
San Francisco Larang Penjualan Vape, Kenapa?
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
26 June 2019 15:32

Jakarta, CNBC Indonesia - San Francisco pada hari Selasa (25/6/2019) menjadi kota pertama di Amerika Serikat (AS) yang melarang penjualan rokok elektrik atau e-cigarette atau vape.
Hal itu terjadi setelah pejabat kota menyetujui peraturan yang melarang penjualan pod atau perangkat nikotin yang belum mendapatkan izin distribusi dari badan pengawasan obat-obatan dan makanan AS, Food and Drug Administration (FDA).
Keputusan itu disetujui dengan suara bulat 11 berbanding nol, oleh para pejabat kota pekan lalu. Mengutip CNBC International, hukum di San Francisco mengharuskan memperoleh minimum dua suara dukungan untuk dapat menyetujui suatu aturan.
"Ada begitu banyak yang kita tidak tahu tentang dampak kesehatan dari produk ini, tetapi kita tahu bahwa perusahaan e-cigarette menargetkan anak-anak kita dalam iklan mereka dan membuat mereka kecanduan produk nikotin yang membuat ketagihan," kata walikota San Francisco London Breed dalam sebuah pernyataan.
"Kami perlu mengambil tindakan untuk melindungi kesehatan kaum muda San Francisco dan mencegah generasi San Francisco yang baru menjadi kecanduan produk-produk ini," tambahnya.
FDA berusaha memerangi apa yang mereka sebut wabah vaping di kalangan remaja sementara pemerintah daerah berupaya mengambil langkah sendiri, termasuk dengan melarang penggunaan beberapa rasa dalam produk e-cigarette seperti permen karet dan fruit punch.
Namun, langkah San Francisco melarang penjualan e-cigarette itu memukul industri tersebut, terutama Juul yang memimpin pasar e-cigarette.
Menanggapi hal itu, perusahaan yang berkantor pusat di San Francisco itu mengatakan telah menuruti aturan yang diterapkan di kotanya, yaitu "tidak membuat dan menjual produk tembakau kepada siapa pun yang berusia di bawah 21 tahun."
Tapi, perusahaan juga mengatakan "larangan produk rokok uap (vape) untuk semua orang dewasa di San Francisco tidak akan secara efektif mengatasi masalah penggunaan oleh mereka yang di bawah umur."
Juul juga mengklaim telah mendapat dukungan yang cukup untuk membawa larangan itu ke dalam pemungutan suara pada bulan November.
Dalam sebuah pernyataan pada hari Selasa, Juul mengatakan larangan itu akan "mendorong mantan perokok dewasa yang telah beralih ke produk vape, kembali ke rokok yang mematikan, menghalangi kesempatan untuk beralih ke rokok elektrik bagi perokok dewasa saat ini, dan menciptakan pasar gelap yang berkembang alih-alih menangani penyebab sebenarnya dari akses dan penggunaan di bawah umur."
E-cigarette dianggap sebagai cara yang tidak berbahaya bagi perokok untuk mengurangi asupan nikotinnya daripada yang didapatkan dari merokok seperti biasa. Namun, produk-produk ini tampaknya sangat populer di kalangan remaja.
Data federal yang diterbitkan musim gugur lalu menunjukkan penggunaan e-cigarette di kalangan siswa sekolah menengah naik 78% pada tahun 2018, mendorong FDA untuk mengusulkan pembatasan di mana saja e-cigarette rasa buah bisa dijual.
Langkah ini membuat FDA pada akhirnya harus meninjau semua produk e-cigarette. Lembaga itu pada awal tahun ini juga diminta untuk mempercepat batas waktu peninjauan menjadi 2021 dari 2022, meskipun seorang hakim yang memimpin gugatan dari kelompok publik dapat memaksa FDA untuk mulai mengambil tindakan tersebut lebih cepat.
Hukum San Francisco melarang peredaran rokok elektronik yang belum menerima izin FDA, yang secara efektif melarang semua e-cigarette karena belum ada yang mendapatkan peninjauan.
Pejabat kota juga pada hari Selasa mengeluarkan peraturan yang melarang penjualan, pembuatan, dan distribusi produk tembakau, termasuk e-cigarette, di properti kota itu. San Francisco sudah melarang perusahaan tembakau melakukan bisnis di bangunan kota.
Juul dan pejabat kota juga berdebat tentang keberadaan perusahaan raksasa pembuat rokok elektronik itu di San Francisco. Karena perusahaan Juul didirikan di tanah milik kota, beberapa pihak berencana mengusir perusahaan itu dari sana.
Namun, Juul pekan lalu membeli sebuah bangunan di pusat kota San Francisco, meskipun mengatakan akan terus beroperasi di atas tanah yang disengketakan juga.
Menurut catatan publik, Juul telah menghabiskan US$ 665.239 untuk melobi dua peraturan pada bulan April dan Mei.
(prm) Next Article BAT Pangkas 2.300 Karyawan, Ada Apa dengan Industri Rokok?
Hal itu terjadi setelah pejabat kota menyetujui peraturan yang melarang penjualan pod atau perangkat nikotin yang belum mendapatkan izin distribusi dari badan pengawasan obat-obatan dan makanan AS, Food and Drug Administration (FDA).
Keputusan itu disetujui dengan suara bulat 11 berbanding nol, oleh para pejabat kota pekan lalu. Mengutip CNBC International, hukum di San Francisco mengharuskan memperoleh minimum dua suara dukungan untuk dapat menyetujui suatu aturan.
"Kami perlu mengambil tindakan untuk melindungi kesehatan kaum muda San Francisco dan mencegah generasi San Francisco yang baru menjadi kecanduan produk-produk ini," tambahnya.
![]() |
FDA berusaha memerangi apa yang mereka sebut wabah vaping di kalangan remaja sementara pemerintah daerah berupaya mengambil langkah sendiri, termasuk dengan melarang penggunaan beberapa rasa dalam produk e-cigarette seperti permen karet dan fruit punch.
Namun, langkah San Francisco melarang penjualan e-cigarette itu memukul industri tersebut, terutama Juul yang memimpin pasar e-cigarette.
Menanggapi hal itu, perusahaan yang berkantor pusat di San Francisco itu mengatakan telah menuruti aturan yang diterapkan di kotanya, yaitu "tidak membuat dan menjual produk tembakau kepada siapa pun yang berusia di bawah 21 tahun."
Tapi, perusahaan juga mengatakan "larangan produk rokok uap (vape) untuk semua orang dewasa di San Francisco tidak akan secara efektif mengatasi masalah penggunaan oleh mereka yang di bawah umur."
Juul juga mengklaim telah mendapat dukungan yang cukup untuk membawa larangan itu ke dalam pemungutan suara pada bulan November.
Dalam sebuah pernyataan pada hari Selasa, Juul mengatakan larangan itu akan "mendorong mantan perokok dewasa yang telah beralih ke produk vape, kembali ke rokok yang mematikan, menghalangi kesempatan untuk beralih ke rokok elektrik bagi perokok dewasa saat ini, dan menciptakan pasar gelap yang berkembang alih-alih menangani penyebab sebenarnya dari akses dan penggunaan di bawah umur."
E-cigarette dianggap sebagai cara yang tidak berbahaya bagi perokok untuk mengurangi asupan nikotinnya daripada yang didapatkan dari merokok seperti biasa. Namun, produk-produk ini tampaknya sangat populer di kalangan remaja.
Data federal yang diterbitkan musim gugur lalu menunjukkan penggunaan e-cigarette di kalangan siswa sekolah menengah naik 78% pada tahun 2018, mendorong FDA untuk mengusulkan pembatasan di mana saja e-cigarette rasa buah bisa dijual.
Langkah ini membuat FDA pada akhirnya harus meninjau semua produk e-cigarette. Lembaga itu pada awal tahun ini juga diminta untuk mempercepat batas waktu peninjauan menjadi 2021 dari 2022, meskipun seorang hakim yang memimpin gugatan dari kelompok publik dapat memaksa FDA untuk mulai mengambil tindakan tersebut lebih cepat.
Hukum San Francisco melarang peredaran rokok elektronik yang belum menerima izin FDA, yang secara efektif melarang semua e-cigarette karena belum ada yang mendapatkan peninjauan.
Pejabat kota juga pada hari Selasa mengeluarkan peraturan yang melarang penjualan, pembuatan, dan distribusi produk tembakau, termasuk e-cigarette, di properti kota itu. San Francisco sudah melarang perusahaan tembakau melakukan bisnis di bangunan kota.
Juul dan pejabat kota juga berdebat tentang keberadaan perusahaan raksasa pembuat rokok elektronik itu di San Francisco. Karena perusahaan Juul didirikan di tanah milik kota, beberapa pihak berencana mengusir perusahaan itu dari sana.
Namun, Juul pekan lalu membeli sebuah bangunan di pusat kota San Francisco, meskipun mengatakan akan terus beroperasi di atas tanah yang disengketakan juga.
Menurut catatan publik, Juul telah menghabiskan US$ 665.239 untuk melobi dua peraturan pada bulan April dan Mei.
(prm) Next Article BAT Pangkas 2.300 Karyawan, Ada Apa dengan Industri Rokok?
Most Popular