
Perdagangan sampai Reformasi WTO, Ini Bocoran Topik G20
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
19 June 2019 17:17

Tokyo, CNBC Indonesia - Pembicaraan substansial mengenai perdagangan, termasuk reformasi Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), kemungkinan akan dilangsungkan pada pertemuan puncak Kelompok 20 (G20) pekan depan di Osaka, Jepang.
Demikian disampaikan Masatsugu Asakawa, wakil menteri keuangan untuk urusan internasional Jepang, Rabu (19/6/2019).
Ia juga mengatakan Jepang, yang memimpin pertemuan G20 tahun ini, akan mengambil sikap netral dalam perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China dan mendesak kedua negara untuk mengakhiri ketegangan dengan kerangka kerja multilateral.
"Berkenaan dengan perbedaan (terkait perdagangan) antara Amerika Serikat dan China, Jepang tentu saja tidak akan memihak. Kami juga tidak akan mengambil langkah apa pun yang melanggar aturan WTO," kata Asakawa, yang mengawasi pertemuan para menteri keuangan dan gubernur bank sentral G20 awal bulan ini.
"Jepang akan terus mengambil pendekatan multilateral dalam mempromosikan perdagangan bebas," tambahnya dalam sebuah konferensi pers.
China dan AS, dua ekonomi terbesar di dunia, telah terlibat dalam perang dagang sengit yang telah menekan pasar keuangan dan mengacaukan ekonomi dunia.
Mengutip Reuters, saat ini pasar fokus pada apakah Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping dapat menyelesaikan perbedaan mereka ketika berunding di pertemuan G20.
Perang dagang mereka bahkan telah membuat Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan globalnya. Selain itu, perang dagang juga menghantui rangkaian pertemuan G20 yang akan ditutup dengan pertemuan di Osaka pada 28-29 Juni nanti.
Pada pertemuan para pemimpin sektor keuangan, G20 mengeluarkan komunike bahwa ketegangan dagang dan isu geopolitik telah "meningkat" dan bahwa pembuat kebijakan siap untuk mengambil tindakan lebih lanjut terhadap risiko semacam itu.
"Dampak makro-ekonomi (dari perang dagang) adalah masalah yang memprihatinkan," kata Asakawa. Ia juga mengakui bahwa perlu waktu yang cukup lama bagi para menteri keuangan anggota G20 dan kepala bank sentral untuk menyepakati bahasa komunike mereka tentang perdagangan.
Lebih banyak diskusi "konkret" tentang kebijakan perdagangan akan berlangsung di pertemuan G20 Osaka, tambahnya.
Perang dagang juga tampaknya menyebar ke dalam kebijakan mata uang ketika Trump mengkritik komentar dovish Presiden Bank Sentral Eropa Mario Draghi yang bertujuan untuk melemahkan euro untuk memberikan ekspor kawasan itu keuntungan perdagangan yang tidak adil.
Asakawa menolak pandangan bahwa program stimulus besar-besaran Bank of Japan (BOJ) juga bisa memicu kemarahan Trump.
Dia juga mengatakan G20 sependapat bahwa para anggota akan menerima setiap pergerakan nilai tukar yang didorong oleh kebijakan moneter yang sangat longgar (ultra-easy) selama tindakan itu tidak secara langsung ditujukan untuk memanipulasi mata uang.
"Kebijakan ultra-longgar BOJ ditujukan untuk mengalahkan deflasi, bukan untuk memanipulasi nilai tukar. Langkah itu dipahami oleh anggota ekonomi G20," katanya.
Kekhawatiran tentang meluasnya dampak perang dagang telah meningkatkan ekspektasi pasar tentang Federal Reserve AS yang akan mulai memangkas suku bunga tahun ini. Draghi, Selasa, mengatakan ECB akan melonggarkan lagi kebijakannya jika inflasi Eropa gagal naik.
(prm) Next Article AS & China Lanjutkan Negosiasi Dagang
Demikian disampaikan Masatsugu Asakawa, wakil menteri keuangan untuk urusan internasional Jepang, Rabu (19/6/2019).
Ia juga mengatakan Jepang, yang memimpin pertemuan G20 tahun ini, akan mengambil sikap netral dalam perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China dan mendesak kedua negara untuk mengakhiri ketegangan dengan kerangka kerja multilateral.
![]() |
"Jepang akan terus mengambil pendekatan multilateral dalam mempromosikan perdagangan bebas," tambahnya dalam sebuah konferensi pers.
China dan AS, dua ekonomi terbesar di dunia, telah terlibat dalam perang dagang sengit yang telah menekan pasar keuangan dan mengacaukan ekonomi dunia.
Mengutip Reuters, saat ini pasar fokus pada apakah Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping dapat menyelesaikan perbedaan mereka ketika berunding di pertemuan G20.
Perang dagang mereka bahkan telah membuat Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan globalnya. Selain itu, perang dagang juga menghantui rangkaian pertemuan G20 yang akan ditutup dengan pertemuan di Osaka pada 28-29 Juni nanti.
Pada pertemuan para pemimpin sektor keuangan, G20 mengeluarkan komunike bahwa ketegangan dagang dan isu geopolitik telah "meningkat" dan bahwa pembuat kebijakan siap untuk mengambil tindakan lebih lanjut terhadap risiko semacam itu.
"Dampak makro-ekonomi (dari perang dagang) adalah masalah yang memprihatinkan," kata Asakawa. Ia juga mengakui bahwa perlu waktu yang cukup lama bagi para menteri keuangan anggota G20 dan kepala bank sentral untuk menyepakati bahasa komunike mereka tentang perdagangan.
Lebih banyak diskusi "konkret" tentang kebijakan perdagangan akan berlangsung di pertemuan G20 Osaka, tambahnya.
Perang dagang juga tampaknya menyebar ke dalam kebijakan mata uang ketika Trump mengkritik komentar dovish Presiden Bank Sentral Eropa Mario Draghi yang bertujuan untuk melemahkan euro untuk memberikan ekspor kawasan itu keuntungan perdagangan yang tidak adil.
Asakawa menolak pandangan bahwa program stimulus besar-besaran Bank of Japan (BOJ) juga bisa memicu kemarahan Trump.
Dia juga mengatakan G20 sependapat bahwa para anggota akan menerima setiap pergerakan nilai tukar yang didorong oleh kebijakan moneter yang sangat longgar (ultra-easy) selama tindakan itu tidak secara langsung ditujukan untuk memanipulasi mata uang.
"Kebijakan ultra-longgar BOJ ditujukan untuk mengalahkan deflasi, bukan untuk memanipulasi nilai tukar. Langkah itu dipahami oleh anggota ekonomi G20," katanya.
Kekhawatiran tentang meluasnya dampak perang dagang telah meningkatkan ekspektasi pasar tentang Federal Reserve AS yang akan mulai memangkas suku bunga tahun ini. Draghi, Selasa, mengatakan ECB akan melonggarkan lagi kebijakannya jika inflasi Eropa gagal naik.
(prm) Next Article AS & China Lanjutkan Negosiasi Dagang
Most Popular