Pesawat Boeing Retak dan Nasib Maskapai RI

Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
16 October 2019 10:09
Pesawat Boeing Retak dan Nasib Maskapai RI
Foto: CNBC Indonesia TV
Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menginspeksi seluruh pesawat tipe Boeing 737-800 NG. Inspeksi itu mengacu pada laporan FAA Continued Airworthiness Notification to the International Community (CANIC) kepada seluruh otoritas penerbangan sipil dunia, pada 27 September 2019.

Terdapat potensi ancaman keamanan berdasarkan implementasi DGCA Indonesia Airworthiness Directives (AD) nomor 19-10-003 dan FAA Airworthiness Directives Nomor 2019-20-02. Boeing 737-800 NG diketahui mengalami keretakan pada pada frame fitting outboard chords and failsafe straps adjacent to the stringer S-18A straps.


Bagian tersebut merupakan kerangka pembentukan bodi pesawat. Adapun keretakan terjadi pada titik sekitar batas kerangka sayap dan bodi.

Keretakan tersebut dapat mengakibatkan kegagalan struktur elemen utama untuk mempertahankan batas beban. Kondisi ini dapat mempengaruhi integritas struktural pesawat dan mengakibatkan hilangnya kontrol pesawat.

"Kami akan melakukan inspeksi lebih lanjut untuk memastikan tingkat kerusakan dari pesawat produksi Boeing, khususnya B737NG," kata Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub, Polana B. Pramesti, melalui keterangan resmi, Selasa (16/10/2019).

Direktur Kelaikudaran dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKPPU), Avirianto, memerintahkan kepada operator penerbangan yang mengoperasikan pesawat jenis tersebut agar segera melakukan instruksi sesuai Airworthiness Directive 19-10-003.

Secara konkret, B737NG dengan umur akumulasi lebih dari 30.000 Flight Cycle Number (FCN) wajib melakukan pemeriksaan tidak lebih dari 7 hari sejak tanggal efektif AD 19-10-003 atau tanggal 11 Oktober 2019.

B737NG dengan umur akumulasi lebih dari 22.600 FCN wajib melakukan pemeriksaan tidak lebih dari 1.000 FCN sejak tanggal efektif AD 19-10-003. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan kembali setiap 3500 FCN secara berulang.

"Saat ini maskapai yang mengoperasikan pesawat B737NG adalah Garuda Indonesia sebanyak 73 pesawat, Lion Air sebanyak 102 pesawat, Batik Air sebanyak 14 pesawat, dan Sriwijaya Air sebanyak 24 pesawat," ungkap Avi .

Dari hasil pemeriksaan per tanggal 10 Oktober 2019, terdapat crack pada salah satu dari 3 pesawat B737NG milik Garuda Indonesia yang berumur melebihi 30.000 FCN. Selain itu, terdapat crack pada 2 pesawat B737NG milik Sriwijaya Air dari 5 pesawat yang berumur lebih dari 30.000 FCN. Sedangkan Batik Air dan Lion Air tidak memiliki pesawat yang berumur melebihi 30.000 FCN.

Dengan begitu, 3 pesawat yang mengalami keretakan diputuskan untuk berhenti terbang alias grounded. Pesawat diberhentikan operasinya sambil menunggu rekomendasi lebih lanjut dari pihak Boeing.


Berlanjut ke halaman 2 >>>


Maskapai pemilik jenis tersebut pun ramai-ramai angkat bicara. Direktur Teknik Sriwijaya Air, Romdani Ardali Adang, menjelaskan bahwa kejadian ini merupakan temuan baru. Karena itu, grounded menjadi langkah pencegahan agar tidak terjadi hal yang membahayakan ketika pesawat terbang.

"Kita koordinasikan dengan Boeing untuk perbaikannya dan Boeing juga belum bisa kasih estimasi. Kan karena ini barang baru. Temuan baru. Sementara yang ditunjuk baru satu MRO (Maintenance Repair & Overhaul) di Amerika. Yang punya kapabilitas itu," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Selasa (15/10/2019).

Karena di seluruh dunia hanya ada 1 bengkel pesawat yang bisa memperbaiki, maka estimasi waktu untuk terbang kembali belum ditentukan. Dia bilang, ke depan memang kapabilitas untuk memperbaiki keretakan ini akan berkembang di seluruh mitra Boeing.

"Boeing itu belum memberikan gambaran, materialnya apa juga belum disiapkan. Cuma buat pencegahan, kalau crack supaya digrounded dulu dari pada ada apa-apa di atas," tandasnya.

Ditanya mengenai kerugian atas dikandangkannya 2 pesawat ini, dia tak menjelaskan rinci. Hanya saja, dia menyampaikan gambaran bahwa biaya sewa per pesawat jenis tersebut mencapai US$ 200 ribu per bulan.

"Sewa bayarnya satu pesawat US$ 200 ribu. Dari komersial kan ngitung revenue, totalnya enggak tahu kita," urainya.

Selain 2 pesawat yang dikandangkan, Sriwijaya Air juga punya 3 tipe serupa yang berusia lebih dari 30.000 flight cycle. Namun, 3 tipe tersebut dinyatakan aman dan tetap bisa melayani operasional.

Sementara itu, Garuda Indonesia terpaksa mengandangkan 1 unit pesawat tipe Boeing 737NG miliknya. Grounded sampai batas waktu yang belum ditentukan itu dilakukan karena terdapat keretakan pada pickle fork pesawat.

"Kan kita sudah bicara sama Boeing untuk semacam klaim begitu lah ya. Cuma belum ada detailnya," kata VP Corporate Secretary PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, M Ikhsan Rosan, kepada CNBC Indonesia, Selasa (15/10/2019).

Dia menjelaskan bahwa Garuda Indonesia telah menjalankan prosedur inspeksi dan pemeriksaan komprehensif terhadap armada B737-800NG yang telah mencapai 30.000 siklus terbang (flight cycle). Sebenarnya, Garuda punya 3 unit tipe tersebut yang berusia lebih dari 30.000 flight cycle.

Namun, 2 pesawat tidak dikandangkan karena dipastikan aman. Praktis, hanya satu unit yang ditemukan adanya keretakan.

"Mayoritas pesawat Boeing Seri NG yang dioperasikan Garuda Indonesia masih tergolong baru, sehingga banyak yang belum mencapai angka flight cycle tersebut," bebernya.

Sedangkan 1 armada yang dikandangkan sudah tak mengudara sejak 5 Oktober 2019 lalu. Grounded tersebut tidak menggangu operasional Garuda karena masih bisa di-back-up oleh pesawat lainnya.

"Kami juga terus melaksanakan koordinasi intensif bersama Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKPPU) Kementerian Perhubungan dalam menindaklanjuti laporan FAA tersebut tentunya dengan tetap mengedepankan aspek keselamatan penerbangan sesuai regulasi yang berlaku," urai Ikhsan.



Berlanjut ke halaman 3 >>>



Adapun Lion Air Group memiliki jumlah pesawat tipe Boeing 737 New Generation (NG) terbanyak di RI. Rincinya, Lion Air sebanyak 102 pesawat, dan Batik Air sebanyak 14 pesawat.

Corporate Communications Strategic Lion Air Group Danang Mandala Prihantoro, menegaskan bahwa seluruh pesawat tipe tersebut yang dimiliki tak ada yang tergolong berumur tua.

"Saat ini umur pesawat Lion Air pada 25.000 flight cycle data atau masih di bawah 30.000," ungkap Danang kepada CNBC Indonesia, Selasa (15/10/2019).

Dia menegaskan pula, untuk pemeriksaan dan perawatan akan terus dilakukan sesuai airworthines directive (AD) atau perintah dari lembaga berwenang seperti FAA, EASA atau DKPPU. Hal itu menurutnya harus dikerjakan secara mutlak jika pesawat udara terdaftar dalam AD tersebut, dengan interval tertentu guna menjaga kelaikudaraan.

"Untuk AD crack tersebut, Lion Air sudah memprogramkan pelaksanaannya," bebernya.

Dia meminta pelanggan Lion Air Group tak meragukan urusan keamanan dan keselamatan. Pasalnya, Lion Air Group, kata dia mengutamakan faktor keselamatan, keamanan dan kenyamanan penerbangan. 

"Lion Air Group patuh menjalankan kebijakan, aturan sesuai standar pengoperasian pesawat udara," pungkasnya.
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular