
Penantian 20 Tahun Usai, Proyek Masela Siap Melenggang
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
22 June 2019 11:21

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah penantian panjang puluhan tahun, kini proyek Lapangan Abadi Blok Masela mulai berjalan ke titik terang.
Jalan terang itu dimulai dari dilakukannya penandatanganan kesepakatan awal atau head of agreement (HOA) yang dilakukan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dan Inpex Corporation (Inpex) pada pertemuan G20 di Jepang, Minggu (16/6/2019) pekan lalu. Kemudian, langkah terobosan itu disusul dengan penyerahan revisi rencana pengembangan atau plan of development (POD) pada Kamis (20/6/2019).
Melalui keterangan resmi perusahaan dijelaskan bahwa POD yang direvisi didasarkan pada skema pengembangan LNG darat dengan kapasitas produksi LNG tahunan sebesar 9,5 juta ton.
Persyaratan yang terkandung dalam HOA termasuk estimasi biaya, periode Kontrak Bagi Hasil (PSC), dan kondisi keuangan juga ditulis dalam POD yang direvisi.
President of Inpex Masela Ltd Shunichiro Sugaya mengatakan pihaknya akan bekerja sama dengan Shell untuk mencapai keputusan final investasi (FID) dan pada akhirnya berproduksi.
"Dan terus bekerja sama dengan pemerintah Indonesia," ujar Shunichiro.
Dalam dokumen POD, Inpex yang didukung Shell juga mengajukan permintaan untuk memperpanjang durasi kontrak pengelolaan Blok Masela guna mendapatkan keekonomian proyek. Inpex mengaku perpanjangan 20 tahun akan sangat penting untuk realisasi proyek.
Vice President for Abadi Shell Li P'ing Yu mengatakan pihaknya senang melihat kemajuan yang terjadi di Blok Masela.
"Pengajuan POD yang telah direvisi merupakan tonggak penting bagi proyek, dan lebih dekat dengan pengembangan proyek strategis nasional di Indonesia," katanya.
Dengan diserahkannya revisi POD tersebut, kini tinggal menunggu persetujuan pemerintah saja untuk bisa melanjutkan garapan proyek ke tahap berikutnya, yakni pembahasan rekayasa teknik (Front End Engineering Design/FEED), Final Investment Decision (FID), dan Engineering, Procurement and Construction (EPC).
Apalagi, berdasarkan info yang didapat oleh CNBC Indonesia, proyek tersebut telah mendapat dukungan pemda Maluku, tempat proyek akan dikerjakan.
"Pemprov Maluku dan Pemda Kabupaten Tanimbar mendukung rencana pengembangan lapangan Abadi," ujar salah seorang pejabat di Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) kepada CNBC Indonesia.
Blok migas raksasa ini memang terkatung-katung selama 20 tahun. Drama Blok Masela dimulai ketika pada 1998, saat operator blok tersebut yakni Inpex menerima kontrak bagi hasil (Production Sharing Contract/PSC) selama 30 tahun untuk sumber gas yang berada di perairan selatan Maluku ini.
Namun, 5 tahun setelah mengikuti penemuan cadangan gas tambahan di blok ini, Inpex meminta untuk merevisi kapasitas produksi LNG tahunan PoD-nya (rancangan pengembangan atau PoD) dari 2,5 juta ton menjadi 7,5 juta ton.
Di sinilah tarik ulur Masela terjadi, yang semula di PoD pertama fasilitas LNG ditempatkan di laut. Kemudian ada pendapat yang mengatakan lebih baik fasilitas LNG Masela ditempatkan di darat karena akan membawa dampak lebih luas ke masyarakat.
Pada Maret 2016, keributan ini diselesaikan oleh Presiden Joko Widodo dengan mengatakan pengembangan proyek LNG Masela dilakukan onshore atau di darat.
BERLANJUT KE HALAMAN BERIKUTNYA
Jalan terang itu dimulai dari dilakukannya penandatanganan kesepakatan awal atau head of agreement (HOA) yang dilakukan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dan Inpex Corporation (Inpex) pada pertemuan G20 di Jepang, Minggu (16/6/2019) pekan lalu. Kemudian, langkah terobosan itu disusul dengan penyerahan revisi rencana pengembangan atau plan of development (POD) pada Kamis (20/6/2019).
Melalui keterangan resmi perusahaan dijelaskan bahwa POD yang direvisi didasarkan pada skema pengembangan LNG darat dengan kapasitas produksi LNG tahunan sebesar 9,5 juta ton.
President of Inpex Masela Ltd Shunichiro Sugaya mengatakan pihaknya akan bekerja sama dengan Shell untuk mencapai keputusan final investasi (FID) dan pada akhirnya berproduksi.
"Dan terus bekerja sama dengan pemerintah Indonesia," ujar Shunichiro.
Dalam dokumen POD, Inpex yang didukung Shell juga mengajukan permintaan untuk memperpanjang durasi kontrak pengelolaan Blok Masela guna mendapatkan keekonomian proyek. Inpex mengaku perpanjangan 20 tahun akan sangat penting untuk realisasi proyek.
Vice President for Abadi Shell Li P'ing Yu mengatakan pihaknya senang melihat kemajuan yang terjadi di Blok Masela.
"Pengajuan POD yang telah direvisi merupakan tonggak penting bagi proyek, dan lebih dekat dengan pengembangan proyek strategis nasional di Indonesia," katanya.
Dengan diserahkannya revisi POD tersebut, kini tinggal menunggu persetujuan pemerintah saja untuk bisa melanjutkan garapan proyek ke tahap berikutnya, yakni pembahasan rekayasa teknik (Front End Engineering Design/FEED), Final Investment Decision (FID), dan Engineering, Procurement and Construction (EPC).
![]() |
Apalagi, berdasarkan info yang didapat oleh CNBC Indonesia, proyek tersebut telah mendapat dukungan pemda Maluku, tempat proyek akan dikerjakan.
"Pemprov Maluku dan Pemda Kabupaten Tanimbar mendukung rencana pengembangan lapangan Abadi," ujar salah seorang pejabat di Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) kepada CNBC Indonesia.
Blok migas raksasa ini memang terkatung-katung selama 20 tahun. Drama Blok Masela dimulai ketika pada 1998, saat operator blok tersebut yakni Inpex menerima kontrak bagi hasil (Production Sharing Contract/PSC) selama 30 tahun untuk sumber gas yang berada di perairan selatan Maluku ini.
Namun, 5 tahun setelah mengikuti penemuan cadangan gas tambahan di blok ini, Inpex meminta untuk merevisi kapasitas produksi LNG tahunan PoD-nya (rancangan pengembangan atau PoD) dari 2,5 juta ton menjadi 7,5 juta ton.
Di sinilah tarik ulur Masela terjadi, yang semula di PoD pertama fasilitas LNG ditempatkan di laut. Kemudian ada pendapat yang mengatakan lebih baik fasilitas LNG Masela ditempatkan di darat karena akan membawa dampak lebih luas ke masyarakat.
Pada Maret 2016, keributan ini diselesaikan oleh Presiden Joko Widodo dengan mengatakan pengembangan proyek LNG Masela dilakukan onshore atau di darat.
BERLANJUT KE HALAMAN BERIKUTNYA
Next Page
Insentif yang Disepakati
Pages
Most Popular