Waduh! 20.000 ton Beras Bulog kok Bisa Rusak?

Efrem Limsan Siregar, CNBC Indonesia
04 December 2019 09:11
Sebanyak 20.000 ton beras cadangan pemerintah (CBP) atau disposal stock akan 'dibuang' Perum Bulog.
Foto: Tumpukan karung beras di Gudang Beras Bulog. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Jakarta, CNBC Indonesia - Sebanyak 20.000 ton beras cadangan pemerintah (CBP) atau disposal stock akan 'dibuang' Perum Bulog. Alasannya, mutu beras telah menurun yang membuatnya tak layak dikonsumsi masyarakat.

Pertanyaannya, kenapa beras Bulog sampai dibiarkan rusak?

Direktur Utama Bulog Budi Waseso (Buwas) mengatakan beras-beras itu tak benar-benar dimusnahkan, melainkan diolah menjadi produk lain seperti tepung, pakan ternak, atau ethanol. Ketentuan pelepasan CBP diatur dalam Permentan 38/2018 tentang pengelolaan cadangan beras pemerintah.


"Beras [disposal stock] bukan untuk dibuang. Tidak. Kita bicara soal pangan. Jadi beras sesuai keputusan Mentan 38, ada aturannya menghitung umur beras. Barang mati saja ada penyusutan, mobil, meja, ada perhitungan penyusutan, apalagi pangan," kata Buwas di kantor Bulog, Jakarta, Selasa (3/12/2019).

Mengutip Permentan 38/2018, Pasal 3 Ayat 1 disebutkan bahwa pelepasan CBP dilakukan apabila CBP telah (a) melampaui batas waktu simpan paling sedikit 4 bulan dan atau (b) berpotensi atau mengalami penurunan mutu.

Pada Pasal 4 Permentan tersebut, disebutkan bahwa CBP yang berpotensi atau mengalami penurunan mutu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b jika memenuhi kriteria paling sedikit derajat sosoh di bawah ambang batas minimum serta butir patah dan kadar air di atas ambang batas maksimum.

Beras-beras itu berada di gudang selama setahun lebih, berasal dari pengadaan tahun 2016-2017. Seiring waktu, kualitas beras kian menurun.

"Kita simpan beras pangan ada batas waktunya, tidak mungkin kita yakini tidak akan berubah [penurunan mutu]," kata Buwas.


Turunnya mutu beras Bulog dipicu beberapa faktor. Alasan utamanya, beras disimpan terlalu lama di gudang. Hal ini konsekuensi dari terhambatnya distribusi beras Bulog dalam beberapa tahun terakhir.

Bulog pernah menjadi penyedia beras untuk program beras sejahtera (rastra). Namun, seiring bergantinya program rastra ke program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), perlahan alokasi beras Bulog menjadi berkurang drastis.

BPNT tak sepenuhnya memakai beras Bulog sebagaimana program rastra. Beras CBP pun tertahan di gudang, padahal BPNT menjadi harapan agat beras Bulog dapat keluar dari gudang dalam jumlah besar.

"Kemarin Juni 2017 ada uji coba BPNT, alokasi rastra berkurang. Kemudian 2019 terakhir, rastra berhenti. Ini persoalan juga. Artinya ngga berjalan setelah ada transformasi dari rastra ke BPNT [...] dari awal 2,3 juta ton sekarang menjadi 300 ribu ton dan beras itu barang mudah rusak," kata Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Bulog, Tri Wahyudi Saleh.

Selain itu, faktor bencana alam turut berpengaruh. Tri mengaku beras yang tersimpan di gudang Bulog di suatu daerah pernah terkena dampak banjir.

"Kita pernah kebanjiran, kalau banjir itu kita lelang, tapi masih ada harganya, tidak ada yang benar-benar nol," kata Tri Wahyudi.

Ia mengatakan Bulog mempunyai standar operasional prosedur (SOP) pemeliharaan dan perawatan stok beras. Setiap pagi pintu gudang dibuka untuk memberikan sirkulasi udara.

Serangan hama diatasi dengan penyemprotan setiap bulannya di gudang. Pegawai Bulog juga melakukan fumigasi setiap tiga bulan.

"Kita punya teknologi cocoon [mengemas beras dengan bahan semacam plastik], kita tumpukan beras, kita sungkup dan kedap udara. Itu bisa bertahan sampai setahun, lebih fresh dan enggak kena hama," ucap Tri.

Upaya Buwas hentikan impor beras

[Gambas:Video CNBC]


(tas/tas) Next Article Guyur Beras ke Toko Ritel Modern, Bulog Setop Operasi Pasar?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular