Bahlil Sebut Konflik AS-Iran akan Perparah Ekonomi Global
09 January 2020 19:53

Jakarta, CNBC Indonesia - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan, perang antara Iran dan Amerika Serikat (AS) memperparah dampak pertumbuhan ekonomi global. Imbasnya, pertumbuhan ekonomi di Indonesia juga akan berdampak signifikan.
Dalam laporan Prospek Ekonomi Global terbaru yang dirilis Bank Dunia, lembaga ini memperkirakan pertumbuhan ekonomi global 2019 berada di 2,4% dan 2020 pada 2,5% seiring dengan pemulihan secara gradual dari perdagangan dan investasi.
"Kalau konflik AS-Iran ini hanya memperparah pertumbuhan ekonomi global, karena pertumbuhan global sampai sekarang belum stabil," kata Bahlil saat ditemui di Kementerian Luar Negeri, Kamis (9/1/2020).
Selain itu, saat ini Inggris dan Uni Eropa masih tarik ulur soal detail kesepakatan pasca perceraiannya, atau dikenal dengan istilah Brexit. Salah satu yang sedang diperjuangkan UE adalah hak untuk tinggal dan bekerja di Inggris.
Ditambah, perang dagang antara China dan AS juga belum ditemukan titik terang. "Kemudian isu Bolivia di Amerika Latin itu juga cukup mengganggu," kata Bahlil.
Sementara itu, saat ini pihaknya masih mengkaji apa yang bisa dimanfaatkan oleh Indonesia di tengah ketidakpastian global ini.
"Kita belum tau sebesar apa implikasinya akibat persoalan Iran dan AS. Kita lihat nanti. Kita sedang mengkaji semuanya," jelas Bahlil.
(hoi/hoi)
Dalam laporan Prospek Ekonomi Global terbaru yang dirilis Bank Dunia, lembaga ini memperkirakan pertumbuhan ekonomi global 2019 berada di 2,4% dan 2020 pada 2,5% seiring dengan pemulihan secara gradual dari perdagangan dan investasi.
"Kalau konflik AS-Iran ini hanya memperparah pertumbuhan ekonomi global, karena pertumbuhan global sampai sekarang belum stabil," kata Bahlil saat ditemui di Kementerian Luar Negeri, Kamis (9/1/2020).
Selain itu, saat ini Inggris dan Uni Eropa masih tarik ulur soal detail kesepakatan pasca perceraiannya, atau dikenal dengan istilah Brexit. Salah satu yang sedang diperjuangkan UE adalah hak untuk tinggal dan bekerja di Inggris.
Ditambah, perang dagang antara China dan AS juga belum ditemukan titik terang. "Kemudian isu Bolivia di Amerika Latin itu juga cukup mengganggu," kata Bahlil.
Sementara itu, saat ini pihaknya masih mengkaji apa yang bisa dimanfaatkan oleh Indonesia di tengah ketidakpastian global ini.
"Kita belum tau sebesar apa implikasinya akibat persoalan Iran dan AS. Kita lihat nanti. Kita sedang mengkaji semuanya," jelas Bahlil.
Artikel Selanjutnya
Produsen Es Krim China Siap Bangun Pabrik di RI
(hoi/hoi)