Internasional

China Minta BUMN dan Pengusaha Bantu Amankan Hong Kong

Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
13 September 2019 16:05
China meminta perusahaan besar negara tersebut untuk mengambil peran yang lebih aktif di Hong Kong.
Foto: Protes Pro-Demokrasi Hong Kong Meminta Pertolongan Pemerintahan AS (REUTERS/Anushree Fadnavis)
Jakarta, CNBC Indonesia - China meminta perusahaan besar negara tersebut untuk mengambil peran yang lebih aktif di Hong Kong. Termasuk meningkatkan investasi dan membantu mendinginkan krisis.

Hal ini terungkap pada pertemuan minggu ini di Shenzhen, kota yang berbatasan dengan Hong Kong. Di mana 100 perusahaan hadir antara lain raksasa minyak Sinopec dan konglomerat China Merchants Group.

Pada pertemuan tersebut, BUMN China diminta berjanji untuk berinvestasi lebih banyak di industri utama Hong Kong seperti real estat dan pariwisata. Ini dilakukan guna menciptakan lapangan kerja bagi warga lokal dan menstabilkan pasar keuangan.


Bukan hanya itu, perusahaan besar di Hong Kong, terutama yang terdaftar di bursa saham, juga didesak untuk mengendalikan perusahaan  dan memiliki kekuatan pengambilan keputusan di dalamnya.

"Elite bisnis di Hong Kong tentu saja tidak cukup. (Karena) kebanyakan dari mereka bukan salah satu dari kita." kata eksekutif BUMN China yang hadir dalam pertemuan itu kepada Reuters sebagaimana dilansir CNBC Indonesia Jumat (13/9/2019).


Pertemuan tersebut diselenggarakan oleh State-owned Assets Supervision and Administration (SASAC). Badan ini merupakan lembaga yang mengawasi sektor negara China yang luas, yang mencakup beberapa perusahaan terbesar di dunia dalam industri seperti baja, energi, pengiriman dan telekomunikasi.

Ketua Partai Komunis SASAC, Hao Peng, muncul di Hong Kong pada Rabu di forum prakarsa infrastruktur Belt and Road dan mengatakan bahwa SOE sedang mencari cara untuk bekerja sama dalam proyek-proyek besar di kota itu.

Hao Peng, yang didampingi oleh para eksekutif BUMN China juga bertemu dengan pemimpin Hong Kong, Carrie Lam.

Sebelumnya, demonstrasi Hong Kong terus terjadi selama 3 bulan terakhir. Demonstrasi ini berawal dari penolakan aktivis pro demokrasi terhadap RUU Ekstradisi.

RUU ini memungkinkan warga Hong Kong yang ditangkap dikirim ke China untuk menjalani pengadilan. Ini ditakutkan akan menjadi alata untuk pemerintah China memberantas kelompok pro demokrasi.

RUU kontroversial ini lalu dibatalkan awal September lalu. Meski demikian, demonstrasi terus terjadi, karena RUU Ekstradisi hanya satu dari lima tuntutan para pengunjuk rasa.

[Gambas:Video CNBC]




(sef/sef) Next Article Demo Belum Reda, China Copot Pejabat Penting di Hong Kong

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular