
Pajak Sudah Lampu Kuning?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
18 November 2019 15:19

Hingga akhir tahun, kemungkinan besar penerimaan perpajakan tidak akan mencapai target APBN 2019. Ini yang membuat pemerintah memperkirakan defisit anggaran melebar.
Dalam APBN 2019, defisit anggaran diperkirakan 1,84% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Namun hingga Oktober, realisasinya sudah 1,8%. Jadi sampai akhir tahun sudah pasti defisit bakal lebih tinggi ketimbang perkiraan awal.
Apa boleh buat, situasi ekonomi global dan domestik memang sedang sulit. Dari sisi eksternal, pertumbuhan ekonomi dan perdagangan dunia memang melambat.
Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dalam proyeksi edisi Oktober memperkirakan laju pertumbuhan perdagangan global pada 2019 hanya 1,2%. Jauh melambat dibandingkan proyeksi yang dibuat pada April yaitu 2,6%.
"Perkiraan yang lebih suram ini memang mengkhawatirkan, tetapi bukan sebuah kejutan. Konflik perdagangan yang melibatkan beberapa negara membuat segalanya menjadi tidak pasti, bahkan sudah membuat dunia usaha menunda investasi. Dampaknya adalah pukulan terhadap penciptaan lapangan kerja. Oleh karena itu, perang dagang harus segera diselesaikan," tegas Roberto Azevedo, Direktur Jenderal WTO, dalam laporan bulanan.
Aktivitas perdagangan yang lesu tentu pada akhirnya menyebabkan pertumbuhan ekonomi melambat. Pada 2019, WTO memperkirakan ekonomi global tumbuh 2,3%. Melambat dibandingkan perkiraan April yaitu 2,6%.
Sepertinya situasi yang belum kondusif ini masih akan terjadi sampai tahun depan. WTO memperkirakan perdagangan dunia pada 2020 tumbuh 2,7%, melambat dibandingkan perkiraan sebelumnya yaitu 3%.
Kelesuan perdagangan dan pertumbuhan ekonomi global menyebabkan harga komoditas terkoreksi. Dalam setahun terakhir, harga minyak jenis brent terkoreksi 5,06% sementara harga batu bara anjlok 27,55%.
Penurunan harga komoditas sudah terlihat dari penerimaan PPh migas yang minus. Pada Januari-Oktober 2019, penerimaan PPh migas terkontraksi 9,3% YoY.
(aji/wed)
Dalam APBN 2019, defisit anggaran diperkirakan 1,84% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Namun hingga Oktober, realisasinya sudah 1,8%. Jadi sampai akhir tahun sudah pasti defisit bakal lebih tinggi ketimbang perkiraan awal.
Apa boleh buat, situasi ekonomi global dan domestik memang sedang sulit. Dari sisi eksternal, pertumbuhan ekonomi dan perdagangan dunia memang melambat.
"Perkiraan yang lebih suram ini memang mengkhawatirkan, tetapi bukan sebuah kejutan. Konflik perdagangan yang melibatkan beberapa negara membuat segalanya menjadi tidak pasti, bahkan sudah membuat dunia usaha menunda investasi. Dampaknya adalah pukulan terhadap penciptaan lapangan kerja. Oleh karena itu, perang dagang harus segera diselesaikan," tegas Roberto Azevedo, Direktur Jenderal WTO, dalam laporan bulanan.
Aktivitas perdagangan yang lesu tentu pada akhirnya menyebabkan pertumbuhan ekonomi melambat. Pada 2019, WTO memperkirakan ekonomi global tumbuh 2,3%. Melambat dibandingkan perkiraan April yaitu 2,6%.
Sepertinya situasi yang belum kondusif ini masih akan terjadi sampai tahun depan. WTO memperkirakan perdagangan dunia pada 2020 tumbuh 2,7%, melambat dibandingkan perkiraan sebelumnya yaitu 3%.
Kelesuan perdagangan dan pertumbuhan ekonomi global menyebabkan harga komoditas terkoreksi. Dalam setahun terakhir, harga minyak jenis brent terkoreksi 5,06% sementara harga batu bara anjlok 27,55%.
Penurunan harga komoditas sudah terlihat dari penerimaan PPh migas yang minus. Pada Januari-Oktober 2019, penerimaan PPh migas terkontraksi 9,3% YoY.
(aji/wed)
Next Page
Daya Beli dan Konsumsi Juga Loyo
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular