Butuh Duit Rp 175 T Agar Industri TPT Bangkit dari 'Kubur'

Efrem Siregar, CNBC Indonesia
11 December 2019 12:02
Kepala BKPM mengungkapkan investasi dibutuhkan sampai Rp 175 triliun untuk industri tekstil bisa bangkit.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) berupaya menggenjot daya saing. Masalah selama ini adalah kondisi mesin produksi yang sudah berusia tua.Revitalisasi permesinan menjadi jalan keluar, dan bukan solusi baru karena sudah diterapkan beberapa tahun lalu dalam program revitalisasi permesinan TPTĀ di bawah kementerian perindustrian (Kemenperin).

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahdalia mengatakan nilai investasi revitalisasi mesin yang dibutuhkan beberapa tahun ke depan mencapai Rp75 Triliun. Hal itu diungkapkan Bahlil usai menerima kedatangan pengusaha TPT di kantornya, Rabu (11/12/2019).

Asosiasi Pertekstilan Indonesia dan Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia pernah bertemu Presiden menyampaikan persoalan-persoalan prinsip termasuk di antaranya revitalisasi mesin dan total investasi hulu hilir industri TPTĀ beberapa tahun ke depan.



"Kalau tidak salah Rp175 Triliun dari hulu ke hilir, mesin-mesinnya Rp75 Triliun," kata Bahlil.

Ia mengatakan Presiden Jokowi akan mencari solusi tersebut mengingat kontribusi ekspor TPT cukup besar. Rincian lebih lanjut disampaikan Wakil Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Anne Patrice Sutanto.

"Kami sampaikan Rp175 T [harmonisasi] dari hulu ke hilir dalam waktu 7 tahun. Prinsipnya adalah dalam waktu 10 tahun devisa kita akan meningkat dari US$13,2 Miliar pada 2018 dari TPT menjadi US$49 Miliar di 2030 dengan dengan net devisa ekspor dikurang impor US$30 Miliar [...] sekarang kita hanya US$3,2 Miliar," kata Anne Patrice.

Untuk memperluas ekspor, Anne mengatakan perlu ditingkatkan perjanjian dagang (trade agreement). Vietnam yang belakangan ini mulai unggul di TPT menjadi contoh bagaimana perjanjian dagang memberikan efek ke negaranya.

Persoalan lain yang menjadi pembahasan Bahlil dan pengusaha TPT adalah derasnya arus impor TPT dari China, kebutuhan energi seperti listrik dan gas untuk industri hulu TPT, dan upah tenaga kerja. Bahlil mengatakan pembicaraan teknis membahas daya saing dan ekspor TPT akan dilakukan pada Rabu pekan depan.

[Gambas:Video CNBC]


(hoi/hoi) Next Article Industri Tekstil RI: Kalah dari Vietnam hingga Gelombang PHK

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular