Licin! Saat Perang Dagang, Diam-diam China Potong Tarif Impor

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
19 June 2019 19:30
Saat AS sibuk melancarkan perang dagang, China justru menerapkan
Foto: Presiden China Xi Jinping di acara Konferensi Dialog Peradaban Asia, Rabu (15/5/2019). (Foto: REUTERS/Thomas Peter)
Jakarta, CNBC Indonesia - Studi terbaru menunjukkan kebijakan China saat perang dagang dengan AS justru memberikan tarif impor murah bagi negara-negara lain. Demikian studi yang dirilis oleh Peterson Institute for International Economics (PIIE) dalam laporan CNBC Internasional.

Dengan kebijakan ini, China seolah sedang menggelar karpet merah untuk seluruh dunia karena menurunkan tarif impor kepada negara lain, di tengah perang dagang dengan Amerika Serikat (AS).



Studi ini menemukan China selama setahun terakhir telah menurunkan bea masuk impor atas barang-barang dari negara-negara yang bersaing dengan AS.

PIIE mencatat tingkat tarif rata-rata China untuk barang AS justru melonjak 8% pada awal 2018 menjadi 20,7% pada bulan ini. Di sisi lain justru sebaliknya, tingkat tarif impor rata-rata China impor dari negara-negara lain turun dari 8% pada awal 2018 menjadi 6,7% pada November lalu.

Langkah China menurunkan tarif impor ringan untuk negara-negara selain AS malah mendapat sedikit perhatian publik. Selama ini media hanya fokus perperangan tarif impor antara China dan AS saja, sementara negara lain luput jadi pantauan. Dampak China menurunkan bea impor untuk mitra dagang lainnya selain AS, telah membuat perusahaan-perusahaan AS "cukup" merugi, bertepatan saat Presiden AS Donald Trump terus menggunakan tarif impor sebagai cara untuk bernegosiasi dengan negara lain.


"China telah mulai menggelar karpet merah untuk seluruh dunia. Semua orang menikmati akses yang jauh lebih baik ke 1,4 miliar konsumen di China," jelas PIIE dalam laporannya yang dirilis 12 Juni.

"Provokasi Trump dan respons China menyebabkan perusahaan dan pekerja Amerika sekarang mengalami kerugian biaya yang cukup besar dibandingkan dengan perusahaan di China dan perusahaan di negara ketiga," kata para peneliti PIIE, termasuk pakar perdagangan Chad P. Bown.

Laporan itu mengatakan bahwa implikasi penting lain dari tindakan China yang membuka karpet merah perdagangan bagi negara lain adalah bahwa "orang Amerika kemungkinan lebih menderita daripada yang dipikirkan Presiden Trump," sebagai efek dari perang dagang.

Perang tarif antara AS dan China dimulai lebih dari setahun yang lalu dan baru-baru ini meluas melampaui perdagangan ke berbagai bidang seperti teknologi dan keamanan nasional.

Ketegangan antara dua ekonomi terbesar di dunia ini juga telah mengguncang investor dan mengancam akan menekan pertumbuhan ekonomi secara global.

(hoi/hoi) Next Article Inggris Ancam Organisasi yang Sembunyikan Koneksi ke Xinjiang

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular