Tolong Pak Jokowi! Manufaktur Loyo, Industri Ini Paling Sedih

Lidya Kembaren, CNBC Indonesia
05 November 2019 08:46
Industri logam paling tertekan
Foto: Seorang pekerja bekerja di sebuah tungku di pabrik baja Dalian Special Steel Co Ltd di Dalian, provinsi Liaoning, Cina 8 April 2018. REUTERS / Stringer / File Photo
Jakarta, CNBC Indonesia - Sektor industri barang logam bukan mesin dan peralatannya, yang umumnya bergerak di industri baja paling tertekan dari sektor lainnya. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat industri manufaktur pada kuartal III-2019 tumbuh melambat. 

"Untuk industri yang paling tertekan kita lihat ada industri barang logam bukan mesin dan peralatannya. Ini industri yang turun perlu mendapat perhatian lebih lanjut," kata Kepala BPS Suhariyanto dikutip, Selasa (5/11).

Industri barang logam bukan mesin dan peralatannya antara lain: barang dari logam siap Pasang untuk konstruksi, barang dari Kawat, konstruksi berat siap pasang dari baja, paku, mur dan baut, alat potong dan perkakas tangan pertukangan, peralatan dapur dan peralatan meja dari logam, barang dari logam aluminium siap pasang untuk konstruksi, senjata dan amunisi dan lainnya.

Khusus industri baja, isu serbuan produk impor yang murah menjadi persoalan klasik yang masih terjadi hingga kini.



Ia mengatakan, industri manufaktur besar dan sedang hanya tumbuh 4,35% di kuartal III-2019. Capaian ini melambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu (YoY) sebesar 5,04%.

Dari data BPS, industri manufaktur besar dan sedang dominan mengalami penurunan. Sebut saja, Industri barang logam bukan mesin dan peralatannya mengalami penurunan paling dalam, yakni 22,95% secara tahunan (yoy). Disusul oleh industri karet, barang dari karet dan plastik yang turun 16,63% (yoy).

Kemudian, industri pengolahan tembakau juga turun 12,73% (yoy), begitu juga dengan industri kendaraan bermotor, trailer, dan semi trailer yang turun 12,32% (yoy). Lalu ada industri barang galian bukan logam turun 10,23% (yoy) dan industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia yang turun 0,04% (yoy).

Menurutnya, industri manufaktur melambat lebih disebabkan karena kondisi perekonomian global yang masih penuh tantangan.

"Perekonomian memang tidak mudah, ekonomi global melemah, masih ada perang dagang, harga komoditas fluktuatif, dan itu semua berpengaruh ke manufaktur," katanya.

Meski demikian, masih ada beberapa industri yang mengalami kinerja positif yakni industri percetakan dan reproduksi media rekaman, tumbuh 19,59% (yoy). Disusul oleh industri makanan yang tumbuh 5,13% (yoy). Industri logam dasar berhasil tumbuh 4,09% (yoy) dan industri kertas dan barang dari kertas tumbuh 1,75% (yoy).

[Gambas:Video CNBC]




(hoi/hoi) Next Article Industri Manufaktur Makin Kacau, Investasi Belum Nendang

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular