Internasional

Pemimpin Hong Kong Tetap Gagal Tenangkan Demo?

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
06 September 2019 12:24
Meski secara resmi sudah mencabut RUU Ekstradisi, demonstrasi di beberapa titik masih berlanjut
Foto: Protes Mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Hong Kong (05/09/19). (REUTERS/Anushree Fadnavis)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemimpin Hong Kong Carrie Lam pada Rabu (4/9/19) waktu setempat mengumumkan pembatalan secara resmi Rancangan Undang-Undang (RUU) Ekstradisi yang memicu kerusuhan selama tiga bulan terakhir di Hong Kong. RUU yang memungkinkan pelaku kriminal Hong Kong diadili di China itu telah membuat kota yang dikuasai China terjerat ke dalam krisis terburuk selama beberapa dekade.

Sayangnya, banyak pihak merasa pembatalan secara resmi RUU Ekstradisi menjadi salah satu tuntutan pengunjuk rasa itu, sudah terlambat dilakukan. Sebab penarikan itu dilakukan saat keadaan sudah kacau balau.

Menurut jurnalis Tom Rogan dalam opininya di Washington Examiner, langkah penarikan RUU itu sendiri sudah gagal menenangkan para pendemo. Ia juga mengatakan bahwa langkah yang diambil Lam tidak lepas dari tuntutan China dan itu membuat pendemo semakin marah.


"Keputusan Kepala Eksekutif Hong Kong, Carrie Lam minggu ini untuk menarik RUU ekstradisi telah gagal meredam amarah para pendemo. Para pengunjuk rasa itu dengan tepat mengakui bahwa Lam hanya bertindak di bawah perintah dari Beijing. Mereka tahu bahwa tanpa perubahan politik struktural untuk melindungi wilayah dari cengkeraman Beijing, komitmen apa pun mudah dibalikkan," katanya sebagaimana dilansir CNBC Indonesia, Jumat (6/9/2019).

"Ini bukan masalah kecil berurusan dengan Partai Komunis China, terutama dengan Xi Jinping duduk di atas takhta sebagai Mao kedua," ujarnya lagi. Mao atau Mao Zedong adalah pemimpin Partai Komunis China yang memiliki kuasa penuh atas China selama hidupnya, mengutip Britannica.

Pemimpin Hong Kong Tetap Gagal Tenangkan Demo?Foto: Protes Mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Hong Kong (05/09/19). (REUTERS/Anushree Fadnavis)



Lebih lanjut, Rogan menyebut kekacauan yang terlihat dalam demo dua pekan lalu juga menunjukkan ketidakmampuan China dalam membendung amarah para pendemo. Sebagai akibatnya, China mengirimkan pasukan militernya untuk mengawasi demo.

Namun, Rogan juga menyebut bahwa China sebenarnya ragu dalam melakukan hal itu. Sebab, banyak hal yang menjadi taruhannya, termasuk kelangsungan pembicaraan dagang dengan Amerika Serikat (AS). Kedua negara dengan ekonomi terbesar dunia ini telah terlibat perang dagang sejak awal 2018 dan tengah mengupayakan kesepakatan dagang dengan mengadakan perundingan.

"Mereka tahu hal itu akan mengundang kecaman internasional dan mungkin menunda pembicaraan perdagangan yang sangat dibutuhkan dengan Amerika.," katanya.

"Tetapi Komite Tetap Politbiro (Politburo Standing Committee), badan tertinggi partai, jauh lebih tidak nyaman dengan membiarkan kekacauan berlanjut, karena demo jalanan Hong Kong sangat berisiko pada kredibilitas Partai Komunis. Itulah yang paling penting bagi Beijing: supremasi negara yang terjamin dan dipahami,".

[Gambas:Video CNBC]





(sef/sef) Next Article Demo Belum Reda, China Copot Pejabat Penting di Hong Kong

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular