Alot, Jonan-DPR Panas Dingin Bahas Target Lifting Minyak RI!

Efrem Limsan Siregar, CNBC Indonesia
28 August 2019 17:37
Menteri Jonan dan DPR sempat panas dingin membahas target asumsi makro soal lifting minyak RI
Foto: DPR (CNBC Indonesia/Efrem)
Jakarta, CNBC Indonesia- Terjadi perdebatan hangat antara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dengan Komisi VII DPR RI saat membahas soal asumsi makro sektor energi, terutama untuk lifting minyak RI.

Sesuai dengan nota keuangan, Menteri ESDM Ignasius Jonan menawarkan lifting minyak RI di angka 734 ribu barel sehari, ini juga sesuai dengan raker bersama anggota dewan pada Juni kemarin.



Angka ini memang agak jauh dibanding dengan asumsi 2019 yang dipatok di 775 ribu barel sehari, meskipun realisasinya sampai tengah tahun hanya di 750 barel sehari dan proyeksi rata-rata sampai akhir tahun 754 ribu barel sehari.

Soal asumsi ini, anggota Komisi VII DPR RI Kardaya Warnika meminta agar ESDM lebih realistis dalam mematok target. "Lifting jangan berdasar kesepakatan, berapa sekarang decline (penurunan) dan lapangan baru yang mau masuk? Kalau ternyata itu angkanya saya terima karena memang segitu kalau tidak sulit," ujarnya dalam rapat di Gedung DPR, Rabu (28/8/2019).

Terkait ini, Jonan pun menanggapi bahwa kadang usulan yang sudah ditetapkan bersama Komisi VII bisa berubah lagi di badan anggaran.

Lalu, pernyataan Jonan ini ditanggapi oleh anggota komisi lainnya Muhammad Nasir yang meminta supaya aman target diberikan dalam kisaran saja.

Banyaknya masukan ini membuat Jonan mengatakan bahwa pihaknya hanya mengikuti hasil rapat. "Terserah bapak ibu, tadi Pak Kardaya bilang realistis, setidaknya sama dengan outlook tahun ini jadi kami ada pekerjaan rumah 20 ribu barel setiap hari yang harus dikerjakan oleh KKKS," jelasnya.

Alot, Jonan-DPR Panas Dingin Bahas Target Lifting Minyak RI!Foto: DPR (CNBC Indonesia/Efrem)


Target ini masih tentatif besar atau kecilnya, sebab jika lapangan-lapangan minyak besar bisa naik 1-2% saja maka target bisa dicapai. Namun range di 734 ribu barel sampai 775 barel per hari dinilai agak berat.

"Begini Pak, kami juga berusaha bikin range yang kira-kira jika usaha keras itu bisa tercapai tapi kalau exceeding kita sudah tahu kemungkinan sulit sekali, kecuali ada hal-hal yang sangat besar."

Menurutnya, untuk proses eksplor workover itu bisa membutuhkan waktu lebih dari 12 bulan. "Kalau mau ya kita coba, kalau mau satu angka. Kalau mau satu angka di 734 sampai 775 ribu barel sehari dapatnya di 754 ribu atau 760 ribu. Kalau saran saya karena hasil raker juga sepakat 734 ribu, kalau mau satu angka 755 ribu barel sehari. Ini lumayan sudah tambah 21 ribu barel sehari."

Muhammad Nasir pun masih tetap ngotot, menurutnya dengan menggenjot upaya EOR (enhanced oil recovery) semestinya produksi malah bisa digenjot ke angka 800 ribu barel sehari. "Menurut saya kalau dimaksimalkan bisa capai 800 ribu barel per hari, karena bapak sudah pakai teknologi tadi atau permohonan bapak tidak kami setujui."

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menjelaskan kondisi lifting minyak RI, secara bertahap terus terjadi penurunan. Dengan target di atas 734 ribu barel sehari, menurutnya angka decline rate-nya harus ditekan jadi 2,7% atau di bawah 3%. Padahal, hitung-hitungan RUEN tahun 2017 asumsinya di 2020 itu produksi bisa merosot ke 520 ribu barel sehari. "Tapi dengan usaha bisa pertahankan di atas 700 ribu barel sehat."

Ujungnya, rapat komisi VII DPR dan Kementerian ESDM memutuskan lifting minyak lebih tinggi dari asumsi pemerintah. Dari 734 ribu barel sehari, akhirnya usai rapat menjadi 755 ribu barel sehari.


[Gambas:Video CNBC]


(gus/gus) Next Article Alot, 3 Hari Beruntun ESDM Rapat dengan DPR Bahas Anggaran

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular