
Petani RI Pusing Dapat Order 1.000 Ton dari Jepang, Kok Bisa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Sistem rantai pasok dan informasi pasokan produk pertanian terutama hortikultura di Indonesia masih sangat buruk. Sehingga banyak peluang yang semestinya ditangkap malah bisa terbuang sia-sia.
Pengusaha berbasis ekspor hortikultura sulit menemukan petani yang bisa memenuhi permintaan dalam jumlah besar dan berkelanjutan di Indonesia. Hal ini lah yang membuat permintaan dari negara lain untuk produk hortikultura sulit terpenuhi.
"Misalnya sayuran beku perlu kepastian di mana petaninya, berapa dia bisa supply, sehingga industri bisa berdiri. Saya ada permintaan 1.000 ton per bulan dari Jepang, tapi mencari sumber dari mana? Gimana petani tanam brokoli, bisa nggak ini continue ini, sangat sulit sekali. Ini bagian dari problem," kata Ketum Dewan Hortikultura Nasional Benny Kusbini dalam rapat dengar pendapat bersama komisi IV DPR RI, Rabu (11/10).
Ia menilai hal itu terjadi akibat tidak adanya komunikasi dan rencana yang jelas dari pemangku kebijakan, di antaranya Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian.
"Jangan sampai anggaran habis sekian puluh triliun tapi nothing, kan sayang. Kemarin saya pernah cerita, habiskan anggaran sampe Rp 2 triliun hortikultura tapi hasilnya begini. Ya udah bubarkan saja Dirjen Hortikultura itu. Tanpa Dirjen Horti pun kita bisa tanam," katanya.
Ia melihat kinerja birokrat sebagai pemangku kebijakan belum maksimal, bukan hanya di tingkat pusat, namun juga daerah. Ia mencontohkan dari lambannya kinerja penyediaan data. Padahal, bagi dunia usaha data merupakan bagian penting sebelum mengambil keputusan. Selain itu, rencana yang dibangun pun sangat minim, bahkan terkesan tidak ada.
"Kita sampai hari ini sulit mendapatkan informasi kapan durian itu berbuah, panen dimana, berapa volume, itu harus ada persiapan. Nggak bisa ujug-ujug dia berbuah. Kalau datang ke NTB kalau lagi panen rambutan, itu seperti gunung tapi nggak ada perhatian ini buah mau dikirim kemana? Lampung juga sama. Ini problem. Komunikasi kita juga. kalau tanya ke Deptan (Kementeria Pertanian) hari ini datang sebulan kemudian datang belum ada itu data," sebutnya.
Kejadian berulang seperti itu membuat masyarakat yang sebelumnya berprofesi petani hortikultura, kini menjadi enggan untuk terlalu lama. Pasalnya, tidak ada kepastian pasar yang jelas.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Waduh! Krisis Petani Hantui RI, Apa Kabar Ketahanan Pangan?