Jakarta Krisis PRT, Lampung Jadi Penyelamat, Kok Bisa?

Efrem Siregar, CNBC Indonesia
29 November 2019 12:18
Ketersedian jasa PRT mengalami hambatan saat Jateng berubah menjadi kawasan industri yang menyerap pekerja yang sebelumnya informal.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Pengusaha penyedia jasa Asisten Rumah Tangga (ART/PRT) mengaku ketersediaan PRT asal Jawa Tengah berkurang drastis di DKI Jakarta. Para PRT kini memilih menjadi buruh di pabrik di daerahnya yang mulai berubah jadi kawasan-kawasan industri.

Ketua Asosiasi Pelatihan Pekerja Seluruh Indonesia (APPSI) Mashudi mengatakan agen penyalur sulit bertahan karena kekurangan calon ART untuk disalurkan ke rumah tangga di Jakarta.

Jumlah penyalur yang masuk asosiasi sebanyak 258 agen, namun sebagian tak aktif dan banting setir ke sektor lain. Untuk mengisi kekosongan ART dari Jawa Tengah, agen penyalur mulai menyisir calon ART dari daerah lain. Lampung akhirnya menjadi daerah baru penyedia tenaga jasa ART. 

"Kita cari daerah baru. Yang biasa ambil dari Jawa Tengah geser ke Lampung," kata Mashudi.



Berbeda dengan Jawa Tengah, para ART dari Lampung tak punya alasan untuk kembali dan mengadu nasib ke kampung halaman masing-masing.

Berkurangnya ART asal Jawa Tengah di berkaitan dengan relokasi pabrik dari Jawa Barat. Lowongan pekerjaan menjadi naik di Jawa Tengah.

Apa yang membuat pengusaha memindahkan pabrik mereka adalah faktor upah. Pengusaha terbebani dengan UMK tinggi di Jawa Barat, sementara UMK Jawa Tengah lebih rendah yang bisa mencapai setengahnya.

Benny Sutrisno selaku pengusaha tekstil yang memiliki pabrik tekstil di Semarang juga membenarkan hal ini. Berdasarkan pengalamannya dari sekitar 6.000an karyawan pabrik tekstil miliknya tak sedikit yang sebelumnya berprofesi sebagai PRT.

Berkurangnya ART juga dapat dilihat dari jumlah pendatang di Jakarta. Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil DKI Jakarta, Dhany Sukma, mengakui jumlah pendatang mulai mengalami penurunan.

Selama ini penyaluran ART terbesar berasal dari Jawa Tengah. Dhany menduga pertumbuhan ekonomi dan upah minimum yang kian meningkat mendorong orang-orang tak lagi ke Jakarta.

"Tren jumlah penduduk yang datang ke DKI memang terjadi penurunan, dan yang keluar lebih besar daripada masuk. Artinya secara mobilitas terjadi penurunan angka jumlah penduduk yang datang ke DKI," kata Dhany kepada CNBC Indonesia, Kamis (28/11/2019).
(hoi/hoi) Next Article Duh! Cari PRT Sekarang Makin Susah, Ternyata Ini Sebabnya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular