
BI Masih Pede Kredit Bank Bisa Tumbuh 12% di 2019
Lidya Julita S, CNBC Indonesia
24 October 2019 18:55

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan kredit hingga Agustus 2019 sebesar 8,59%. Capaian ini melambat dibandingkan periode Juli 2019 yang tercatat sebesar 9,58% (YoY)
Meski terjadi perlambatan, BI memproyeksi pertumbuhan kredit hingga akhir tahun masih mencapai sekitar 10%-12%. Sedangkan untuk tahun depan bisa mencapai 11%-13%.
"Pertumbuhan kredit melambat terutama dipengaruhi oleh masih terbatasnya permintaan kredit korporasi," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo di Gedung BI, Kamis (24/10/2019).
BI meyakini kredit perbankan masih bisa tumbuh sesuai sasaran karena melihat pada kuartal akhir setiap tahunnya permintaan kredit selalu besar. Selain itu, transisi penurunan suku bunga kredit perbankan akan terlihat di akhir tahun, sejalan dengan penurunan suku bunga yang telah dilakukan BI.
"Kami yakin kenapa masih pasang 10%-12%, karena ke depan penyaluran kredit akan tinggi, di pola triwulan IV biasanya lebih tinggi," kata dia.
Lanjutnya, saat ini suku bunga perbankan memang belum turun signifikan atau masih kurang besar dibandingkan dengan penurunan suku bunga yang telah dilakukan BI yakni sebanyak 100 bps atau sebanyak 4 kali sejak Juli 2019.
Saat ini yang terlihat turun baru suku bunga deposito sebesar 26 basis poin (bps). Sedangkan untuk suku bunga kredit memang penurunannya akan lebih lama dari suku bunga deposito karena perbankan membutuhkan waktu.
"Perbankan membutuhkan waktu untuk menyesuaikan suku bunga. Suku bunga kredit turun lebih lama dari deposito, tapi cenderung ke depan dan kami harapakan perbankan turunkan lebih lanjut, terutama kredit agar pembiayaan kredit meningkat," kata dia.
Sementara itu, meski kredit perbankan belum bisa membantu pembiayaan ekonomi secara signifikan, namun masih ada pendorong dari sektor pasar modal. Dimana pembiayaan dari pasar modal terus meningkat dan tumbuh dengan pesat.
"Contohnya, di September 2019 penerbitan obligasi EBA dan sukuk bisa tumbuh 28,1% (YoY), demikian juga penerbitan medium term note (MTN) tumbuh 17,3%. Ini adalah pembiayaan dari pasar modal non kredit perbankan. Meski IPO dan right issue memang belum kuat karena pengaruh global sehingga hanya tumbuh 5,1%," tegasnya.
(dru/dru) Next Article BI: Dampak Konflik AS-Iran ke RI Jangka Pendek
Meski terjadi perlambatan, BI memproyeksi pertumbuhan kredit hingga akhir tahun masih mencapai sekitar 10%-12%. Sedangkan untuk tahun depan bisa mencapai 11%-13%.
"Pertumbuhan kredit melambat terutama dipengaruhi oleh masih terbatasnya permintaan kredit korporasi," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo di Gedung BI, Kamis (24/10/2019).
"Kami yakin kenapa masih pasang 10%-12%, karena ke depan penyaluran kredit akan tinggi, di pola triwulan IV biasanya lebih tinggi," kata dia.
Lanjutnya, saat ini suku bunga perbankan memang belum turun signifikan atau masih kurang besar dibandingkan dengan penurunan suku bunga yang telah dilakukan BI yakni sebanyak 100 bps atau sebanyak 4 kali sejak Juli 2019.
Saat ini yang terlihat turun baru suku bunga deposito sebesar 26 basis poin (bps). Sedangkan untuk suku bunga kredit memang penurunannya akan lebih lama dari suku bunga deposito karena perbankan membutuhkan waktu.
"Perbankan membutuhkan waktu untuk menyesuaikan suku bunga. Suku bunga kredit turun lebih lama dari deposito, tapi cenderung ke depan dan kami harapakan perbankan turunkan lebih lanjut, terutama kredit agar pembiayaan kredit meningkat," kata dia.
Sementara itu, meski kredit perbankan belum bisa membantu pembiayaan ekonomi secara signifikan, namun masih ada pendorong dari sektor pasar modal. Dimana pembiayaan dari pasar modal terus meningkat dan tumbuh dengan pesat.
"Contohnya, di September 2019 penerbitan obligasi EBA dan sukuk bisa tumbuh 28,1% (YoY), demikian juga penerbitan medium term note (MTN) tumbuh 17,3%. Ini adalah pembiayaan dari pasar modal non kredit perbankan. Meski IPO dan right issue memang belum kuat karena pengaruh global sehingga hanya tumbuh 5,1%," tegasnya.
(dru/dru) Next Article BI: Dampak Konflik AS-Iran ke RI Jangka Pendek
Most Popular