
Jokowi Akui Infrastruktur RI Masih Banyak Pakai Baja Impor
Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
10 December 2019 18:19

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkap masih adanya gap kebutuhan material konstruksi untuk proyek infrastruktur Indonesia. Dua komoditas yang disoroti Jokowi adalah ketersediaan aspal dan baja.
"Dalam penyiapan material konstruksi saat ini masih terjadi gap antara supply dan demand," kata Jokowi dalam rapat terbatas (Ratas) di Kantor Presiden, Selasa (10/12/2019).
"Misalnya kebutuhan aspal sebesar 650.000 ton baru terpenuhi 70%, kemudian kebutuhan baja 9 juta ton baru terpenuhi 60%," lanjutnya.
Menurutnya, hal ini menunjukkan perlunya memperkuat industri pendukung infrastruktur. Ia meminta pembenahan terus menerus pada manajemen rantai pasok konstruksi.
"Mulai dari penyiapan SDM, peralatan, material, inovasi teknologi dan juga pendanaan," tandasnya.
Mantan wali kota Solo dan gubernur DKI Jakarta ini menegaskan, khusus untuk pembiayaan, pemerintah tidak mungkin mengandalkan APBN untuk membangun semua infrastruktur.
Oleh karenanya, dia terus mendorong model pembiayaan kreatif seperti kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU), atau juga pembiayaan investasi non anggaran pemerintah (PINA).
"Karena itu ekosistem investasi di seluruh sektor infrastruktur harus segera diperbaiki dan di-reform sehingga memiliki daya tarik dan daya saing semakin baik," bebernya.
(hoi/hoi) Next Article Proyek Infrastruktur Rp 6.000 T Pemerintah Tetap Lanjut
"Dalam penyiapan material konstruksi saat ini masih terjadi gap antara supply dan demand," kata Jokowi dalam rapat terbatas (Ratas) di Kantor Presiden, Selasa (10/12/2019).
"Misalnya kebutuhan aspal sebesar 650.000 ton baru terpenuhi 70%, kemudian kebutuhan baja 9 juta ton baru terpenuhi 60%," lanjutnya.
"Mulai dari penyiapan SDM, peralatan, material, inovasi teknologi dan juga pendanaan," tandasnya.
Mantan wali kota Solo dan gubernur DKI Jakarta ini menegaskan, khusus untuk pembiayaan, pemerintah tidak mungkin mengandalkan APBN untuk membangun semua infrastruktur.
Oleh karenanya, dia terus mendorong model pembiayaan kreatif seperti kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU), atau juga pembiayaan investasi non anggaran pemerintah (PINA).
"Karena itu ekosistem investasi di seluruh sektor infrastruktur harus segera diperbaiki dan di-reform sehingga memiliki daya tarik dan daya saing semakin baik," bebernya.
(hoi/hoi) Next Article Proyek Infrastruktur Rp 6.000 T Pemerintah Tetap Lanjut
Most Popular