
Internasional
Perceraian Inggris-Eropa Mundur 31 Januari 2020
Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
28 October 2019 13:05

Jakarta, CNBC Indonesia- Uni Eropa memberikan sinyal bakal menunda Brexit hingga Januari 2020. Sebelumnya, jadwal Inggris ke luar dari UE adalah 31 Oktober 2019 ini.
Hal ini disampaikan sebuah sumber sebagaimana dilansir dari The Financial Times. Rencananya hari ini, Senin (28/10/2019), 27 perwakilan UE akan kembali melakukan rapat untuk menentukan nasib negara kerjaan itu.
Sebelumnya, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson harus menelan ludahnya sendiri karena terpaksa meminta kembali penundaan Brexit. Johnson awalnya ingin Inggris tetap keluar dari UE, di akhir Oktober, ada atau tanpa kesepakatan.
Namun minggu lalu, Johnson meminta penundaan. Permintaan tersebut adalah lanjutan dari keputusan Parlemen Inggris, yang menolak untuk langsung menyetujui kesepakatan Brexit terbaru yang telah disetujui dengan blok itu.
Penundaan terhadap Brexit hanya dapat diberikan dengan suara bulat dari 27 negara UE. Sejauh ini Prancis adalah negara yang keberatan dengan jadwal mundurnya Brexit, yang menjadi penyebab keputusan terus tertunda.
Sementara itu, menurut diplomat yang berurusan dengan Brexit di Brussels, Inggris bisa saja keluar pada 1 Desember atau 1 Januari. Apalagi, jika parlemen meratifikasi perjanjian pada November atau Desember.
Inggris memutuskan untuk keluar dari UE melalui referendum di 2016. Sebelumnya Inggris bergabung dengan UE, ketika masih bernama Masyarakat Ekonomi Eropa tahun 1973.
Saat itu, 52% masyarakat mendukung Inggris menarik diri dari UE sedangkan yang menginginkan tetap hanya 48%. UE sendiri terdiri dari Austria, Belgia, Bulgaria, Kroasia, Siprus, Denmark, Republik Ceko, Estonia, Finlandia, Prancis, Jerman, Yunani, Hongaria, Republik Irlandia, Italia, Latvia, Lithuania, Luxembourg, Malta, Belanda, Polandia, Portugal, Romania, Slovakia, Slovenia, Spanyol, dan Swedia.
Pada kuartal II-2019, ekonomi Negeri John Bull ini tumbuh 1,2%. Melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 1,8% dan menjadi angka terendah sejak awal 2018. Sementara untuk periode Mei-Juli, ekonomi Inggris tidak tumbuh alias 0%.
"Pertumbuhan ekonomi stagnan karena kontraksi di sektor konstruksi dan manufaktur. Sementara sektor jasa, yang menyumbang sebagian besar aktivitas ekonomi, masih tumbuh, tetapi melambat sepanjang 2019," kata Rob Kent-Smith, Ekonom Biro Statistik Inggris (ONS).
(sef/sef) Next Article Brexit di Depan Mata, Ini Jurus Inggris Kala Cerai dari Eropa
Hal ini disampaikan sebuah sumber sebagaimana dilansir dari The Financial Times. Rencananya hari ini, Senin (28/10/2019), 27 perwakilan UE akan kembali melakukan rapat untuk menentukan nasib negara kerjaan itu.
Sebelumnya, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson harus menelan ludahnya sendiri karena terpaksa meminta kembali penundaan Brexit. Johnson awalnya ingin Inggris tetap keluar dari UE, di akhir Oktober, ada atau tanpa kesepakatan.
Penundaan terhadap Brexit hanya dapat diberikan dengan suara bulat dari 27 negara UE. Sejauh ini Prancis adalah negara yang keberatan dengan jadwal mundurnya Brexit, yang menjadi penyebab keputusan terus tertunda.
Sementara itu, menurut diplomat yang berurusan dengan Brexit di Brussels, Inggris bisa saja keluar pada 1 Desember atau 1 Januari. Apalagi, jika parlemen meratifikasi perjanjian pada November atau Desember.
Inggris memutuskan untuk keluar dari UE melalui referendum di 2016. Sebelumnya Inggris bergabung dengan UE, ketika masih bernama Masyarakat Ekonomi Eropa tahun 1973.
Saat itu, 52% masyarakat mendukung Inggris menarik diri dari UE sedangkan yang menginginkan tetap hanya 48%. UE sendiri terdiri dari Austria, Belgia, Bulgaria, Kroasia, Siprus, Denmark, Republik Ceko, Estonia, Finlandia, Prancis, Jerman, Yunani, Hongaria, Republik Irlandia, Italia, Latvia, Lithuania, Luxembourg, Malta, Belanda, Polandia, Portugal, Romania, Slovakia, Slovenia, Spanyol, dan Swedia.
Pada kuartal II-2019, ekonomi Negeri John Bull ini tumbuh 1,2%. Melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 1,8% dan menjadi angka terendah sejak awal 2018. Sementara untuk periode Mei-Juli, ekonomi Inggris tidak tumbuh alias 0%.
"Pertumbuhan ekonomi stagnan karena kontraksi di sektor konstruksi dan manufaktur. Sementara sektor jasa, yang menyumbang sebagian besar aktivitas ekonomi, masih tumbuh, tetapi melambat sepanjang 2019," kata Rob Kent-Smith, Ekonom Biro Statistik Inggris (ONS).
(sef/sef) Next Article Brexit di Depan Mata, Ini Jurus Inggris Kala Cerai dari Eropa
Most Popular