
Uang, Kekuasaan, & Media, Jadi Strategi Redam Demo Hong Kong?
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
22 August 2019 18:54

Jakarta, CNBC Indonesia - Demo yang melanda Hong Kong dalam dua bulan terakhir semakin tak terkendali. Aksi saling serang antara pendemo dengan pihak kepolisian jadi hal yang bukan luar biasa lagi. Tak jarang hal tersebut menimbulkan korban luka.
Mengutip laporan Malay Mail, China telah menerapkan tiga strategi untuk menekan berita dan para pendemo pro-demokrasi di Hong Kong. Benarkah ini strategi yang diterapkan?
Membungkam Media dan Membentuk Narasi
Ketika demo meletus pada Juni, pembahasan apapun yang mengarah pada demo itu dibungkam oleh China yang otoriter. Hal-hal terkait demo juga disensor di media sosial atau sengaja diminimalisir pemberitaannya di media pemerintah.
Tetapi ketika kekacauan meluas dan terjadi di seluruh Hong Kong, China mengubah taktiknya, yaitu membentuk narasi mengenai demo.
Saat para pendemo membuat bandara internasional Hong Kong lumpuh dan melukai dua warga negara China yang dianggap sebagai 'mata-mata', China menggunakan kesempatan itu untuk meningkatkan retorika dengan mengatakan para pengunjuk rasa bersalah atas tindakan mereka yang 'seperti teroris' itu.
China juga menggunakan media sosial buatan Amerika Serikat (AS) seperti Facebook dan Twitter untuk menyebarkan isu mengenai demo Hong Kong yang 'keras'. Di China, demo Hong Kong sebagian besar digambarkan sebagai hal yang brutal dan didanai asing untuk mendestabilisasi tanah air. Di negara itu semua informasi dikontrol.
Akibat hal itu, Twitter dan Facebook menangguhkan hampir 1.000 akun aktif yang dikaitkan dengan kampanye media sosial yang berasal dari China dan bertujuan meremehkan legitimasi gerakan demo Hong Kong.
Twitter mengatakan telah menutup lebih dari 200.000 akun sebelum akun-akun itu menimbulkan kekacauan.
Duta besar China juga telah mengecam pengunjuk rasa di jaringan televisi global. Sementara itu pada minggu ini, berbagai surat kabar China ramai memberitakan bahwa pemimpin Hong Kong mengajak para pendemo berbicara. Namun, di Hong Kong hal itu dicibir sebagai bualan belaka.
Uang adalah Segalanya?
Hong Kong juga telah menggunakan kekuatan ekonominya untuk mencoba menguras dukungan untuk demo. Hal ini mengguncang bisnis di seluruh Hong Kong, pusat keuangan yang kaya.
Salah satu contoh nyata yang paling menghebohkan adalah yang terjadi pada maskapai penerbangan Hong Kong Cathay Pacific. Sebanyak 27.000 tenaga kerja maskapai ini diketahui ikut berdemo atau setidaknya menyerukan dukungan. Akibat hal itu maskapai ini mendapat kecaman dari pemerintah China.
Regulator penerbangan China menuntut agar Cathay Pacific tidak mempekerjakan staff yang secara terang-terangan mendukung demo untuk bekerja di penerbangan yang menuju ke daratan China atau di penerbangan yang melalui wilayah udara China.
Akibat hal ini harga saham Cathay Pacific terjun bebas, yang kemudian membuat CEO perusahaan mengundurkan diri pada Jumat lalu.
Tanda pagar (tagar) #boycottcathaypacificairline juga menjadi trending topic di China dan menjadi perbincangan dunia.
Analis berpendapat bahwa hal itu jelas membuat takut perusahaan Hong Kong lainnya, yang sebagian besar memiliki hubungan bisnis erat dengan China.
Selain itu, China juga telah mendata taipan pro-China, sebagai bagian dari upaya untuk mengendalikan opini lokal. Oleh karenanya, ratusan tokoh bisnis dan anggota parlemen pro-Beijing menandatangani surat terbuka yang mendukung Carrie Lam dan pemerintahnya. Hal ini bahkan diterbitkan di halaman depan sebuah surat kabar pro-Beijing.
"Tentu saja, lebih mudah untuk meyakinkan pengusaha karena mereka memiliki banyak minat di China daratan," kata Ivan Choy, seorang dosen senior di Universitas China di Hong Kong.
"Tapi itu sebagai contoh tidak mudah untuk meyakinkan para akademisi, untuk meyakinkan para pemimpin opini publik untuk melakukan hal yang sama." Tambahnya.
Memakai Kekuasaan
Saat demo semakin menjadi-jadi, pemerintah China pusat juga meningkatkan tekanannya, mengancam akan membiarkan pasukan keamanan melakukan tindakan kekerasan dalam demo.
Pada akhir Juli, pasukan Tentara Pembebasan Rakyat yang ditempatkan di Hong Kong merilis video yang memperlihatkan latihan anti huru hara untuk membubarkan kerumunan pengunjuk rasa, di mana para tentara dilengkapi dengan senapan serbu (assault rifles), kendaraan personel lapis baja dan meriam air.
Pekan lalu, ribuan personel militer China melambaikan bendera merah dengan diarak di sebuah stadion olahraga di Shenzhen, sebuah kota di China di seberang perbatasan Hong Kong. Media pemerintah juga ramai mengabarkan berita mengenai personel keamanan yang dilengkapi tameng baja, menyanyikan lagu patriotik.
Analis politik Willy Lam dari Chinese University of Hong Kong menyebut itu merupakan cara China menakuti pendemo.
"Video-video tersebut bertujuan untuk meningkatkan perang psikologis dan menjadi peringatan bagi para pendemo bahwa pasukan ini ... sangat dekat dengan Hong Kong dan mereka dapat dikerahkan kapan saja Beijing mau," katanya.
(dru) Next Article Bikin Merinding, Kisah Kengerian Demo Hong Kong
Mengutip laporan Malay Mail, China telah menerapkan tiga strategi untuk menekan berita dan para pendemo pro-demokrasi di Hong Kong. Benarkah ini strategi yang diterapkan?
Membungkam Media dan Membentuk Narasi
Tetapi ketika kekacauan meluas dan terjadi di seluruh Hong Kong, China mengubah taktiknya, yaitu membentuk narasi mengenai demo.
Saat para pendemo membuat bandara internasional Hong Kong lumpuh dan melukai dua warga negara China yang dianggap sebagai 'mata-mata', China menggunakan kesempatan itu untuk meningkatkan retorika dengan mengatakan para pengunjuk rasa bersalah atas tindakan mereka yang 'seperti teroris' itu.
China juga menggunakan media sosial buatan Amerika Serikat (AS) seperti Facebook dan Twitter untuk menyebarkan isu mengenai demo Hong Kong yang 'keras'. Di China, demo Hong Kong sebagian besar digambarkan sebagai hal yang brutal dan didanai asing untuk mendestabilisasi tanah air. Di negara itu semua informasi dikontrol.
Akibat hal itu, Twitter dan Facebook menangguhkan hampir 1.000 akun aktif yang dikaitkan dengan kampanye media sosial yang berasal dari China dan bertujuan meremehkan legitimasi gerakan demo Hong Kong.
Twitter mengatakan telah menutup lebih dari 200.000 akun sebelum akun-akun itu menimbulkan kekacauan.
Duta besar China juga telah mengecam pengunjuk rasa di jaringan televisi global. Sementara itu pada minggu ini, berbagai surat kabar China ramai memberitakan bahwa pemimpin Hong Kong mengajak para pendemo berbicara. Namun, di Hong Kong hal itu dicibir sebagai bualan belaka.
![]() |
Uang adalah Segalanya?
Hong Kong juga telah menggunakan kekuatan ekonominya untuk mencoba menguras dukungan untuk demo. Hal ini mengguncang bisnis di seluruh Hong Kong, pusat keuangan yang kaya.
Salah satu contoh nyata yang paling menghebohkan adalah yang terjadi pada maskapai penerbangan Hong Kong Cathay Pacific. Sebanyak 27.000 tenaga kerja maskapai ini diketahui ikut berdemo atau setidaknya menyerukan dukungan. Akibat hal itu maskapai ini mendapat kecaman dari pemerintah China.
Regulator penerbangan China menuntut agar Cathay Pacific tidak mempekerjakan staff yang secara terang-terangan mendukung demo untuk bekerja di penerbangan yang menuju ke daratan China atau di penerbangan yang melalui wilayah udara China.
Akibat hal ini harga saham Cathay Pacific terjun bebas, yang kemudian membuat CEO perusahaan mengundurkan diri pada Jumat lalu.
Tanda pagar (tagar) #boycottcathaypacificairline juga menjadi trending topic di China dan menjadi perbincangan dunia.
Analis berpendapat bahwa hal itu jelas membuat takut perusahaan Hong Kong lainnya, yang sebagian besar memiliki hubungan bisnis erat dengan China.
Selain itu, China juga telah mendata taipan pro-China, sebagai bagian dari upaya untuk mengendalikan opini lokal. Oleh karenanya, ratusan tokoh bisnis dan anggota parlemen pro-Beijing menandatangani surat terbuka yang mendukung Carrie Lam dan pemerintahnya. Hal ini bahkan diterbitkan di halaman depan sebuah surat kabar pro-Beijing.
"Tentu saja, lebih mudah untuk meyakinkan pengusaha karena mereka memiliki banyak minat di China daratan," kata Ivan Choy, seorang dosen senior di Universitas China di Hong Kong.
"Tapi itu sebagai contoh tidak mudah untuk meyakinkan para akademisi, untuk meyakinkan para pemimpin opini publik untuk melakukan hal yang sama." Tambahnya.
![]() |
Memakai Kekuasaan
Saat demo semakin menjadi-jadi, pemerintah China pusat juga meningkatkan tekanannya, mengancam akan membiarkan pasukan keamanan melakukan tindakan kekerasan dalam demo.
Pada akhir Juli, pasukan Tentara Pembebasan Rakyat yang ditempatkan di Hong Kong merilis video yang memperlihatkan latihan anti huru hara untuk membubarkan kerumunan pengunjuk rasa, di mana para tentara dilengkapi dengan senapan serbu (assault rifles), kendaraan personel lapis baja dan meriam air.
Pekan lalu, ribuan personel militer China melambaikan bendera merah dengan diarak di sebuah stadion olahraga di Shenzhen, sebuah kota di China di seberang perbatasan Hong Kong. Media pemerintah juga ramai mengabarkan berita mengenai personel keamanan yang dilengkapi tameng baja, menyanyikan lagu patriotik.
Analis politik Willy Lam dari Chinese University of Hong Kong menyebut itu merupakan cara China menakuti pendemo.
"Video-video tersebut bertujuan untuk meningkatkan perang psikologis dan menjadi peringatan bagi para pendemo bahwa pasukan ini ... sangat dekat dengan Hong Kong dan mereka dapat dikerahkan kapan saja Beijing mau," katanya.
(dru) Next Article Bikin Merinding, Kisah Kengerian Demo Hong Kong
Most Popular