
Digantung Aramco, Ini Skenario Pertamina Untuk Kilang Cilacap
Gustidha Budiartie, CNBC Indonesia
19 July 2019 17:33

Cilacap, CNBC Indonesia - PT Pertamina (Persero) menyiapkan antisipasi dan langkah baru, seandainya belum ada titik temu dengan Saudi Aramco untuk mengembangkan kilang minyak Cilacap.
Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, mengatakan sampai saat ini Pertamina dan Aramco masih memutuskan melanjutkan pembicaraan, meskipun valuasi atas nilai proyek masing-masing pihak berbeda.
Berdasar dokumen yang didapat CNBC Indonesia beberapa waktu lalu, valuasi yang dihitung Pertamina mencapai US$ 5,66 miliar sementara Aramco hanya menilai proyek sebesar US$ 2,8 miliar atau hampir separuhnya.
"Jadi kemarin belum ketemu adalah soal valuasi, jadi kita coba itu dulu," ujar Nicke saat dijumpai di komplek Kilang Cilacap, Jumat (19/7/2019).
Diskusi dengan Aramco ini dilanjutkan dengan sepakat menunjuk konsultan untuk memberikan nilai valuasi secara independen. Proses penunjukkan dan pengerjaannya diperkirakan bisa mencapai 6 pekan dan akan rampung pada September mendatang.
Angka dari konsultan inilah yang nantinya harus disepakati kedua belah pihak.
Selain itu, Pertamina juga menawarkan proyek baru seandainya proyek ekspansi tersebut tak masuk hitungan kedua pihak. "Kami bisa tawarkan bangun baru yang petrochemicalnya," tambah Nicke.
Jika Aramco masih berat masuk ke proyek kilang BBM, maka dipisah tawarannya untuk kilang petrokimia. Tapi ini belum dibahas kedua belah pihak, "Baru offering dari kita, kalau masuk di kilang tidak ada titik temu ada opsi lain sehingga tidak ada masalah dari sisi valuasi."
Nicke meyakini konsep pengembangan Petrokimia yang dirancang Pertamina sudah sangat matang. Hitungan proyek sendiri masih dikaji sampai saat ini, namun dipastikan bisa lebih kecil dari total pengembangan kilang seperti proposal awal.
Lagipula, Nicke menambahkan, Pertamina juga sudah investasi di Kilang Cilacap dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir baik untuk proyek RFCC maupun PLBC yang keduanya menelan US$ 1,4 miliar.
"Negosiasi Aramco kan sudah sejak 2014 sampai saat ini, nah dalam kurun pembahasan waktu itu kita sudah menambah kapasitas kilang dan naik ke Euro IV. Jadi tinggal tambah kapasitas lagi, lalu masuk ke petrochemical," jelas Nicke.
Dibangun pada 1974, Kilang Cilacap adalah kilang terbesar yang dimiliki oleh RI saat ini dengan kapasitas produksi mencapai 348 ribu barel sehari. Juni ini, Pertamina baru saja menuntaskan Proyek Langit Biru Cilacap (PLBC) yang ditujukan untuk menggenjot produksi BBM beroktan tinggi dan ramah lingkungan.
(gus/wed) Next Article Pertamina Gak Apa-apa Digantung Arab Terus Soal Kilang?
Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, mengatakan sampai saat ini Pertamina dan Aramco masih memutuskan melanjutkan pembicaraan, meskipun valuasi atas nilai proyek masing-masing pihak berbeda.
Berdasar dokumen yang didapat CNBC Indonesia beberapa waktu lalu, valuasi yang dihitung Pertamina mencapai US$ 5,66 miliar sementara Aramco hanya menilai proyek sebesar US$ 2,8 miliar atau hampir separuhnya.
Diskusi dengan Aramco ini dilanjutkan dengan sepakat menunjuk konsultan untuk memberikan nilai valuasi secara independen. Proses penunjukkan dan pengerjaannya diperkirakan bisa mencapai 6 pekan dan akan rampung pada September mendatang.
Angka dari konsultan inilah yang nantinya harus disepakati kedua belah pihak.
Selain itu, Pertamina juga menawarkan proyek baru seandainya proyek ekspansi tersebut tak masuk hitungan kedua pihak. "Kami bisa tawarkan bangun baru yang petrochemicalnya," tambah Nicke.
Jika Aramco masih berat masuk ke proyek kilang BBM, maka dipisah tawarannya untuk kilang petrokimia. Tapi ini belum dibahas kedua belah pihak, "Baru offering dari kita, kalau masuk di kilang tidak ada titik temu ada opsi lain sehingga tidak ada masalah dari sisi valuasi."
Nicke meyakini konsep pengembangan Petrokimia yang dirancang Pertamina sudah sangat matang. Hitungan proyek sendiri masih dikaji sampai saat ini, namun dipastikan bisa lebih kecil dari total pengembangan kilang seperti proposal awal.
Lagipula, Nicke menambahkan, Pertamina juga sudah investasi di Kilang Cilacap dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir baik untuk proyek RFCC maupun PLBC yang keduanya menelan US$ 1,4 miliar.
"Negosiasi Aramco kan sudah sejak 2014 sampai saat ini, nah dalam kurun pembahasan waktu itu kita sudah menambah kapasitas kilang dan naik ke Euro IV. Jadi tinggal tambah kapasitas lagi, lalu masuk ke petrochemical," jelas Nicke.
Dibangun pada 1974, Kilang Cilacap adalah kilang terbesar yang dimiliki oleh RI saat ini dengan kapasitas produksi mencapai 348 ribu barel sehari. Juni ini, Pertamina baru saja menuntaskan Proyek Langit Biru Cilacap (PLBC) yang ditujukan untuk menggenjot produksi BBM beroktan tinggi dan ramah lingkungan.
(gus/wed) Next Article Pertamina Gak Apa-apa Digantung Arab Terus Soal Kilang?
Most Popular