Internasional

Ini Negara-negara yang Ekonominya Rontok Karena Krisis

Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
22 November 2019 11:55
Ini Negara-negara yang Ekonominya Rontok Karena Krisis
Foto: Organisation for Economic Co-operation and Development (iisd.org)
Jakarta, CNBC Indonesia - Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan Investasi (Organisation for Economic Co-operation and Development/OECD) mengatakan, bahwa saat ini ekonomi dunia sedang menuju titik terlemahnya sejak krisis keuangan global pada 2007-2008 lalu.

Kondisi tersebut membuat OECD meminta pemerintah di seluruh dunia melakukan investasi di sektor digital dan perubahan iklim.


Lesunya perekonomian dunia ini disebabkan oleh melemahnya perdagangan dan investasi dalam dua tahun terakhir. Penyebabnya adalah perang dagang yang terjadi antara Amerika Serikat (AS) dan China.

OECD memprediksi ekonomi dunia tumbuh 2,9% tahun depan, turun 0,1% dari prediksi sebelumnya di September. Pertumbuhan ekonomi akan terus melambat di sekitar 3% pada 2020-2021. Sebelumnya angka prediksi pertumbuhan ekonomi di 2020-2021 adalah di kisaran 3,5%.

"Ini angka (pertumbuhan ekonomi) terlemah sejak krisis keuangan global," kata Kepala Ekonom OECD, Laurence Boone, dilansir dari AFP, Jumat (22/11/2019).

Menurut Boone, bank sentral di dunia telah mengambil kebijakan moneter yang tegas untuk menanggulangi efek negatif dari perang dagang. Namun pemerintah dari sisi fiskal tidak melakukan hal yang sama.



Selain OECD, Dana Moneter Internasional (IMF) juga menyebutkan perlambatan terjadi hampir di 90% kawasan di dunia. Prediksi IMF ini bukan isapan jempol semata. Banyak negara memang menunjukkan penurunan produk domestik bruto (PDB) di sepanjang kuartal III-2019 ini.

Lalu negara mana saja yang mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi? Berikut rangkuman negara yang mengumumkan pelemahan ekonominya pekan lalu.

[Gambas:Video CNBC]

Jepang

Jepang mengumumkan angka pertumbuhan ekonomi kuartal III-2019 sebesar 0,2% secara kuartalan yang disetahunkan (annualized). Jauh melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yang mampu tumbuh 1,8%, dan menjadi laju pertumbuhan terlemah sejak kuartal III-2018.

"Permintaan domestik bisa menutup perlambatan di sisi eksternal. Namun ini tidak bisa terus diharapkan. Oleh karena itu, sepertinya ekonomi kuartal IV-2019 akan mengalami kontraksi," tegas Taro Saito, Executive Research Fellow di NLI.

Pada kuartal III-2019, konsumsi rumah tangga negara tersebut tumbuh minimalis sebesar 0,4%. Melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 0,6%. Sementara ekspor terkontraksi 0,2%. Ekspor Jepang terpukul karena perang dagang dengan Korea Selatan dan terdampak perang dagang AS-China.

China

Penjualan ritel di China pada Oktober tumbuh 7,2% year-on-year (YoY). Melambat dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 7,8% YoY, dan menjadi laju terlemah sejak April. Kemudian output industrial pada Oktober naik 4,7% YoY. Melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 5,8% YoY.

China disebut tengah menghadapi situasi ekonomi yang kompleks, dengan tekanan penurunan di dalam negerinya. Para analis memberi peringatan ekonomi China bisa menghadapi kondisi terparah dalam tiga dekade terakhir.

"Pelemahan lanjutan bisa terjadi lagi," kata Martin Lynge Rasmussen dari Capital Economics. Dia berharap ada kebijakan pelonggaran moneter lebih lanjut di China.

Pemerintah dan bank sentral China mulai membuka rangkaian kebijakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, seperti pemangkasan pajak dan penurunan suku bunga acuan.

Jerman

Ekonomi Jerman tercatat tumbuh 0,1% di kuartal III-2019 dibandingkan kuartal II-2019 (quarter to quarter/qtq). Sementara dibandingkan kuartal III-2018 (year on year/YoY), ekonomi Jerman tercatat tumbuh 0,5%.

Sebelumnya, hasil survei Reuters menunjukkan pertumbuhan ekonomi Jerman di kuartal III-2019 diprediksi berkontraksi atau negatif 0,1% dibandingkan kuartal sebelumnya, sama dengan kontraksi yang dialami kuartal sebelumnya.

"Kita tidak mengalami resesi teknikal, tapi angka pertumbuhan masih lemah" kata Menteri Ekonomi Jerman Peter Altmaier, sebagaimana dilansir Reuters.


Inggris

PDB Inggris di kuartal III-2019 terlihat hanya tumbuh 0,3%. Sebelumnya di kuartal II-2019, ekonomi Inggris berkontraksi 0,2%.

Meski demikian, jika dibandingkan dengan kuartal III-2018 (year-on-year/YoY), pertumbuhan kuartal III melambat menjadi 1%. Ini merupakan pertumbuhan paling lambat sejak tiga bulan pertama di 2010.

Sementara data manufaktur untuk September mencatatkan penurunan 0,4% dari Agustus, dan turun 1,8% dari September 2019. Menanggapi hal ini, Ross Walker, Kepala Ekonomi Inggris & Eropa di Pasar Natwest, mengatakan angka-angka itu sedikit mengecewakan.

Ia mengatakan ada sedikit pertumbuhan dalam penjualan ritel dan dia berharap hal ini akan mampu menopang pertumbuhan sedikit lebih tinggi.

Malaysia

Ekonomi Malaysia tumbuh 4,4% pada kuartal III-2019 secara tahunan atau year on year (YoY). Angka ini merupakan pertumbuhan paling lambat dalam setahun terakhir, kata bank sentral Malaysia. Penyebab perlambatan itu di antaranya adalah melemahnya ekspor sebagai dampak dari perang dagang berkepanjangan antara AS dengan China.

Angka pertumbuhan 4,4% sesuai dengan proyeksi analis yang disurvei Reuters. Namun, angka itu turun dari pertumbuhan 4,9% di kuartal kedua. Malaysia adalah satu-satunya negara Asia Tenggara yang mencatat akselerasi pertumbuhan ekonomi pada kuartal April-Juni dari kuartal sebelumnya.

Mengutip Reuters, Bank Negara Malaysia (BNM) mempertahankan target pertumbuhan setahun penuh sebesar 4,3% - 4,8%. Sementara pemerintah memproyeksikan pertumbuhan di angka 4,7%.

Hong Kong

Meski bukan negara dan bagian dari China, Hong Kong memiliki sistem sendiri yang mengatur perekonomian. Walaupun kota ini tertekan ekonominya karena demo yang terus terjadi, ternyata perang dagang juga memberi pengaruh pada melemahnya ekonomi pusat keuangan dunia itu.

Selama kuartal III-2019, PDB Hong Kong tercatat 3,2%. Sebelumnya di kuartal II-2019, ekonomi Hong Kong turun -0,4%.
(sef/sef) Next Article Dari IMF Hingga Bank Dunia Ramal Ekonomi RI tak Capai Target

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular