
Waspada! Demo Marak di Penjuru Dunia, Apa Sebabnya?
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
27 October 2019 16:38

Jakarta, CNBC Indonesia - Demo anti-pemerintah besar-besaran masih melanda kota Hong Kong hingga hari ini, Minggu (27/10/2019). Demo yang awalnya lahir untuk menentang diterapkannya Rancangan Undang-Undang (RUU) Ekstradisi itu telah terjadi sejak Juni lalu.
Mengutip laporan South China Morning Post, demo yang diadakan tiap akhir pekan itu masih diselingi aksi bentrokan antara para pengunjuk rasa dengan pihak kepolisian. Akibat dari demo yang berkepanjangan, ekonomi kota yang masih jadi bagian dari China itu menjadi kacau balau. Bisnis-bisnis telah banyak merugi karena harus menutup operasinya tiap kali demo digelar, dan ekonomi kota itu juga disebut-sebut telah terancam masuk ke dalam resesi.
Namun ternyata, demo besar semacam itu tidak hanya terjadi di Hong Kong. Di beberapa negara bagian Amerika serta Eropa juga telah dilanda demo dalam beberapa waktu terakhir. Berikut adalah beberapa demo besar yang terjadi di seluruh dunia, selain Hong Kong, yang dirangkum oleh CNBC Indonesia.
Inggris
Inggris sedang dilanda krisis politik akibat tidak jelasnya proses keluarnya negara ini dari Uni Eropa (UE) alias Brexit. Pada akhir pekan lalu, puluhan ribu warga Inggris berbaris di sekitaran London untuk menyuarakan pandangan atas Brexit yang belum jelas ujungnya. Inggris dijadwalkan untuk meninggalkan UE pada 31 Oktober nanti, namun kemungkinan rencana ini bakal ditunda lagi demi menghindari negara ini untuk meninggalkan UE tanpa kesepakatan alias no-deal Brexit.
Lebanon
Aksi unjuk rasa sudah berlangsung di Beirut, Lebanon dalam dua pekan terakhir. Puluhan ribu rakyat negara ini turun ke jalanan di Beirut menuntut Presiden Michel Aoun untuk mereformasi ekonomi.
Chile
Ribuan warga Chile membanjiri jalanan ibu kota Santiago dan beberapa kota lainnya dalam aksi mogok massal pekan lalu. Demo di negara ini dipicu keputusan pemerintah untuk menaikkan biaya transportasi umum. Para pendemo juga marah karena kesenjangan ekonomi di negara ini cukup luas, serta sistem kesehatan, pendidikan dan pensiun yang mahal, padahal rakyat merasa semua fasilitas tidak memadai.
Irak
Kerusuhan sipil di Irak terjadi pada awal Oktober. Demo ini dipicu rasa frustasi rakyat karena ekonomi negara tidak berkembang sejak militan Negara Islam itu dikalahkan pada 2017. Lebih dari 100 orang tewas dalam bentrokan yang disertai kerusuhan tersebut.
Bolivia
Demo di negara ini meletus setelah oposisi menuduh hasil penghitungan pemilu presiden pada minggu ini sengaja dicurangi untuk memenangkan Evo Morales, yang adalah pemimpin negara saat ini.
Mesir
Demo terhadap Presiden Abdel Fattah al-Sisi pecah di Kairo dan kota-kota lain pada bulan September karena pemerintah diduga melakukan korupsi. Para demonstran menuntut presiden al-Sisi untuk dilengserkan dari jabatannya.
Perancis
Rakyat Perancis menggelar demo yang disebut Gerakan Gilets Jaunes, untuk menentang kenaikan pajak bahan bakar. Namun kemudian tuntutan demo meluas menjadi ke masalah meningkatnya ketidaksetaraan ekonomi dan perubahan iklim. Hal ini mengancam pemerintah Presiden Emmanuel Macron.
Setelahnya, pemberontakan Arab Spring di Suriah berkembang menjadi perang saudara yang terus berlanjut hingga hari ini.
Etiopia
Bentrokan sengit terjadi di negara ini sejak hari Rabu (23/10/2019). Demo ini telah menewaskan 16 orang di setidaknya empat kota. Demo lahir untuk menentang kebijakan reformis Perdana Menteri pemenang Hadiah Nobel Abiy Ahmed. Kebijakan-kebijakan tersebut telah membawa kebebasan yang lebih besar bagi politisi lokal untuk menekan rakyat.
Ekuador
Demo pada awal Oktober di negara ini dipicu rencana Presiden Lenin Moreno untuk memotong subsidi bahan bakar yang telah ada selama empat dekade di negara itu. Akibat demo, kebijakan itu telah dibatalkan.
(gus) Next Article Ini Kronologi Demo Besar Hong Kong yang Lumpuhkan Ekonomi
Mengutip laporan South China Morning Post, demo yang diadakan tiap akhir pekan itu masih diselingi aksi bentrokan antara para pengunjuk rasa dengan pihak kepolisian. Akibat dari demo yang berkepanjangan, ekonomi kota yang masih jadi bagian dari China itu menjadi kacau balau. Bisnis-bisnis telah banyak merugi karena harus menutup operasinya tiap kali demo digelar, dan ekonomi kota itu juga disebut-sebut telah terancam masuk ke dalam resesi.
Inggris
Inggris sedang dilanda krisis politik akibat tidak jelasnya proses keluarnya negara ini dari Uni Eropa (UE) alias Brexit. Pada akhir pekan lalu, puluhan ribu warga Inggris berbaris di sekitaran London untuk menyuarakan pandangan atas Brexit yang belum jelas ujungnya. Inggris dijadwalkan untuk meninggalkan UE pada 31 Oktober nanti, namun kemungkinan rencana ini bakal ditunda lagi demi menghindari negara ini untuk meninggalkan UE tanpa kesepakatan alias no-deal Brexit.
Lebanon
Aksi unjuk rasa sudah berlangsung di Beirut, Lebanon dalam dua pekan terakhir. Puluhan ribu rakyat negara ini turun ke jalanan di Beirut menuntut Presiden Michel Aoun untuk mereformasi ekonomi.
Chile
Ribuan warga Chile membanjiri jalanan ibu kota Santiago dan beberapa kota lainnya dalam aksi mogok massal pekan lalu. Demo di negara ini dipicu keputusan pemerintah untuk menaikkan biaya transportasi umum. Para pendemo juga marah karena kesenjangan ekonomi di negara ini cukup luas, serta sistem kesehatan, pendidikan dan pensiun yang mahal, padahal rakyat merasa semua fasilitas tidak memadai.
Irak
Kerusuhan sipil di Irak terjadi pada awal Oktober. Demo ini dipicu rasa frustasi rakyat karena ekonomi negara tidak berkembang sejak militan Negara Islam itu dikalahkan pada 2017. Lebih dari 100 orang tewas dalam bentrokan yang disertai kerusuhan tersebut.
Bolivia
Demo di negara ini meletus setelah oposisi menuduh hasil penghitungan pemilu presiden pada minggu ini sengaja dicurangi untuk memenangkan Evo Morales, yang adalah pemimpin negara saat ini.
Mesir
Demo terhadap Presiden Abdel Fattah al-Sisi pecah di Kairo dan kota-kota lain pada bulan September karena pemerintah diduga melakukan korupsi. Para demonstran menuntut presiden al-Sisi untuk dilengserkan dari jabatannya.
Perancis
Rakyat Perancis menggelar demo yang disebut Gerakan Gilets Jaunes, untuk menentang kenaikan pajak bahan bakar. Namun kemudian tuntutan demo meluas menjadi ke masalah meningkatnya ketidaksetaraan ekonomi dan perubahan iklim. Hal ini mengancam pemerintah Presiden Emmanuel Macron.
Setelahnya, pemberontakan Arab Spring di Suriah berkembang menjadi perang saudara yang terus berlanjut hingga hari ini.
Etiopia
Bentrokan sengit terjadi di negara ini sejak hari Rabu (23/10/2019). Demo ini telah menewaskan 16 orang di setidaknya empat kota. Demo lahir untuk menentang kebijakan reformis Perdana Menteri pemenang Hadiah Nobel Abiy Ahmed. Kebijakan-kebijakan tersebut telah membawa kebebasan yang lebih besar bagi politisi lokal untuk menekan rakyat.
Ekuador
Demo pada awal Oktober di negara ini dipicu rencana Presiden Lenin Moreno untuk memotong subsidi bahan bakar yang telah ada selama empat dekade di negara itu. Akibat demo, kebijakan itu telah dibatalkan.
(gus) Next Article Ini Kronologi Demo Besar Hong Kong yang Lumpuhkan Ekonomi
Most Popular