlampau tinggi banget lah perbedaannya. Enggak begitu terasa. Itu yang ekstrem di media sosial saja," bebernya.

Dia menyebut, dari hasil survei sementara, masyarakat masih merasakan ketidaknyamanan melintas tol itu dikarenakan sambungan expansion joint yang belum bagus. Namun masih aman dilintasi dengan kecepatan di bawah 80 Km/Jam.

"Kami tidak merekomendasikan kecepatan di atas 80 Km/Jam. Expantion joint, sambungannya belum begitu bagus, jadi kalau ada lompatan tinggi lebih berbahaya," kata Budi Setiyadi.

Budi mengaku sudah berkoordinasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terkait hal ini. Dalam waktu dekat, akan ada perbaikan yang dilakukan.

Dia bilang, orang di dalam kendaraan yang melintasi expansion joint tersebut masih bisa merasakan getaran. Tingkat getarannya hampir mirip seperti melintasi polisi tidur di jalan-jalan kampung.

"Kalau kecepatan tinggi itu potensinya gini, kayak lompat sedikit. Itu yang bahaya," urai Budi Setiyadi.

Kendati demikian, jumlah expansion joint yang belum sempurna sudah berkurang drastis jika dibandingkan dengan kondisi beberapa waktu sebelumnya. Dia juga meyakinkan bahwa mobil yang memacu kecepatan di bawah 80 Km/Jam masih aman melintas.

"Awal mencoba memang saya terasa sekali, tapi kemarin saya lewat tidak semuanya seperti itu, sudah enak," urainya.

[Gambas:Video CNBC]


Selain persoalan expansion joint, Kemenhub juga mencatat masih adanya bekas marka jalan yang belum dihapus. Dia juga meminta marka yang tak lagi berfungsi segera dihapus.

"Supaya tidak membuat pengemudi bingung," papar Budi Setiyadi.
(hps/hps) Next Article Tol Japek II: Jalan Bergelombang Hingga 'Neraka' Macet Baru

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular