Jakarta Krisis PRT, Agen-Agen Penyalur Pilih Gulung Tikar

Efrem Siregar, CNBC Indonesia
29 November 2019 14:42
Jumlah penyedia layanan ART/PRT semakin sulit di DKI Jakarta dan sekitarnya.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Jakarta kini kekurangan jumlah pekerja yang menyediakan jasa Asisten Rumah Tangga (ART/PRT). Jumlah mereka semakin menyusut sejak 4 tahun terakhir dan penurunan drastis terjadi pada 2019, menurut klaim dari Asosiasi Pelatihan Pekerja Seluruh Indonesia (APPSI).

Penurunan ART paling banyak berasal dari Jawa Tengah. Sebabnya, ART ini memilih beralih pekerjaan menjadi buruh di pabrik-pabrik di Jawa Tengah. Kebanyakan ART yang bermitra degan APPSI berasal dari Brebes, Pemalang, Tegal, dan Cilacap.

Ketua Asosiasi Pelatihan Pekerja Seluruh Indonesia (APPSI) Mashudi mengungkapkan, berkurangnya tenaga kerja PRT ini membuat agen penyalur PRT menjadi sulit untuk bertahan.

"Dari anggota kita beberapa nggak survive lagi. Indikasinya kan ke situ. Kesulitan mendapatkan orang [tenaga ART]. Banyak yang sudah banting setir juga anggota kita," kata Mashudi kepada CNBC Indonesia.



Mashudi mengatakan, penyalur ART yang tergabung dalam asosiasi sebanyak 258 agen. Dari semua itu, 30% merupakan penyalur dari Jawa Tengah. Namun, tak semua aktif lantaran sudah tak mampu bertahan.

"Ngga semua aktif, ya karena kesulitan mendapat tenaga [ART], jadi mati segan hidup mau tak mau," kata Mashudi.

Faktor keluarga menjadi alasan para ART ini memilih bekerja sebagai buruh pabrik di daerah masing-masing. Mereka tak perlu jauh lagi dari keluarga masing-masing. Mashudi mengatakan, sebagian di antara mereka bekerja di pabrik tekstil dan pengolahan kayu.

Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil DKI Jakarta, Dhany Sukma, mengklaim jumlah pendatang ke Jakarta mulai mengalami penurunan. Ia menduga pertumbuhan ekonomi dan upah minimum yang kian meningkat mendorong orang-orang tak lagi ke Jakarta.

"Tren jumlah penduduk yg datang ke DKI memang terjadi penurunan, dan yang keluar lebih besar daripada masuk. Artinya secara mobilitas terjadi penurunan angka jumlah penduduk yang datang ke DKI," kata Dhany Sukma kepada CNBC Indonesia, Kamis (28/11/2019).

Pabrik-pabrik baru memang bermunculan di Jawa Tengah. Sebagian besar merupakan pabrik yang angkat kaki dari Jawa Barat. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan jumlah pabrik relokasi dari Jawa Barat ke Jawa Tengah sebanyak 140 pabrik.

Salah satu alasan pengusaha merelokasi pabrik mereka adalah upah murah di Jawa Tengah, berbeda dibanding di Jawa Barat yang terbilang tinggi dan menjadi beban bagi para pengusaha.

[Gambas:Video CNBC]


(hoi/hoi) Next Article Jakarta Krisis PRT, Lampung Jadi Penyelamat, Kok Bisa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular