Jurus Bandara Pangkas Biaya untuk Harga Tiket LCC Turun
S. Pablo I. Pareira, CNBC Indonesia
20 June 2019 17:55

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah mengeluarkan kebijakan penurunan tarif tiket penerbangan berbiaya murah atau low cost carrier (LCC) untuk penerbangan domestik.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, pemerintah meminta maskapai terkait untuk menyediakan satu penerbangan domestik LCC yang murah untuk jadwal penerbangan tertentu. Selama ini maskapai yang berbasis LCC antara lain Lion Air, Citilink, dan AirAsia.
Pemerintah juga meminta para pemangku kepentingan (stakeholders) di industri penerbangan yang selama ini berperan dalam pembentukan harga tiket pesawat untuk meningkatkan efisiensi dan menurunkan biayanya.
Maskapai penerbangan, pengelola bandara, dan penyedia bahan bakar avtur telah berkomitmen untuk menurunkan biaya yang terkait dengan operasi penerbangan.
Direktur Utama PT Angkasa Pura II (Persero) Muhammad Awaluddin menjelaskan, terdapat setidaknya empat komponen biaya maskapai di bandara yang dikenal sebagai Tarif Pelayanan Jasa Pendaratan, Penempatan dan Penyimpanan Pesawat Udara (PJP4U), antara lain biaya pendaratan (landing fee), biaya parkir (parking fee), biaya garbarata (aviobridge fee), dan counter check-in fee.
Selain itu ada juga biaya yang dikenakan kepada penumpang, yang umumnya dikenal sebagai passenger service charge (PSC) atau Tarif Pelayanan Jasa Penumpang Pesawat Udara (PJP2U), atau yang dahulu bernama airport tax.
"Jadi kalau komponen itu yang akan dievaluasi, Pak Menhub tadi sebutkan landing fee, maka ini sebenarnya momentum bagus buat kami merestrukturisasi biaya secara keseluruhan," kata Awaluddin di kantor Kemenko Perekonomian, Kamis (20/6/2019).
Menurutnya, efisiensi biaya di bandara dapat dilakukan dalam tiga hal: Pertama, Infrastructure sharing, yakni infrastruktur apa saja di bandara yang bisa digunakan bersama oleh maskapai dan operator bandara.
Kedua, Operation-platform sharing, termasuk di dalamnya ticketing system dan ground-handling yang selama ini dioperasikan sendiri-sendiri oleh maskapai dan operator bandara. Ia menyebut pelayanan ini harusnya bisa disatukan dan operator bandara menjadi leading sector.
Ketiga, Resource collaboration, seperti customer service. Menurut Awaluddin, selama ini customer service terpisah-pisah antara maskapai dan operator bandara sehingga inefisien.
"Maskapai punya customer service, kalau ditanya jawabannya lucu, 'saya hanya melayani pelanggan maskapai' dan yang satu lagi 'saya hanya melayani pelanggan bandara' padahal kan orangnya itu-itu juga. Jadi menurut saya itu bisa dikolaborasi," jelasnya.
Awaluddin mengatakan efisiensi di sisi ground handling dapat menekan biaya hingga 10-20 persen, seperti digitalisasi dalam bentuk self-check in.
Ia menyebut Garuda sudah tertarik untuk berkolaborasi mengurangi check-in counter di Terminal 3 Soekarno-Hatta, mengubahnya menjadi passenger lounge untuk penumpang premium dan sisanya self-check in.
"Jadi kita dorong masyarakat juga sadar pemanfaatan teknologi. Toh semua sudah pakai smartphone, bisa mobile-check in," pungkasnya.
(hoi/hoi) Next Article Wah, Avtur dan Leasing Sumbang 55% Harga Tiket Pesawat
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, pemerintah meminta maskapai terkait untuk menyediakan satu penerbangan domestik LCC yang murah untuk jadwal penerbangan tertentu. Selama ini maskapai yang berbasis LCC antara lain Lion Air, Citilink, dan AirAsia.
Pemerintah juga meminta para pemangku kepentingan (stakeholders) di industri penerbangan yang selama ini berperan dalam pembentukan harga tiket pesawat untuk meningkatkan efisiensi dan menurunkan biayanya.
Maskapai penerbangan, pengelola bandara, dan penyedia bahan bakar avtur telah berkomitmen untuk menurunkan biaya yang terkait dengan operasi penerbangan.
Direktur Utama PT Angkasa Pura II (Persero) Muhammad Awaluddin menjelaskan, terdapat setidaknya empat komponen biaya maskapai di bandara yang dikenal sebagai Tarif Pelayanan Jasa Pendaratan, Penempatan dan Penyimpanan Pesawat Udara (PJP4U), antara lain biaya pendaratan (landing fee), biaya parkir (parking fee), biaya garbarata (aviobridge fee), dan counter check-in fee.
Selain itu ada juga biaya yang dikenakan kepada penumpang, yang umumnya dikenal sebagai passenger service charge (PSC) atau Tarif Pelayanan Jasa Penumpang Pesawat Udara (PJP2U), atau yang dahulu bernama airport tax.
"Jadi kalau komponen itu yang akan dievaluasi, Pak Menhub tadi sebutkan landing fee, maka ini sebenarnya momentum bagus buat kami merestrukturisasi biaya secara keseluruhan," kata Awaluddin di kantor Kemenko Perekonomian, Kamis (20/6/2019).
Menurutnya, efisiensi biaya di bandara dapat dilakukan dalam tiga hal: Pertama, Infrastructure sharing, yakni infrastruktur apa saja di bandara yang bisa digunakan bersama oleh maskapai dan operator bandara.
Kedua, Operation-platform sharing, termasuk di dalamnya ticketing system dan ground-handling yang selama ini dioperasikan sendiri-sendiri oleh maskapai dan operator bandara. Ia menyebut pelayanan ini harusnya bisa disatukan dan operator bandara menjadi leading sector.
Ketiga, Resource collaboration, seperti customer service. Menurut Awaluddin, selama ini customer service terpisah-pisah antara maskapai dan operator bandara sehingga inefisien.
"Maskapai punya customer service, kalau ditanya jawabannya lucu, 'saya hanya melayani pelanggan maskapai' dan yang satu lagi 'saya hanya melayani pelanggan bandara' padahal kan orangnya itu-itu juga. Jadi menurut saya itu bisa dikolaborasi," jelasnya.
Awaluddin mengatakan efisiensi di sisi ground handling dapat menekan biaya hingga 10-20 persen, seperti digitalisasi dalam bentuk self-check in.
Ia menyebut Garuda sudah tertarik untuk berkolaborasi mengurangi check-in counter di Terminal 3 Soekarno-Hatta, mengubahnya menjadi passenger lounge untuk penumpang premium dan sisanya self-check in.
"Jadi kita dorong masyarakat juga sadar pemanfaatan teknologi. Toh semua sudah pakai smartphone, bisa mobile-check in," pungkasnya.
(hoi/hoi) Next Article Wah, Avtur dan Leasing Sumbang 55% Harga Tiket Pesawat
Most Popular