
Ini Kronologi Demo Besar Hong Kong yang Lumpuhkan Ekonomi
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
13 August 2019 10:20

Pada awal Juni, lebih dari 120.000 pelajar, alumni, dan orang tua dari 185 sekolah menandatangani petisi menolak amandemen aturan ekstradisi. Lalu pada 6 Juni, lebih dari 3.000 pengacara ikut serta dalam aksi massa menggunakan pakaian serba hitam tanda berduka.
Pada 9 Juni, peserta aksi massa semakin bertambah. Menurut pihak kepolisian, jumlahnya adalah sekitar 240.000 orang, meski pihak demonstran mengklaim jumlah mereka mencapai jutaan. Bentrok yang berujung kekerasan tidak dapat terhindarkan.
Pada 11 Juni, Lam berkeras akan berupaya maksimal untuk menggolkan amandemen aturan ekstradisi. Bentrok antara massa dan aparat keamanan terus terjadi, di mana polisi mulai menembakkan peluru karet dan 150 kaleng gas air mata. Ini adalah aksi massa terbesar di Hong Kong selama beberapa dekade terakhir.
Pada 14 Juni, Lam memutuskan untuk menunda pembahasan amandemen aturan ekstradisi sampai waktu yang belum ditentukan. Lam juga menyatakan permohonan maaf secara resmi kepada rakyat Hong Kong. Kala itu, pihak demonstran mengklaim jumlah massa mencapai 2 juta orang.
Walau pembahasan amandemen aturan ekstradisi ditunda dan Lam sudah meminta maaf, tetapi aksi massa belum mereda. Pada 21 Juni, ribuan demonstran memblokade markas besar kepolisian.
China mulai gerah dengan dinamika di Hong Kong. Beijing melarang pertemuan G20 di Osaka (Jepang) pada akhir Juni membahas soal Hong Kong.
Well, protes masih terus berlangsung hingga kemarin yang menyebabkan bandara lumpuh. Dampak ekonomi dari aksi berkepanjangan ini mulai bermunculan.
Saham maskapai penerbangan Cathay Pacific anjlok 21,84% dalam enam bulan terakhir. Sementara pendapatan dan tingkat hunian hotel di daerah elit Tsim Sha Tsui turun 7% selama semester I-2019.
"Kunjungan turis pada Juli hampir pasti turun dua digit," kata Edward Yau Tang-wah, Menteri Perdagangan dan Pembangunan Ekonomi Hong Kong, seperti dikutip dari Nikkei.
Sampai kapan mau begini terus? Kapan kapokmu, Hong Kong...?
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/miq)
Pada 9 Juni, peserta aksi massa semakin bertambah. Menurut pihak kepolisian, jumlahnya adalah sekitar 240.000 orang, meski pihak demonstran mengklaim jumlah mereka mencapai jutaan. Bentrok yang berujung kekerasan tidak dapat terhindarkan.
Pada 11 Juni, Lam berkeras akan berupaya maksimal untuk menggolkan amandemen aturan ekstradisi. Bentrok antara massa dan aparat keamanan terus terjadi, di mana polisi mulai menembakkan peluru karet dan 150 kaleng gas air mata. Ini adalah aksi massa terbesar di Hong Kong selama beberapa dekade terakhir.
Walau pembahasan amandemen aturan ekstradisi ditunda dan Lam sudah meminta maaf, tetapi aksi massa belum mereda. Pada 21 Juni, ribuan demonstran memblokade markas besar kepolisian.
China mulai gerah dengan dinamika di Hong Kong. Beijing melarang pertemuan G20 di Osaka (Jepang) pada akhir Juni membahas soal Hong Kong.
Well, protes masih terus berlangsung hingga kemarin yang menyebabkan bandara lumpuh. Dampak ekonomi dari aksi berkepanjangan ini mulai bermunculan.
Saham maskapai penerbangan Cathay Pacific anjlok 21,84% dalam enam bulan terakhir. Sementara pendapatan dan tingkat hunian hotel di daerah elit Tsim Sha Tsui turun 7% selama semester I-2019.
"Kunjungan turis pada Juli hampir pasti turun dua digit," kata Edward Yau Tang-wah, Menteri Perdagangan dan Pembangunan Ekonomi Hong Kong, seperti dikutip dari Nikkei.
Sampai kapan mau begini terus? Kapan kapokmu, Hong Kong...?
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/miq)
Pages
Most Popular