Rusuh! Polisi 'Hajar' Pendemo Hong Kong dengan Meriam Air
26 August 2019 09:38

Jakarta, CNBC Indonesia - Polisi menggunakan meriam air (water cannon) untuk membubarkan para pengunjuk rasa di wilayah di Tsuen Wan, Hong Kong, pada Minggu kemarin (25/8/19). Penggunaan water cannon ini adalah yang pertama kali dilakukan setelah sebelumnya menggunakan gas air mata.
Kericuhan yang kembali terjadi ini menghapuskan harapan akan berakhirnya demo Hong Kong, setelah pekan lalu unjuk rasa dilakukan dengan damai.
Seperti dilaporkan Guardian, pada hari sebelumnya, Sabtu (24/8/20190, polisi menggunakan peluru karet, merica bola dan sepon untuk mengatasi para pendemo.
Menjelang sore, Minggu, sekitar 100 petugas polisi anti huru hara telah membentuk barisan, mengambil posisi berseberangan dengan para pendemo. Para pengunjuk rasa kemudian membentuk barikade darurat dengan penghalang lalu lintas berbahan plastik dan batang bambu.
Tepat setelah pukul 18:00 waktu setempat, polisi menembakkan beberapa putaran gas air mata. Sebagian besar pendemo tetap berdiri di tempat, di belakang barikade di tengah-tengah asap dan beberapa dari mereka melemparkan tabung gas ke polisi.
Para pengunjuk rasa juga melemparkan batu bata dan bom molotov ke polisi, dengan api terlihat di jalan antara kedua belah pihak.
Beberapa menit kemudian, polisi meluncurkan satu lagi gas air mata dan menyerbu para pemrotes ketika kerumunan mereka mulai berlarian, bubar. Untuk pertama kalinya, polisi juga menggunakan dua kendaraan anti huru hara yang dilengkapi dengan meriam air untuk mengusir pengunjuk rasa.
Setelahnya, pengunjuk rasa dalam kelompok-kelompok kecil menyebar ke beberapa distrik di seluruh kota hingga larut malam, menyebabkan gangguan di wilayah itu karena terjadi kejar-kejaran dengan polisi.
Sekelompok pemrotes lalu menyorotkan sinar laser ke kantor polisi Sham Shui Po, sebelum polisi anti huru hara menangkap setidaknya empat dari mereka, seperti dilaporkan RTHK (Radio Television Hong Kong).
Di Tsim Sha Tsui, sebuah daerah yang populer dengan turis, beberapa pendemo mendirikan barikade di jalan utama. Mereka juga membakar tempat sampah di semak-semak di luar kantor polisi, menurut media setempat.
Para pendemo juga sempat memblokir terowongan lintas-pelabuhan. Mereka bahkan tidak segan menghancurkan lampu, kamera keamanan, dan jendela pintu tol di pintu masuk. Mereka melarikan diri 10 menit kemudian, menurut RTHK.
Sementara di wilayah Tsuen Wan, para pendemo melakukan aksinya sambil memegang bendera nasional China, di mana ada belasan pria memegang tiang logam dan mengenakan atasan putih dan biru.
Di wilayah itu, polisi juga terlihat meluncurkan tembakan peringatan ke udara saat tindakan pendemo semakin tak terkendali.
Menanggapi hal itu, pada Senin ini, pemerintah Hong Kong mengatakan sangat mengutuk para pendemo. "Tindakan ielgal dan kekerasan yang meningkat dari para demonstran radikal tidak hanya keterlaluan, mereka juga mendorong Hong Kong ke ambang situasi yang sangat berbahaya," kata pemerintah Hong Kong dalam sebuah pernyataan.
Seperti diketahui, demo Hong Kong sudah berlangsung selama 3 bulan terakhir, sejak Juni. Namun, para pendemo dilaporkan enggan menghentikan aksinya hingga pemerintah memenuhi tuntutan politik mereka.
"Semakin pemerintah mengabaikan kami, semakin sering kami beraksi," kata Peggy Tai, pendemo yang berusia 60-an.
Diketahui, para pendemo memiliki lima tuntutan utama, yaitu penghapusan Rancangan Undang-Undang (RUU) ekstradisi, yang sekarang sedang ditangguhkan; pembentukan badan independen untuk menyelidiki tindak kekerasan polisi; berhenti menyebut aksi demo sebagai "kerusuhan"; memberikan amnesti bagi pendemo yang ditangkap; dan dimulainya kembali reformasi politik untuk memungkinkan diadakan pemilihan bebas pemimpin dan legislatif Hong Kong.
Awalnya, demo yang terjadi dipicu oleh rencana pemerintah memberlakukan RUU ekstradisi yang memungkinkan pelaku kriminal Hong Kong untuk diadili di daratan China.
Demo Hong Kong berbuntut PHK.
[Gambas:Video CNBC]
(tas)
Kericuhan yang kembali terjadi ini menghapuskan harapan akan berakhirnya demo Hong Kong, setelah pekan lalu unjuk rasa dilakukan dengan damai.
Seperti dilaporkan Guardian, pada hari sebelumnya, Sabtu (24/8/20190, polisi menggunakan peluru karet, merica bola dan sepon untuk mengatasi para pendemo.
![]() |
Menjelang sore, Minggu, sekitar 100 petugas polisi anti huru hara telah membentuk barisan, mengambil posisi berseberangan dengan para pendemo. Para pengunjuk rasa kemudian membentuk barikade darurat dengan penghalang lalu lintas berbahan plastik dan batang bambu.
Tepat setelah pukul 18:00 waktu setempat, polisi menembakkan beberapa putaran gas air mata. Sebagian besar pendemo tetap berdiri di tempat, di belakang barikade di tengah-tengah asap dan beberapa dari mereka melemparkan tabung gas ke polisi.
Para pengunjuk rasa juga melemparkan batu bata dan bom molotov ke polisi, dengan api terlihat di jalan antara kedua belah pihak.
Beberapa menit kemudian, polisi meluncurkan satu lagi gas air mata dan menyerbu para pemrotes ketika kerumunan mereka mulai berlarian, bubar. Untuk pertama kalinya, polisi juga menggunakan dua kendaraan anti huru hara yang dilengkapi dengan meriam air untuk mengusir pengunjuk rasa.
Setelahnya, pengunjuk rasa dalam kelompok-kelompok kecil menyebar ke beberapa distrik di seluruh kota hingga larut malam, menyebabkan gangguan di wilayah itu karena terjadi kejar-kejaran dengan polisi.
Sekelompok pemrotes lalu menyorotkan sinar laser ke kantor polisi Sham Shui Po, sebelum polisi anti huru hara menangkap setidaknya empat dari mereka, seperti dilaporkan RTHK (Radio Television Hong Kong).
Di Tsim Sha Tsui, sebuah daerah yang populer dengan turis, beberapa pendemo mendirikan barikade di jalan utama. Mereka juga membakar tempat sampah di semak-semak di luar kantor polisi, menurut media setempat.
Para pendemo juga sempat memblokir terowongan lintas-pelabuhan. Mereka bahkan tidak segan menghancurkan lampu, kamera keamanan, dan jendela pintu tol di pintu masuk. Mereka melarikan diri 10 menit kemudian, menurut RTHK.
Sementara di wilayah Tsuen Wan, para pendemo melakukan aksinya sambil memegang bendera nasional China, di mana ada belasan pria memegang tiang logam dan mengenakan atasan putih dan biru.
Di wilayah itu, polisi juga terlihat meluncurkan tembakan peringatan ke udara saat tindakan pendemo semakin tak terkendali.
![]() |
Menanggapi hal itu, pada Senin ini, pemerintah Hong Kong mengatakan sangat mengutuk para pendemo. "Tindakan ielgal dan kekerasan yang meningkat dari para demonstran radikal tidak hanya keterlaluan, mereka juga mendorong Hong Kong ke ambang situasi yang sangat berbahaya," kata pemerintah Hong Kong dalam sebuah pernyataan.
Seperti diketahui, demo Hong Kong sudah berlangsung selama 3 bulan terakhir, sejak Juni. Namun, para pendemo dilaporkan enggan menghentikan aksinya hingga pemerintah memenuhi tuntutan politik mereka.
"Semakin pemerintah mengabaikan kami, semakin sering kami beraksi," kata Peggy Tai, pendemo yang berusia 60-an.
Diketahui, para pendemo memiliki lima tuntutan utama, yaitu penghapusan Rancangan Undang-Undang (RUU) ekstradisi, yang sekarang sedang ditangguhkan; pembentukan badan independen untuk menyelidiki tindak kekerasan polisi; berhenti menyebut aksi demo sebagai "kerusuhan"; memberikan amnesti bagi pendemo yang ditangkap; dan dimulainya kembali reformasi politik untuk memungkinkan diadakan pemilihan bebas pemimpin dan legislatif Hong Kong.
Awalnya, demo yang terjadi dipicu oleh rencana pemerintah memberlakukan RUU ekstradisi yang memungkinkan pelaku kriminal Hong Kong untuk diadili di daratan China.
Demo Hong Kong berbuntut PHK.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Hong Kong Kacau, Warga Borong Sembako & Kuras ATM
(tas)