Penjualan Mobil-Motor Lesu, Pantas Ekonomi RI Layu

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
19 November 2019 10:43
Ekspor dan Investasi Tekor
Ilustrasi Penjualan Mobil (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Harus diakui, konsumsi domestik memang sedang tertekan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal III-2019 'hanya' 5,01%. Melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yang mencapai 5,17% dan menjadi laju terendah sejak kuartal III tahun lalu.

Hampir seluruh komponen dalam konsumsi rumah tangga mengalami perlambatan dibandingkan kuartal II-2019. Namun yang paling signifikan adalah kelompok pakaian, alas kaki, dan jasa perawatannya.



Pertumbuhan konsumsi sulit dipacu karena preferensi pembelian barang tahan lama (durable goods) yang menurun. Pada Oktober, indeks pembelian barang tahan lama yang merupakan bagian dari Indeks Kondisi Ekonomi Saat ini (IKE) berada di 109,8. Ini adalah angka terendah setidaknya sejak Maret tahun lalu.



Baca: Ini Fakta Terbaru Lesunya Konsumsi & Daya Beli Masyarakat RI

Indonesia tidak bisa mengelak dari perekonomian global yang penuh guncangan. Perang dagang, utamanya Amerika Serikat (AS) vs China, menjadi isu utama. Saling hambat dalam perdagangan yang dilakukan oleh dua kekuatan ekonomi terbesar di planet bumi ini membuat ekspor dan investasi tertekan.

Ekspor Indonesia terus mengalami kontraksi (tumbuh negatif) dalam 12 bulan beruntun. Sementara investasi memang sudah pulih, tetapi sempat mengalami kontraksi selama empat kuartal beruntun.

 

Ekspor dan investasi yang bermasalah tentu menyebabkan tekanan di pasar tenaga kerja. Pada Agustus 2019, tingkat partisipasi angkatan kerja adalah 67,49%. Hanya naik 0,34% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, laju yang relatif minim.



Perlambatan pertumbuhan penciptaan lapangan kerja sudah pasti memperlambat laju konsumsi. Oleh karena itu, kunci untuk mendorong laju konsumsi dan pertumbuhan ekonomi adalah dengan meningkatkan penciptaan lapangan kerja.

Menambah lapangan kerja berarti investasi harus ditingkatkan. Seluruh pembuat kebijakan, baik di sisi moneter dan fiskal, perlu all out untuk memastikan Indonesia semakin ramah investasi.



(aji/dru)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular