
IPB Punya Konsep 'Petani Milenial', Ada Platform Digitani Nih
Efrem Siregar, CNBC Indonesia
11 November 2019 19:33

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia menghadapi masalah regenerasi petani. Ini menjadi pembahasan dalam pertemuan Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Arif Satria dan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo di kantor Kementerian Pertanian, Jakarta, Senin (11/11/2019).
Arif mengungkapkan rata-rata petani Indonesia saat ini kebanyakan berusia di atas 47 tahun. Ini menjadi ancaman. Jika regenerasi dari bawah tak optimal, maka diprediksi akan terjadi krisis petani dalam kurun waktu 10-15 tahun mendatang.
Arif mengaku IPB mempunyai program petani milenial untuk mengatasi masalah regenerasi petani. Poin pentingnya, perlu ada pemanfaatan teknologi dalam pertanian. Kaum milenial yang terlahir antara tahun 1980-an hingga 1990-an memang banyak memanfaatkan internet dan gawai dalam kehidupannya.
Konsep 'milenial' inilah yang tergambar melalui technopreneur dan sociopreneur di kalangan mahasiswa IPB yang disiapkan menuju era 4.0.
"Technopreneur adalah pelaku usaha, sementara sociopreneur adalah orang-orang yang memanfaatkan inovasi untuk pendampingan, apalagi dengan 4.0 di mana teknologi berbasis AI, blockchain makin luar biasa, ini akan kita perkuat," kata Arif.
Ia berharap akselerasi pertanian yang berbasis 4.0 segera dilakukan. Menurutnya, banyak aspek termasuk di pertanian, perlu sentuhan digital. Sociopreneur yang akan memberikan pendampingan terhadap petani juga bakal memanfaatkan teknologi dalam pekerjaannya.
Pada saat yang sama, IPB menggiatkan transformasi ini ke masyarakat pedesaan agar siap dengan perkembangan teknologi. Arif memprediksi gaya penyuluhan pertanian yang konvensional akan tergeser akibat teknologi yang berkembang saat ini.
"IPB punya tani center, itu berbasis pada digital [...] aplikasinya nya Digitani. Petani [dan penyuluh] bisa konsultasi apapun dengan kita. Jadi kita bisa tahu di mana, tanah cocok ditanam apa, kapan cocok ditanam," kata Arif.
Aplikasi itu rencananya akan diluncurkan pada 15 November 2019. IPB juga akan mengundang Syahrul dalam peluncuran tersebut.
(hoi/hoi) Next Article Bos Bappenas Sebut Semangat Anak Muda ke Pertanian Menurun
Arif mengungkapkan rata-rata petani Indonesia saat ini kebanyakan berusia di atas 47 tahun. Ini menjadi ancaman. Jika regenerasi dari bawah tak optimal, maka diprediksi akan terjadi krisis petani dalam kurun waktu 10-15 tahun mendatang.
Arif mengaku IPB mempunyai program petani milenial untuk mengatasi masalah regenerasi petani. Poin pentingnya, perlu ada pemanfaatan teknologi dalam pertanian. Kaum milenial yang terlahir antara tahun 1980-an hingga 1990-an memang banyak memanfaatkan internet dan gawai dalam kehidupannya.
Konsep 'milenial' inilah yang tergambar melalui technopreneur dan sociopreneur di kalangan mahasiswa IPB yang disiapkan menuju era 4.0.
"Technopreneur adalah pelaku usaha, sementara sociopreneur adalah orang-orang yang memanfaatkan inovasi untuk pendampingan, apalagi dengan 4.0 di mana teknologi berbasis AI, blockchain makin luar biasa, ini akan kita perkuat," kata Arif.
Ia berharap akselerasi pertanian yang berbasis 4.0 segera dilakukan. Menurutnya, banyak aspek termasuk di pertanian, perlu sentuhan digital. Sociopreneur yang akan memberikan pendampingan terhadap petani juga bakal memanfaatkan teknologi dalam pekerjaannya.
Pada saat yang sama, IPB menggiatkan transformasi ini ke masyarakat pedesaan agar siap dengan perkembangan teknologi. Arif memprediksi gaya penyuluhan pertanian yang konvensional akan tergeser akibat teknologi yang berkembang saat ini.
"IPB punya tani center, itu berbasis pada digital [...] aplikasinya nya Digitani. Petani [dan penyuluh] bisa konsultasi apapun dengan kita. Jadi kita bisa tahu di mana, tanah cocok ditanam apa, kapan cocok ditanam," kata Arif.
Aplikasi itu rencananya akan diluncurkan pada 15 November 2019. IPB juga akan mengundang Syahrul dalam peluncuran tersebut.
(hoi/hoi) Next Article Bos Bappenas Sebut Semangat Anak Muda ke Pertanian Menurun
Most Popular