Sampai Jokowi Lengser di 2024, 'Hantu' CAD Belum Bisa Diusir

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
26 July 2019 07:23
Genjot Ekonomi Terbentur Tembok Tinggi
Ilustrasi Dolar AS (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Ketika transaksi berjalan masih defisit, maka nilai tukar mata uang akan rentan melemah. Transaksi berjalan adalah bagian dari Neraca Pembayaran (balance of payment) yang menggambarkan pasokan devisa dari ekspor-impor barang dan jasa. Devisa dari pos ini dinilai lebih berdimensi jangka panjang ketimbang dari kamar sebelah, yaitu transaksi modal dan finansial. 

Neraca Pembayaran secara keseluruhan akan menjadi dasar, fondasi, pijakan bagi kekuatan nilai tukar mata uang. Namun karena pos transaksi berjalan lebih berjangka panjang, maka pos ini kerap dipandang sebagai pemeran utama, penopang kekuatan suatu mata uang. 

Wajar saja, karena kalau terlalu mengandalkan transaksi modal dan finansial, utamanya arus modal portofolio di sektor keuangan (hot money), nilai tukar menjadi fluktuatif. Mata uang menjadi kuat kala arus modal deras mengalir, tetapi terpuruk kala investor menjauh. 

Saat defisit transaksi berjalan membuat nilai mata uang tidak stabil, bahkan cenderung melemah, maka bank sentral tentu tidak tinggal diam. Sebab mandat bank sentral adalah menjaga kestabilan nilai tukar. 

Salah satu cara yang bisa dilakukan bank sentral adalah menaikkan suku bunga acuan, agar hot money mengalir deras dan bisa menutup 'lubang' di transaksi berjalan. Namun efek sampingnya adalah ekspansi ekonomi terhambat.  

Kalau suku bunga tinggi, tentu dunia usaha dan masyarakat berpikir dua kali untuk mengambil kredit. Pertumbuhan penyaluran kredit yang melambat sama dengan perlambatan ekonomi.  

"Di tengah kondisi keuangan global yang ketat, peningkatan defisit transaksi berjalan menjadi penghambat bagi akselerasi pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat," demikian sebut dokumen RPJMN. 

Jadi memang berat. Selama transaksi berjalan masih defisit, berbagai upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi bisa menemui tembok tinggi.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/dru)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular