Pesawat Boeing Retak dan Nasib Maskapai RI

Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
16 October 2019 10:09
Curhat Maskapai
Foto: Muhammad Sabki
Maskapai pemilik jenis tersebut pun ramai-ramai angkat bicara. Direktur Teknik Sriwijaya Air, Romdani Ardali Adang, menjelaskan bahwa kejadian ini merupakan temuan baru. Karena itu, grounded menjadi langkah pencegahan agar tidak terjadi hal yang membahayakan ketika pesawat terbang.

"Kita koordinasikan dengan Boeing untuk perbaikannya dan Boeing juga belum bisa kasih estimasi. Kan karena ini barang baru. Temuan baru. Sementara yang ditunjuk baru satu MRO (Maintenance Repair & Overhaul) di Amerika. Yang punya kapabilitas itu," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Selasa (15/10/2019).

Karena di seluruh dunia hanya ada 1 bengkel pesawat yang bisa memperbaiki, maka estimasi waktu untuk terbang kembali belum ditentukan. Dia bilang, ke depan memang kapabilitas untuk memperbaiki keretakan ini akan berkembang di seluruh mitra Boeing.

"Boeing itu belum memberikan gambaran, materialnya apa juga belum disiapkan. Cuma buat pencegahan, kalau crack supaya digrounded dulu dari pada ada apa-apa di atas," tandasnya.

Ditanya mengenai kerugian atas dikandangkannya 2 pesawat ini, dia tak menjelaskan rinci. Hanya saja, dia menyampaikan gambaran bahwa biaya sewa per pesawat jenis tersebut mencapai US$ 200 ribu per bulan.

"Sewa bayarnya satu pesawat US$ 200 ribu. Dari komersial kan ngitung revenue, totalnya enggak tahu kita," urainya.

Selain 2 pesawat yang dikandangkan, Sriwijaya Air juga punya 3 tipe serupa yang berusia lebih dari 30.000 flight cycle. Namun, 3 tipe tersebut dinyatakan aman dan tetap bisa melayani operasional.

Sementara itu, Garuda Indonesia terpaksa mengandangkan 1 unit pesawat tipe Boeing 737NG miliknya. Grounded sampai batas waktu yang belum ditentukan itu dilakukan karena terdapat keretakan pada pickle fork pesawat.

"Kan kita sudah bicara sama Boeing untuk semacam klaim begitu lah ya. Cuma belum ada detailnya," kata VP Corporate Secretary PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, M Ikhsan Rosan, kepada CNBC Indonesia, Selasa (15/10/2019).

Dia menjelaskan bahwa Garuda Indonesia telah menjalankan prosedur inspeksi dan pemeriksaan komprehensif terhadap armada B737-800NG yang telah mencapai 30.000 siklus terbang (flight cycle). Sebenarnya, Garuda punya 3 unit tipe tersebut yang berusia lebih dari 30.000 flight cycle.

Namun, 2 pesawat tidak dikandangkan karena dipastikan aman. Praktis, hanya satu unit yang ditemukan adanya keretakan.

"Mayoritas pesawat Boeing Seri NG yang dioperasikan Garuda Indonesia masih tergolong baru, sehingga banyak yang belum mencapai angka flight cycle tersebut," bebernya.

Sedangkan 1 armada yang dikandangkan sudah tak mengudara sejak 5 Oktober 2019 lalu. Grounded tersebut tidak menggangu operasional Garuda karena masih bisa di-back-up oleh pesawat lainnya.

"Kami juga terus melaksanakan koordinasi intensif bersama Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKPPU) Kementerian Perhubungan dalam menindaklanjuti laporan FAA tersebut tentunya dengan tetap mengedepankan aspek keselamatan penerbangan sesuai regulasi yang berlaku," urai Ikhsan.


Berlanjut ke halaman 3 >>>


(roy/roy)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular