Bulog Dianggap Sedang 'Sakit', Kok Bisa?

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
12 December 2019 16:37
Bulog dianggap sedang sakit.
Foto: Tumpukan karung beras di Gudang Beras Bulog. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Jakarta, CNBC Indonesia - Perum Bulog dianggap sedang 'sakit' karena penugasannya sempat dikurangi. Salah satu yang berpengaruh pada kinerja Bulog adalah soal program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), program yang dulu bernama raskin yang kini tak sepenuhnya di tangan Bulog.

Perum Bulog bersikeras BPNT diberikan kewenangan pendistribusian BPNT kepada mereka. Alasannya sederhana, efeknya pada ketersediaan beras di gudang-gudang yang menumpuk. Padahal saat raskin masih dipegang Bulog, masalah stok bukan jadi persoalan.

"Tahun 2016-2017 kita harus menyerap 2 sampai 3 juta ton, namun ada raskin dulu. Setidaknya 2,7 juta ton pasti terserap sampai titik distribusi," kata Direktur Pengembangan Bisnis dan Industri Bulog Imam Subowo di kantor RRI pusat yang berlokasi di Jl. Medan Merdeka Barat kamis (12/11/2019).

Perubahan kebijakan langsung membuat penyerapan beras Bulog jatuh secara jomplang. Di tahun 2019 ini, hanya sekitar 350.000 ton yang mampu diserap. Alhasil, beras Bulog menumpuk di gudang. Yang lama kelamaan bisa makin rusak atau menurun kualitasnya.



Bulog sejatinya diberikan jatah untuk menjadi penyedia beras BPNT 2019 sebanyak 100% oleh Kementerian Sosial (Kemensos) selaku penyelenggara BPTN, dari sebelumnya hanya sebanyak 30%. Namun hal itu tidak sepenuhnya terealisasi, sampai saat ini Bulog masih juga berhadapan dengan distributor beras dari pemasok lainnya.

Akibat kebijakan itu juga, Bulog menyebut harus kehilangan pasar tertawan yang besar, yakni 15,5 juta rumah tangga sasaran (RTS) Rastra. Saat program itu berjalan, tiap rumah tangga menerima beras 15 kg per bulan. Sebaliknya pada BPNT kini, tak ada lagi penyaluran beras secara langsung. Pemerintah lebih memilih untuk mentransfer langsung uang bantuan Rp 110 ribu.

Demi melakukan penyerapan, Bulog berharap agar bisa mendistribusikan kepada ASN, TNI dan Polri. Tidak ketinggalan, BUMN pun ikut disasar. "Ada BUMN kerja sama penyaluran itu, 99,9 persen sampe ke rumah pegawai BUMN itu. Tapi ada 0,1% yang tidak sampai pak? Ya itu karena alamat salah atau teknis aja," ungkap Imam.

Proses jemput bola yang dilakukan untuk membangkitkan kembali angka penyerapan beras. Jika tidak, Bulog akan semakin terpuruk. "Kita sangat rasakan Bulog penyalurannya kecil. Nyerap petani kecil, jadi Bulog sakit, petani sakit. Bulog meriang, kami meriang. Bulog sakit sudah stadium 3. Harus diselamatkan," kata Ketua Umum Kelompok Tani Nelayan Andalan Indonesia Nasional Winarno Tohir di acara yang sama.

Sebelumnya Dirut Perum Bulog Budi Waseso mengaku Bulog punya utang sampai Rp 28 triliun. Utang itu bersumber dari pengadaan cadangan beras pemerintah (CBP), yang sebagian menumpuk di gudang.

[Gambas:Video CNBC]


(hoi/hoi) Next Article Guyur Beras ke Toko Ritel Modern, Bulog Setop Operasi Pasar?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular