
Internasional
Pendemo Hong Kong vs Pemerintah, Adu Iklan Buat Tarik Simpati
Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
24 September 2019 12:04

Sebelumnya demonstrasi yang terus berlangsung membuat Hong Kong terancam kehilangan statusnya sebagai pusat keuangan global. Demo yang semakin anarkis membuat situasi kota itu tidak kondusif untuk iklim investasi.
"Saya pikir jika Hong Kong tidak membaik, Anda seharusnya tidak memiliki hak untuk menjadi pusat keuangan," kata CEO Citic Capital Zhang Yichen, sebagaimana dilansir di CNBC International.
Investor akan dengan mudah memindahkan uang ke kota lain yang lebih aman, yang memang selama ini menjadi pesaing Hong Kong. Misalnya ke Shanghai, Tokyo dan Singapura.
Meski demikian, kota-kota di China khususnya, tidak akam mampu benar-benar menggantikan Hong Kong. Pasalnya sistem hukum yang dipakai Hong Kong lebih baik dibanding daerah lain di China daratan.
Berinvestasi di Hong Kong lebih membuat investor nyaman. "Dari perspektif itu, saya tidak percaya Shanghai dan kota-kota Cina lainnya benar-benar dapat menggantikan Hong Kong. Jika (Hong Kong) menyia-nyiakan itu sendiri, itu akan memalukan," ujarnya.
Demo Hong Kong terus terjadi selama 14 pekan. Unjuk rasa awalnya terjadi karena kemunculan RUU Esktradisi.
Undang-undang ini berisi aturan yang memungkinkan para kriminal Hong Kong, dibawa ke China untuk dieksekusi berdasarkan hukum China. Aktivis pro demokrasi khawatir ini akan menjadi cara China untuk mengebiri kebebasan di Hong Kong.
Meski sudah dibatalkan, gejolak demo terus terjadi sampai sekarang. Di tiap akhir pekan, demo Hong Kong selalu berakhir dengan tindakan bentrok antara pengunjuk rasa dan petugas.
Pada akhir pekan para pendemo melakukan unjuk rasa di Sha Tin New Town Plaza Hong Kong. Pengunjuk rasa melakukan aksi anarkis dengan menginjak-injak bendera China.
Mereka meletakkan bedera China di lantai, bergiliran belari di atasnya, lalu membuang bendera ke sungai. Sehari sebelumnya, sekelompok massa juga membakar simbol negara ini.
Aksi esktrim pengunjuk rasa tak hanya di situ saja. Di sisi lain mall, sekelompok pendemo menyerang kerata bawah tanah yang terhubung dengan pusat perbelanjaan itu.
Mereka menghancurkan kamera pengintai dengan palu, menyemprotkan cat pada dinding stasiun dan memecahkan layar mesin tiket. Hal ini membuat polisi anti huru hara Hong kong datang dan menjaga stasiun.
Kedatangan polisi semakin membuat pengunjuk rasa naik pitam. Massa membangun barikade di seberang jalan dekat mal, menumpuk serangan daun yang berada di sekitar jalan dan membakarnya untuk menimbulkan api.
Polisi pun menembakkan gas air mata untuk memukul mundur para pendemo. Menurut salah satu pendemo, tindakan ekstrim perlu mereka lakukan untuk menarik perhatian pemerintah.
(sef/sef)
"Saya pikir jika Hong Kong tidak membaik, Anda seharusnya tidak memiliki hak untuk menjadi pusat keuangan," kata CEO Citic Capital Zhang Yichen, sebagaimana dilansir di CNBC International.
Investor akan dengan mudah memindahkan uang ke kota lain yang lebih aman, yang memang selama ini menjadi pesaing Hong Kong. Misalnya ke Shanghai, Tokyo dan Singapura.
Berinvestasi di Hong Kong lebih membuat investor nyaman. "Dari perspektif itu, saya tidak percaya Shanghai dan kota-kota Cina lainnya benar-benar dapat menggantikan Hong Kong. Jika (Hong Kong) menyia-nyiakan itu sendiri, itu akan memalukan," ujarnya.
Demo Hong Kong terus terjadi selama 14 pekan. Unjuk rasa awalnya terjadi karena kemunculan RUU Esktradisi.
Undang-undang ini berisi aturan yang memungkinkan para kriminal Hong Kong, dibawa ke China untuk dieksekusi berdasarkan hukum China. Aktivis pro demokrasi khawatir ini akan menjadi cara China untuk mengebiri kebebasan di Hong Kong.
Meski sudah dibatalkan, gejolak demo terus terjadi sampai sekarang. Di tiap akhir pekan, demo Hong Kong selalu berakhir dengan tindakan bentrok antara pengunjuk rasa dan petugas.
Pada akhir pekan para pendemo melakukan unjuk rasa di Sha Tin New Town Plaza Hong Kong. Pengunjuk rasa melakukan aksi anarkis dengan menginjak-injak bendera China.
Mereka meletakkan bedera China di lantai, bergiliran belari di atasnya, lalu membuang bendera ke sungai. Sehari sebelumnya, sekelompok massa juga membakar simbol negara ini.
Aksi esktrim pengunjuk rasa tak hanya di situ saja. Di sisi lain mall, sekelompok pendemo menyerang kerata bawah tanah yang terhubung dengan pusat perbelanjaan itu.
Mereka menghancurkan kamera pengintai dengan palu, menyemprotkan cat pada dinding stasiun dan memecahkan layar mesin tiket. Hal ini membuat polisi anti huru hara Hong kong datang dan menjaga stasiun.
Kedatangan polisi semakin membuat pengunjuk rasa naik pitam. Massa membangun barikade di seberang jalan dekat mal, menumpuk serangan daun yang berada di sekitar jalan dan membakarnya untuk menimbulkan api.
Polisi pun menembakkan gas air mata untuk memukul mundur para pendemo. Menurut salah satu pendemo, tindakan ekstrim perlu mereka lakukan untuk menarik perhatian pemerintah.
(sef/sef)
Pages
Most Popular