Internasional

Pendemo Hong Kong vs Pemerintah, Adu Iklan Buat Tarik Simpati

Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
24 September 2019 12:04
Pendemo Hong Kong vs Pemerintah, Adu Iklan Buat Tarik Simpati
Foto: Demo Hongkong (REUTERS/Tyrone Siu)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Hong Kong terus berupaya meyakinkan investor bahwa kota tersebut baik-baik saja, meski demonstrasi terus terjadi.

Bahkan, pemerintah Hong Kong sudah menggelontorkan dana hingga HK$ 7,4 juta (Rp 13 miliar) untuk kampanye periklanan global untuk membendung persepsi negatif pasar terutama internasional.

Sehari setelah Pemimpin Eksekutif Hong Kong Carrie Lam mengumumkan penarikan undang-undang ekstradisi awal Agustus lalu, pemerintah membuat kampanye periklanan global yang menggambarkan bahwa pusat keuangan itu adalah tempat yang aman dan terbuka untuk bisnis.


Narasi seperti "Hong Kong bertekad untuk mencapai resolusi yang damai, rasional dan masuk akal" dan "kota yang aman, terbuka, ramah dan ekonomi yang terhubung secara internasional, bersemangat, dan dinamis" dipakai dalam iklan pemerintah yang didistribusikan secara internasional.

"Kampanye iklan ini dipublikasikan di surat kabar dan majalah luar negeri terpilih," tulis media Hong Kong South China Morning Post, sebagaimana dilansir CNBC Selasa (24/9/2019).


Seperti The Australian Financial Review, Financial Times, Washington Post, New York Times, Kyunghyang Shinmun di Korea Selatan, Frankfurter Allgemeine Zeitung di Jerman, Globe dan Mail di Kanada, Le Monde di Perancis dan Nikkei di Jepang.

Kampanye juga dilakukan secara masif di media sosial, termasuk Facebook, Twitter, Linkedin dan Youtube. Bahkan untuk sekali beriklan di medsos, pemerintah mengeluarkan HK$ 80.000 (Rp 143 juta).

Pola kampanye melalui iklan ini sebenarnya tidak hanya dilakukan pemerintah. Pendemo Hong Kong juga melakukan hal yang demikian, bahkan angkanya fantastis dan lebih dari pemerintah HK$ 30 juta (Rp 53 miliar).

Para aktivis mengumpulkan dana kampanye melalui media sosial. Bahkan dalam hitungan terbaru, para pendemo telah berhasil mengumpulkan dana hingga HK $ 15,4 juta (Rp 27 miliar) yang akan digunakan untuk kampanye terbaru menghadapi peringatan 70 tahun berdirinya Republik Rakyat China pada 1 Oktober nanti. 


Salah satu iklan yang dibuat pendemo Hong Kong menampilkan sebutir telur terkena peluru dan diberi judul, "Bersiaplah bersama Hong Kong untuk Kebebasan". Iklan ini pun memperoleh nominasi untuk Nikkei Advertising Award di Jepang.

"Dampak dari kampanye yang diluncurkan oleh pemerintah dan pengunjuk rasa tampaknya berbeda," kata Andy Ho On-tat seorang konsultan PR setempat.

"Kampanye para aktivis melampaui iklan berbayar pemerintah, karena mereka mendapatkan publisitas di media, dengan tambahan laporan taktik dan kreativitas (demo) mereka,".

Sebaliknya, Ho On-tat menilai kampanye iklan pemerintah Hong Kong sedikit gagal karena media yang melibut juga tidak menggambarkan narasi yang sama seperti yang disampaikan dalam slogan pemerintah.

"Wartawan yang meliput protes di Hong Kong, dan sangat menyadari bahwa iklan itu tidak sesuai dengan kenyataan," katanya.

BERSAMBUNG KE HAL 2 >>>
Sebelumnya demonstrasi yang terus berlangsung membuat Hong Kong terancam kehilangan statusnya sebagai pusat keuangan global. Demo yang semakin anarkis membuat situasi kota itu tidak kondusif untuk iklim investasi.

"Saya pikir jika Hong Kong tidak membaik, Anda seharusnya tidak memiliki hak untuk menjadi pusat keuangan," kata CEO Citic Capital Zhang Yichen, sebagaimana dilansir di CNBC International.

Investor akan dengan mudah memindahkan uang ke kota lain yang lebih aman, yang memang selama ini menjadi pesaing Hong Kong. Misalnya ke Shanghai, Tokyo dan Singapura.

Meski demikian, kota-kota di China khususnya, tidak akam mampu benar-benar menggantikan Hong Kong. Pasalnya sistem hukum yang dipakai Hong Kong lebih baik dibanding daerah lain di China daratan.

Berinvestasi di Hong Kong lebih membuat investor nyaman. "Dari perspektif itu, saya tidak percaya Shanghai dan kota-kota Cina lainnya benar-benar dapat menggantikan Hong Kong. Jika (Hong Kong) menyia-nyiakan itu sendiri, itu akan memalukan," ujarnya.

Demo Hong Kong terus terjadi selama 14 pekan. Unjuk rasa awalnya terjadi karena kemunculan RUU Esktradisi.

Undang-undang ini berisi aturan yang memungkinkan para kriminal Hong Kong, dibawa ke China untuk dieksekusi berdasarkan hukum China. Aktivis pro demokrasi khawatir ini akan menjadi cara China untuk mengebiri kebebasan di Hong Kong.

Meski sudah dibatalkan, gejolak demo terus terjadi sampai sekarang. Di tiap akhir pekan, demo Hong Kong selalu berakhir dengan tindakan bentrok antara pengunjuk rasa dan petugas.

Pada akhir pekan para pendemo melakukan unjuk rasa di Sha Tin New Town Plaza Hong Kong. Pengunjuk rasa melakukan aksi anarkis dengan menginjak-injak bendera China.

Mereka meletakkan bedera China di lantai, bergiliran belari di atasnya, lalu membuang bendera ke sungai. Sehari sebelumnya, sekelompok massa juga membakar simbol negara ini.

Aksi esktrim pengunjuk rasa tak hanya di situ saja. Di sisi lain mall, sekelompok pendemo menyerang kerata bawah tanah yang terhubung dengan pusat perbelanjaan itu.

Mereka menghancurkan kamera pengintai dengan palu, menyemprotkan cat pada dinding stasiun dan memecahkan layar mesin tiket. Hal ini membuat polisi anti huru hara Hong kong datang dan menjaga stasiun.

Kedatangan polisi semakin membuat pengunjuk rasa naik pitam. Massa membangun barikade di seberang jalan dekat mal, menumpuk serangan daun yang berada di sekitar jalan dan membakarnya untuk menimbulkan api.

Polisi pun menembakkan gas air mata untuk memukul mundur para pendemo. Menurut salah satu pendemo, tindakan ekstrim perlu mereka lakukan untuk menarik perhatian pemerintah.

[Gambas:Video CNBC]




Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular