Dua Kata Untuk RAPBN Jokowi Tahun 2020: Bangkitkan Optimisme!

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
17 August 2019 13:28
Pengendalian Harga Jadi Kunci
Foto: Kementerian Perdagangan pagi tadi melakukan pemantauan harga bahan pokok dan komoditas pangan ke Pasar Minggu. (CNBC Indonesia/Samuel Pablo)
Pengendalian inflasi menjadi kunci dibalik keberanian Jokowi memasang target pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Dalam RAPBN 2020, inflasi dipatok di level 3,1%, sama dengan outlook untuk tahun ini.

Sepanjang periode pertama pemerintahan Jokowi, salah satu capaiannya yang impresif adalah pengendalian inflasi. Pada periode satu pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), secara rata-rata inflasi berada di level 8,49%. Pada periode dua SBY, rata-ratanya memang turun namun masih berada di level yang tinggi, yakni 6,17%. Beralih ke periode satu Jokowi, secara rata-rata inflasi bertengger di level 3,24%. Di era Jokowi, tak sekalipun inflasi melampaui level 4%.


Bagi yang belum tahu, inflasi merupakan kenaikan harga barang dan jasa secara umum. Simpelnya, ketika Indonesia mengalami inflasi, biaya hidup masyarakat Indonesia juga akan terkerek naik. Nah, lebih dari 50% perekonomian Indonesia disumbang oleh konsumsi rumah tangga.

Ini artinya, menjaga tingkat harga barang dan jasa di Indonesia sangatlah krusial. Kala tekanan harga kelewat tinggi, masyarakat akan cenderung menahan konsumsinya sehingga pertumbuhan ekonomi bisa terhambat.

Di sini, infrastruktur nan-megah yang dieksekusi Jokowi berbicara. Semenjak mengambil tampuk kepemimpinan dari SBY pada tahun 2014 silam, Jokowi memang begitu rajin menggenjot pembangunan infrastruktur. Hal ini terlihat jelas dari alokasi dana dalam APBN/APBNP untuk bidang infrastruktur yang terus menggelembung di era kepemimpinannya.

Pada tahun 2014, pemerintah mengalokasikan anggaran senilai Rp 154,7 triliun untuk pembangunan infrastruktur. Ingat, anggaran untuk tahun 2014 masih disusun oleh SBY dan bukan Jokowi lantaran Jokowi baru menjabat pada bulan Oktober atau hanya beberapa bulan sebelum tutup tahun. Selepas tahun 2014, anggaran untuk pembangunan infrastruktur terus melejit.


Selain anggarannya yang besar, pembangunan infrastruktur yang dieksekusi Jokowi juga terbukti tak Jawa-sentris. Dari Sabang sampai Merauke, jalan, jalan tol, tol laut, jembatan, pelabuhan, hingga bandara dieksekusi dengan begitu gesit oleh mantan walikota Solo tersebut.

Baca: Layakkah Jokowi Disebut Bapak Infrastruktur?

Dengan konektivitas yang lebih baik, kenaikan harga bahan pangan yang seringkali menjadi momok melonjaknya inflasi menjadi bisa ditekan.

Oh ya, walaupun target inflasi untuk tahun depan sekilas terlihat tak spesial-spesial amat, sama persis dengan outlook untuk tahun 2019, perlu diingat bahwa tahun depan pemerintah memproyeksikan bahwa rupiah akan berada di posisi yang lebih lemah dari tahun ini.

Dalam RAPBN 2020, rupiah dipatok di level Rp 14.400/dolar AS, lebih lemah dibandingkan outlook untuk tahun 2019 yang sebesar Rp 14.250/dolar AS. Pada perdagangan kemarin (16/7/2019), rupiah ditutup di level Rp 14.230/dolar AS di pasar spot.

Kala rupiah melemah, praktis harga bahan baku yang diimpor dari luar negeri akan menjadi lebih mahal sehingga bisa membuat biaya produksi naik. Namun, Jokowi terlihat optimistis bahwa konektivitas yang sudah jauh lebih baik saat ini akan menjaga harga-harga di tanah air relatif terjaga.

Kembali ke masalah pembangunan infrastruktur, pada tahun ini masih akan digenjot oleh Jokowi. Pada tahun depan, belanja negara ditargetkan berada di angka Rp 2.528,8 triliun, naik 7,99% jika dibandingkan dengan outlook untuk tahun 2019 yang senilai Rp 2.341,6. Dari anggaran belanja senilai lebih dari Rp 2.500 triliun tersebut, sebanyak Rp 419,2 triliun dialokasikan untuk membangun infrastruktur.

Jadi, pembangunan infrastruktur baru nan-megah yang acap kali membuat kita terperangai masih akan kita saksikan di tahun depan.

BERLANJUT KE HALAMAN 3 -> Bangkitkan Optimisme (ank/ank)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular