
Bahlil Ngeluh Susah Cari Tekstil Made in RI di Tanah Abang
Efrem Siregar, CNBC Indonesia
11 December 2019 11:48

Jakarta, CNBC Indonesia - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengungkap industri tekstil dan produk tekstil (TPT) nasional tertekan serbuan barang impor. Hal itu bisa dilihat di lapangan, antara lain di sentra-sentra perdagangan.
Dia mencontohkan Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, pusat garmen terbesar di Asia Tenggara. Menurutnya, produk tekstil buatan Indonesia sulit ditemukan di sana.
"Kalau cek di pasar-pasar maupun di Tanah Abang sudah susah kita mendapatkan made in Indonesia, made in negara lain kira kira begitu," kata Bahlil usai bertemu pengusaha tekstil di kantornya, Rabu (11/12/2019).
Bahlil bersama pengusaha tekstil membahas upaya peningkatan daya saing industri tekstil dan produk tekstil (TPT) sekaligus mendorong ekspor TPT. Menurut Bahlil, garmen memiliki kontribusi besar terhadap ekspor Indonesia dan pemenuhan kebutuhan domestik.
Ia mencatat setidaknya masalah di industri TPT di antaranya upah tenaga kerja, revitalisasi mesin dan derasnya arus impor tekstil utamanya dari China. Pengusaha TPT sebelumnya pernah menemui Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan pada akhir November 2019.
"Presiden dalam arahannya akan mencari solusi karena ini persoalan bangsa. Makanya kita akan jadikan prioritas yang pada akhirnya melahirkan daya saing," kata Bahlil.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik selama tiga tahun terakhir 2016-2018, volume impor kain terus meningkat dengan tren sebesar 31,80%. Pada 2016, impor kain tercatat sebesar 238.219 ton, kemudian pada 2017 naik menjadi 291.915 ton, dan terus naik menjadi 413.813 ton pada 2018.
Negara asal impor kain, di antaranya China, Korea Selatan, Hong Kong, dan Taiwan. Volume impor kain Indonesia terbesar berasal dari China dengan pangsa impor sebesar 67,86% pada 2018, kemudian 63,61% pada 2017, dan 61,42% pada 2016 dari total impor Indonesia.
(hoi/hoi) Next Article PR Bahlil: Buat Gol Investasi Rp 700 T di 2020
Dia mencontohkan Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, pusat garmen terbesar di Asia Tenggara. Menurutnya, produk tekstil buatan Indonesia sulit ditemukan di sana.
"Kalau cek di pasar-pasar maupun di Tanah Abang sudah susah kita mendapatkan made in Indonesia, made in negara lain kira kira begitu," kata Bahlil usai bertemu pengusaha tekstil di kantornya, Rabu (11/12/2019).
Ia mencatat setidaknya masalah di industri TPT di antaranya upah tenaga kerja, revitalisasi mesin dan derasnya arus impor tekstil utamanya dari China. Pengusaha TPT sebelumnya pernah menemui Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan pada akhir November 2019.
"Presiden dalam arahannya akan mencari solusi karena ini persoalan bangsa. Makanya kita akan jadikan prioritas yang pada akhirnya melahirkan daya saing," kata Bahlil.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik selama tiga tahun terakhir 2016-2018, volume impor kain terus meningkat dengan tren sebesar 31,80%. Pada 2016, impor kain tercatat sebesar 238.219 ton, kemudian pada 2017 naik menjadi 291.915 ton, dan terus naik menjadi 413.813 ton pada 2018.
Negara asal impor kain, di antaranya China, Korea Selatan, Hong Kong, dan Taiwan. Volume impor kain Indonesia terbesar berasal dari China dengan pangsa impor sebesar 67,86% pada 2018, kemudian 63,61% pada 2017, dan 61,42% pada 2016 dari total impor Indonesia.
(hoi/hoi) Next Article PR Bahlil: Buat Gol Investasi Rp 700 T di 2020
Most Popular