Sering Jadi Biang Kerok Inflasi, Harga Cabai Dipantau Ketat

Yanurisa Ananta, CNBC Indonesia
10 July 2019 21:16
Saat musim kemarau harga cabai masih menggila, komoditas hortikultura ini dipantau ketat oleh tim pengendali inflasi.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Kemarau panjang menjadi sorotan dalam High Level Meeting Tim Pengendalian Inflasi Pusat di Kementerian Koordinator Perekonomian, hari ini. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kecuk Suhariyanto mengatakan pemerintah akan menata ekosistem komoditas cabai agar harga di konsumen bisa lebih rendah.

"Ada beberapa barang volatile price, seperti cabai bagaimana ke depan kita menata ekosistem supaya harga jatuh ke konsumennya lebih rendah," tutur Kecuk usai High Level Meeting, Rabu (10/7/2019).

Kecuk melanjutkan penataan ekosistem komoditas cabai ini akan terkonsentrasi pada jalur distribusi cabai, tidak hanya terkonsentrasi pada produksi cabai. Termasuk penyiapan gudang untuk beberapa komoditas yang mudah busuk.



"Jadi tidak hanya konsentrasi di produksi, tapi bagaimana jalur distribusi yang lebih efisien. Penyiapan gudang untuk beberapa komoditas yang mudah busuk," tambahnya.

Kecuk menambahkan, pada umumnya cadangan sudah cukup untuk mengantisipasi kemarau panjang yang terjadi di beberapa lokasi. Rapat juga membahas persiapan Rakornas inflasi 25 Juli mendatang.

Hingga saat ini, cabai menjadi satu-satunya komoditas yang menjadi perhatian. Baik cabai merah atau cabe rawit yang selama ini jadi langganan penyumbang inflasi. Beras dan bawang putih justru disebut aman.

"Bawang putih juga tidak ada masalah. Kan sudah datang [impor]. Bagaimana kita melakukan koordinasi yang lebih kuat antara pusat dan daerah karena sekarang Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) kan sudah dibentuk," jelasnya.

Direktur Utama Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) Budi Waseso mengatakan untuk komoditas saat ini sudah melebihi batas aman. Pihaknya juga sudah menyiapkan tim pengendalian inflasi.



"Kita sudah. Bidangnya kita sudah siap. Sekarang kalau beras melebihi sudah aman. Untuk sampai Desember sudah aman. Prediksi ke depan masih punya. Kalau 1,5 juta ton berarti aman, jangan sampai khawatir," katanya.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat potensi kekeringan meteorologis (iklim) di sebagian besar Jawa, Bali dan Nusa Tenggara dengan kriteria panjang hingga ekstrem. Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat ada 100 ribu hektar (Ha) lebih lahan sawah dilanda kekeringan. Dari jumlah itu, sekitar 10% mengalami gagal panen (puso).


(hoi/hoi) Next Article Melonjak 50%, Harga Cabai Makin Ganas Terjadi di Seluruh RI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular