
Mahathir Sentil Uni Eropa yang Suka Usil Soal Sawit
Wangi Sinintya, CNBC Indonesia
17 June 2019 21:37

Jakarta, CNBC Indonesia - Perdana Menteri (PM) Malaysia Mahathir Mohamad pada mengecam persepsi negatif masyarakat internasional tentang industri kelapa sawit. Ia menegaskan investasi kelapa sawit tidak mempengaruhi ekosistem.
Hal ini Mahathir sampaikan pada sesi tanya jawab setelah memberikan pidato tentang demokrasi di Malaysia saat di Universitas Cambridge, Inggris, Senin (17/6). "Minyak kelapa sawit adalah minyak nabati termurah yang dapat dimakan".
Mahathir bilang sawit mudah dibudidayakan, dan sekali ditanam, hasilnya dapat dinikmati hingga 25 tahun, tidak seperti minyak lainnya yang dihasilkan di Uni Eropa seperti kedelai dan rapeseed.
"Untuk alasan itu, minyak kelapa sawit mampu bersaing (dengan minyak lainnya) dan kemungkinan menang. Jadi mereka (Barat) menemukan ide ini bahwa kami menebang pohon untuk menanam (minyak) pohon kelapa sawit dan merampas binatang dari habitat mereka." Dilansir dari channelnewasasia, Senin (17/06/2019).
Dr Mahathir, yang melakukan kunjungan kerja selama tiga hari ke Inggris, mempertanyakan asumsi bahwa budidaya kelapa sawit telah merusak lingkungan Malaysia.
"Anda berbicara tentang lingkungan, menebangi hutan, tetapi lihat Inggris misalnya, di mana Sherwood Forest? Apakah masih ada di sana? Apakah Robin Hood masih beroperasi dari sana?"
"Sebagian besar hutan di Eropa telah ditebangi, begitu banyak sehingga tidak ada lagi binatang liar di Eropa," kata Dr Mahathir.
Ia sambil tertawa mengatakan, "Di Malaysia, kami masih memiliki harimau. Jika Anda suka pergi ke hutan, kami dapat mengantar Anda ke sana. "
Malaysia telah membatasi total area perkebunan kelapa sawit di 6,5 juta hektar, dan tidak ada area hutan permanen atau lahan gambut yang akan dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit.
Mahathir mengatakan bahwa Uni Eropa berisiko membuka perang dagang dengan Malaysia atas kebijakan "sangat tidak adil" yang bertujuan mengurangi penggunaan minyak sawit.
Sikap Mahathir ini sebagai respons setelah Komisi Uni Eropa menyimpulkan bahwa budidaya kelapa sawit menghasilkan deforestasi yang berlebihan dan penggunaannya dalam bahan bakar minyak transportasi di Uni Eropa harus dihapuskan pada 2030.
Ia menganggap sikap Uni Eropa yang semakin memusuhi minyak sawit adalah upaya untuk melindungi produk minyak sawit Eropa, seperti rapeseed oil.
Mahathir kembali menegaskan Malaysia ingin bersaing dalam perdagangan dengan seluruh dunia secara adil.
"Kita harus menghasilkan uang dari sumber daya yang kita miliki. Kita harus memanfaatkan sumber daya kita. Tanah subur kita cocok untuk minyak kelapa sawit, oleh karena itu kita menghasilkan minyak sawit," katanya.
Malaysia adalah produsen minyak kelapa sawit terbesar kedua di dunia setelah Indonesia, dan bergantung pada hasil panen untuk miliaran dolar dalam pendapatan valuta asing dan ratusan ribu pekerjaan. Selama bertahun-tahun, Malaysia dan Indonesia harus menghadapi kampanye hitam soal sawit.
(hoi/hoi) Next Article Serang Balik Eropa, RI Dikabarkan Hambat Miras & Susu Impor
Hal ini Mahathir sampaikan pada sesi tanya jawab setelah memberikan pidato tentang demokrasi di Malaysia saat di Universitas Cambridge, Inggris, Senin (17/6). "Minyak kelapa sawit adalah minyak nabati termurah yang dapat dimakan".
Mahathir bilang sawit mudah dibudidayakan, dan sekali ditanam, hasilnya dapat dinikmati hingga 25 tahun, tidak seperti minyak lainnya yang dihasilkan di Uni Eropa seperti kedelai dan rapeseed.
"Untuk alasan itu, minyak kelapa sawit mampu bersaing (dengan minyak lainnya) dan kemungkinan menang. Jadi mereka (Barat) menemukan ide ini bahwa kami menebang pohon untuk menanam (minyak) pohon kelapa sawit dan merampas binatang dari habitat mereka." Dilansir dari channelnewasasia, Senin (17/06/2019).
Dr Mahathir, yang melakukan kunjungan kerja selama tiga hari ke Inggris, mempertanyakan asumsi bahwa budidaya kelapa sawit telah merusak lingkungan Malaysia.
"Anda berbicara tentang lingkungan, menebangi hutan, tetapi lihat Inggris misalnya, di mana Sherwood Forest? Apakah masih ada di sana? Apakah Robin Hood masih beroperasi dari sana?"
"Sebagian besar hutan di Eropa telah ditebangi, begitu banyak sehingga tidak ada lagi binatang liar di Eropa," kata Dr Mahathir.
Malaysia telah membatasi total area perkebunan kelapa sawit di 6,5 juta hektar, dan tidak ada area hutan permanen atau lahan gambut yang akan dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit.
Mahathir mengatakan bahwa Uni Eropa berisiko membuka perang dagang dengan Malaysia atas kebijakan "sangat tidak adil" yang bertujuan mengurangi penggunaan minyak sawit.
Sikap Mahathir ini sebagai respons setelah Komisi Uni Eropa menyimpulkan bahwa budidaya kelapa sawit menghasilkan deforestasi yang berlebihan dan penggunaannya dalam bahan bakar minyak transportasi di Uni Eropa harus dihapuskan pada 2030.
Ia menganggap sikap Uni Eropa yang semakin memusuhi minyak sawit adalah upaya untuk melindungi produk minyak sawit Eropa, seperti rapeseed oil.
Mahathir kembali menegaskan Malaysia ingin bersaing dalam perdagangan dengan seluruh dunia secara adil.
"Kita harus menghasilkan uang dari sumber daya yang kita miliki. Kita harus memanfaatkan sumber daya kita. Tanah subur kita cocok untuk minyak kelapa sawit, oleh karena itu kita menghasilkan minyak sawit," katanya.
Malaysia adalah produsen minyak kelapa sawit terbesar kedua di dunia setelah Indonesia, dan bergantung pada hasil panen untuk miliaran dolar dalam pendapatan valuta asing dan ratusan ribu pekerjaan. Selama bertahun-tahun, Malaysia dan Indonesia harus menghadapi kampanye hitam soal sawit.
(hoi/hoi) Next Article Serang Balik Eropa, RI Dikabarkan Hambat Miras & Susu Impor
Most Popular