
Ritel Loyo, Daya Beli Masyarakat Lesu & Ekonomi Melemah
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
08 November 2019 06:19

Jakarta, CNBC Indonesia - Penjualan ritel dalam negeri terus mengalami perlambatan. Rilis data survei penjualan eceran Bank Indonesia (BI) bulan September tumbuh terendah sejak Juli.
Penjualan ritel bulan September tumbuh 0,7% year on year (YoY). Laju ini melambat dibanding bulan sebelumnya yang mampu tumbuh hingga 1,1%. Pertumbuhan ini merupakan yang terlambat sejak Juli dan meleset dari perkiraan BI sebelumnya yang memprediksi penjualan naik 2,1% pada September.
Secara kuartalan penjualan ritel tanah air juga mengalami penurunan. BI menyebut penjualan ritel kuartal III-2019 tumbuh 1,4% YoY jauh melambat dibanding kuartal sebelumnya yang mampu tumbuh 4,2%. Kalau dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu pertumbuhannya turun lebih dalam karena penjualan eceran tumbuh mencapai 4,6% pada kuartal III-2018.
Lantas apakah ini menjadi tanda bahwa daya beli masyarakat menurun? Mari tengok data inflasi yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Inflasi pada kuartal III-2019 tercatat naik 0,16%. Namun angka tersebut merupakan tingkat inflasi terendah kedua di era Jokowi sejak kuartal III-2018 yang hanya tumbuh minimalis 0,05%.
Kalau dicermati, rendahnya inflasi di kuartal III-2019 diakibatkan oleh terjadinya deflasi yang mencapai 0,27% pada bulan September dan merupakan deflasi terdalam pada kuartal III setidaknya dalam lima tahun terakhir. Padahal pada Juli dan Agustus terjadi inflasi masing-masing sebesar 0,31% dan 0,12% secara bulanan.
Pada September 2019, terjadinya deflasi disumbang oleh penurunan harga bahan makanan yang merosot hingga 1,97% secara bulanan. Sementara itu pos-pos pembentuk inflasi lainnya mencatatkan kenaikan.
Penjualan ritel bulan September tumbuh 0,7% year on year (YoY). Laju ini melambat dibanding bulan sebelumnya yang mampu tumbuh hingga 1,1%. Pertumbuhan ini merupakan yang terlambat sejak Juli dan meleset dari perkiraan BI sebelumnya yang memprediksi penjualan naik 2,1% pada September.
Lantas apakah ini menjadi tanda bahwa daya beli masyarakat menurun? Mari tengok data inflasi yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Inflasi pada kuartal III-2019 tercatat naik 0,16%. Namun angka tersebut merupakan tingkat inflasi terendah kedua di era Jokowi sejak kuartal III-2018 yang hanya tumbuh minimalis 0,05%.
Kalau dicermati, rendahnya inflasi di kuartal III-2019 diakibatkan oleh terjadinya deflasi yang mencapai 0,27% pada bulan September dan merupakan deflasi terdalam pada kuartal III setidaknya dalam lima tahun terakhir. Padahal pada Juli dan Agustus terjadi inflasi masing-masing sebesar 0,31% dan 0,12% secara bulanan.
Pada September 2019, terjadinya deflasi disumbang oleh penurunan harga bahan makanan yang merosot hingga 1,97% secara bulanan. Sementara itu pos-pos pembentuk inflasi lainnya mencatatkan kenaikan.
![]() |
Pages
Most Popular