Turki Sudah Resesi, Negara Lain Menanti?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
04 September 2019 10:01
AS-China Harus Damai!
Ilustrasi Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Tidak bisa tidak, AS dan China harus mengakhiri perang dagang. Sudah lebih dari setahun dua kekuatan ekonomi terbesar di dunia ini terlibat perang, saling hambat dengan mengenakan bea masuk.

Ketika AS dan China sulit berdagang, maka rantai pasok global akan terganggu. Akibatnya ya itu tadi, arus perdagangan dan investasi dunia tersendat.


Masalahnya, upaya AS-China menuju damai dagang menemui tantangan yang tidak ringan. Sebab, Washington dan Beijing masih saling bertukar bea masuk yang membuat perdamaian terasa begitu jauh.

Mulai 1 September, AS mengenakan bea masuk 15% bagi importasi produk China senilai US$ 125 miliar, di antara berlaku bagi pengeras suara (speaker), headphone, sampai pakaian. Gelombang kedua bea masuk 15% akan berlaku mulai 15 Desember, yang mencakup impor produk China senilai US$ 156 miliar dari mulai alat makan plastik, kaus kaki, lampu LED, sampai dekorasi untuk keperluan Hari Natal.

Sementara China memberlakukan bea masuk 5-10% untuk importasi produk AS senilai US$ 75 miliar. Selain itu, ada kenaikan bea masuk untuk produk yang selama ini sudah menjadi 'korban', misalnya kedelai (dari 25% naik menjadi 30%).

Situasi semakin keruh kala China mengadukan AS ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Tidak disebutkan rincian dari laporan itu, tetapi China menyatakan kebijakan AS telah mempengaruhi ekspor mereka sebesar US$ 300 miliar.


Teranyar, Presiden AS Donald Trump menegaskan agar China jangan coba-coba menghambat negosiasi. Kalau dialog dagang sampai buntu, sang presiden ke-45 Negeri Adidaya mengancam tidak akan ragu bertindak lebih keras kepada China.

"Enam belas bulan adalah waktu yang lama (bagi China) untuk mengalami PHK massal, dan itu yang akan terjadi jika saya menenangi Pemilu (2020). Kesepakatan akan semakin sulit! Pada saat yang sama, rantai pasok China akan hancur dan bisnis, lapangan kerja, serta uang akan hilang!" cuit Trump di Twitter.

Turki sudah menjadi contoh bagaimana resesi adalah sebuah ancaman yang nyata. Jika AS dan China tidak belajar dari contoh ini, maka resesi tingkat global sepertinya sulit terhindarkan. 



TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular