
Defisit APBN Rp 144 T: Belanja Nge-gas, Pajak Masih Berat

Jakarta, CNBC Indonesia - Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga akhir Maret 2021 mencapai Rp 144,2 triliun atau 0,82% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Belanja negara tumbuh pesat namun penerimaan seret.
Belanja negara mencapai Rp 532 triliun atau tumbuh 15,6%. Dalam rinciannya belanja Kementerian Lembaga (KL) tumbuh 41,2%, non KL tumbuh 9,9% dan transfer daerah dan dana desa tumbuh 0,9%.
Sementara itu penerimaan negara mencapai Rp 378,8 triliun atau tumbuh 0,6%. Pajak dominan sebesar Rp 228,1 triliun atau menurun 5,6%. Kepabeanan dan cukai mencapai Rp 62,3 triliun, PNBP Rp 88,1 triliun dan hibah Rp 0,3 triliun.
"Penerimaan pajak masih 5,6% lebih rendah dari tahun lalu," ungkap Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara dalam konferensi pers virtual, Kamis (22/4/2021).
Pemerintah sudah menerbitkan surat berharga negara (SBN) neto sebesar Rp 337,2 triliun atau 27,9% dari pagu Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Total pembiayaan keseluruhan mencapai Rp 328,5 triliun.
Kontribusi pembelian SBN di antaranya oleh Bank Indonesia (BI) berdasarkan SKBI I per 16 April mencapai Rp 101,91 triliun, meliputi SUN Rp 64,85 triliun dan SBSN sebesar Rp 37,06 triliun.
"Silpa Rp 178,8 triliun lebih rendah dari bulan lalu. Namun kecukupan kas pemerintah sangat-sangat aman," ujarnya.
(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article APBN 2023 Dirancang Tak Lagi Andalkan Utang, Caranya Gimana?