Main Bola Kalah 0-3, Indonesia Keok Apa Lagi Lawan Vietnam?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
11 December 2019 06:37
Main Bola Kalah 0-3, Indonesia Keok Apa Lagi Lawan Vietnam?
Ilustrasi Sepatu Buatan Vietnam (CNBC Indonesia/Efrem Siregar)
Jakarta, CNBC Indonesia - Penantian itu semakin panjang. Lagi-lagi Indonesia belum mampu meraih medali emas sepakbola SEA Games. Puasa emas dari bal-balan di pesta olahraga terbesar se-Asia Tenggara itu sudah berlangsung selama hampir tiga dekade.

Kali terakhir Indonesia merengkuh emas sepakbola SEA Games adalah di Manila pada 1991. Di negara yang sama 28 tahun kemudian, Indonesia selangkah lagi mengulangi prestasi serupa.

Evan Dimas Darmono dan kolega berhasil mencapai babak final. Tinggal satu lawan lagi dikalahkan, emas bakal dikalungkan. Namun lagi-lagi Indonesia harus menanti lebih lama.

Malam tadi, Vietnam berhasil menekuk Garuda Muda dengan skor telak 0-3. Evan Dimas, kartu as Indonesia, harus ditarik keluar pada babak pertama akibat tekel keras dari bek Vietnam, Doan Van Hau. Akibatnya, permainan Indonesia sulit berkembang sehingga Vietnam berhasil menguasai pertandingan.

Padahal perjalanan Indonesia menuju partai pamungkas cukup apik. Pada pertandingan pembuka babak penyisihan grup, Osvaldo Haay dan sejawat menang meyakinkan atas raja Asia Tenggara, Thailand, dengan skor meyakinkan 2-0. Pada laga kedua versus Singapura, Indonesia lagi-lagi menang 2-0.

Indonesia sempat jumpa dengan Vietnam sebelumnya karena berada di grup yang sama. Di pertandingan ini, Indonesia kalah 1-2.

Selepas itu Indonesia berpesta gol ke gawang Brunei Darussalam dan Laos masing-masing dengan skor 8-0 dan 4-0. Indonesia lolos ke babak semifinal dengan predikat runner-up di bawah Vietnam.

Myanmar menjadi lawan Indonesia di semifinal. Tim Negeri Seribu Pagoda sempat memberikan perlawanan yang berarti, tetapi Indonesia berhasil lulus ujian dengan mengantongi kemenangan 4-2 lewat perpanjangan waktu.

Indonesia bertemu lagi dengan Vietnam di pantai final. Hasilnya sudah kita bahas tadi. Anti klimaks.


Yah, apa mau dikata. Harus diakui bahwa Vietnam memang lebih baik ketimbang Indonesia, bahkan Negeri Paman Ho kini adalah yang terbaik di Asia Tenggara untuk urusan sepakbola.

Berdasarkan peringkat Federasi Sepakbola Dunia (FIFA) per 28 November 2019, Vietnam berada di rangking 94, teratas di antara negara-negara Asia Tenggara. Lebih baik ketimbang Thailand yang berada di posisi 113. Sementara Indonesia tercecer di peringkat 173. Dari sini saja sudah terlihat perbedaan kualitasnya.


Namun tidak hanya peringkat FIFA, peringkat di bidang lain pun Vietnam berhasil mengungguli Indonesia. Apa saja?

Pertama adalah kemudahan berusaha alias Ease of Doing Business (EoDB). Pemeringkatan ini dirilis oleh Bank Dunia untuk mengetahui negara mana saja yang ramah terhadap investasi.

Dalam laporan EoDB 2020, Indonesia menempati peringkat 73 dari 190 negara. Vietnam tiga setrip di atasnya.

Salah satu hal yang disorot oleh Bank Dunia adalah masalah ketenagakerjaan. Indonesia dinilai terlalu menerapkan aturan yang ketat untuk urusan ini. Penggunaan skema Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) ternyata malah dinilai kontraproduktif.

"Riset Yamada (2016) menemukan bahwa upah minimum mengurangi jam kerja dan lapangan pekerjaan. Walau kenaikan upah berdampak kepada pendapatan rumah tangga menengah-bawah, tetapi minim dalam mengangkat kesejahteraan," sebut laporan EoDB 2020.


Laporan Bank Dunia juga menyebutkan bahwa perusahaan di negara berkembang kesulitan untuk memenuhi upah minimum karena selisih yang terlalu tinggi antara upah terendah dengan posisi mediannya. Akibatnya, kenaikan upah sering kali berdampak terhadap pembukaan lapangan kerja.

"Di Indonesia, kenaikan upah minimum 10 poin persentase akan berdampak terhadap penurunan penciptaan lapangan kerja sebanyak 0,8 poin persentase," sebut laporan itu.

Sedangkan Vietnam justru menuai pujian. Bank Dunia menyoroti soal kemudahan yang diberikan pemerintah dalam pengurusan izin perusahaan rintisan (start-up).

"Riset Benin, Benhassine, dan lain-lain (2018) menyebutkan bahwa registrasi start-up tidak meningkatkan penjualan atau laba perusahaan tersebut. Namun di Vietnam, berdasarkan riset Demenet, Razafindrakoto, dan Roubaud (2016), kemudahan regulasi start-up di Vietnam meningkatkan nilai tambah perusahaan rata-rata 20%," sebut laporan EoDB 2020.


Vietnam menang di EoDB, sekarang kita lihat yang kedua yaitu indeks logistik atau Logistics Perfomance Index (LPI). Seperti halnya EoDB, indeks yang mengukur keandalan logistik di berbagai negara ini juga dikeluarkan oleh Bank Dunia.

Dalam laporan LPI 2018, Indonesia menduduki peringkat 51 dari 167 negara dengan nilai indeks 3,08. Vietnam lebih baik karena menempati posisi 45 dengan nilai indeks 3,16.

Penilaian LPI didasarkan atas enam sub-indeks yaitu kepabeanan, infrastruktur, pelayaran internasional, kualitas dan kompetensi logistik, pelacakan, serta waktu. Indonesia memang tertinggal dari Vietnam.di hampir seluruh sub-indeks.

Sub-Indeks

Indonesia

Vietnam

Kepabeanan

2,73

2,86

Infrastruktur

2,81

2,92

Pelayaran Internasional

3,08

3,15

Kualitas dan Kompetensi Logistik

3,07

3,17

Pelacakan

3,23

3,23

Waktu

3,59

3,6

LPI 2018


Akan tetapi, kekalahan Indonesia tidak telak-telak amat karena ada satu peringkat yang lebih baik ketimbang Vietnam yaitu indeks daya saing atau Competitiveness Index keluaran World Economic Forum. Competitiveness Index lebih luas dibandingkan EoDB, karena mengukur daya saing suatu negara di hampir segala bidang.

Pada 2019, Indonesia berada di posisi 50 dari 141 negara dengan nilai indeks 64,6. Sementara Vietnam menempati peringkat 67 dengan nilai indeks 61,4.

"Kekuatan utama Indonesia adalah ukuran pasar dan stabilitas makroekonomi. Indonesia juga mendorong kultur bisnis yang dinamis dan stabilitas sistem keuangan," sebut Global Competitiveness Report 2019.

Meski demikian, Indonesia harus berhati-hati. Sekarang peringkat Indonesia boleh lebih baik, tetapi kemajuan yang diraih Vietnam sangat impresif.

Dalam Global Competitiveness Report 2018, Vietnam masih berada di rangking 77. Artinya dalam setahun Vietnam lompat 10 setrip. Dalam periode yang sama, rangking Indonesia justru turun 5 setrip.


"Vietnam adalah negara dengan perbaikan peringkat terbaik di dunia," sebut Global Competitiveness Report 2019. Jika Vietnam terus berbenah dan Indonesia terlena, maka bisa jadi posisinya akan berbalik pada 2020.

Jadi, Vietnam memang bukan negara sembarangan. Tidak cuma di sepakbola, perekonomian Vietnam juga melesat dengan cepat bahkan dalam beberapa hal sudah mengalahkan Indonesia.


TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/sef) Next Article Mirip Vietnam, RI Pernah Rasakan Era Dilirik Banyak Investor

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular