Soal Sawit, Mahathir Sebut Eropa Munafik dan Tukang Bully

Sefti Oktarianisa, CNBC Indonesia
20 August 2019 16:52
Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad menilai kebijakan larangan sawit Eropa merupakan bentuk penjajahan baru
Foto: REUTERS/Lai Seng Sin
Jakarta, CNBC Indonesia - Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad menilai kebijakan larangan sawit di Eropa merupakan bentuk penjajahan baru yang dilakukan benua biru. Dalam sebuah opini yang ia tulis di Media Bloomberg, Mahathir secara terang-terangan mengatakan kebijakan tersebut hanya senjata dalam perang dagang yang dilancarkan negara-negara benua tersebut.

"Kemunafikan yang dilakukan secara terang-terangan ini adalah bentuk kolonialisme modern, yang tidak seharusnya dibiarkan ada di dunia sekarang," tulisnya dalam artikel yang berjudul "Britain Should Break With Europe on Palm Oil" sebagaimana dilansir CNBC Indonesia, Selasa (20/8/2019). "Dengan menggunakan perdagangan sebagai senjata, Uni Eropa mem-bully wilayah yang lebih miskin di dunia,".



Menurut Mahathir, lobi-lobi di bidang perdagangan yang dilakukan Eropa, telah memukul konsumer di Eropa sendiri. Pasalnya mereka harus menghadapi tingginya harga.

Proteksionisme yang dilakukan Eropa mengundang kemarahan negara-negara berkembang. Bahkan AS pun mengancam akan menaikkan tarif mobil Eropa jika Uni Eropa tidak membuka pasarnya untuk pertanian AS.

"Ketika hal ini menyangkut sawit, apa yang kita butuhkan adalah dialog dan pendalaman untuk mencapai solusi bersama, termasuk regulasi yang lebih baik dan standar sertifikasi yang lebih kuat," tulisnya lagi. Karenanya, Malaysia masih mau berdialog dan bekerja sama dengan Uni Eropa agar tercipta perdagangan yang adil dan menguntungkan kedua belah pihak.

Ditegaskannya memberikan insentif akan lebih berguna dibanding mendorong boikot dan melakukan upaya proteksionis. Ia pun menilai langkah Eropa yang menjegal sawit dengan isu lingkungan tidak berdasar karena nyatanya pertanian Eropa juga menyebabkan berkurangnya lahan.

Soal Sawit, Mahathir Sebut Eropa Munafik dan Tukang BullyFoto: Mast Irham/Pool via REUTERS


Isu deforestasi, ujar Mahathir, dibuat untuk melindungi industri pertanian Eropa saja. Buktinya, Uni Eropa malah membuat kesepakatan dengan negara Amerika Selatan terkait peternakan sapi, yang sebenarnya membutuhkan lahan lebih banyak dari sawit dan menghasilkan emisi CO2 lebih banyak.

Lagipula Eropa juga memproduksi minyak saingan sawit seperti minyak rapeseed, kedelai dan bunga matahari, yang juga membutuhkan lahan untuk pertanian, menggunakan pupuk dan pestisida. Karenanya International Union for Conservation of Nature (IUCN) sempat berujar pembatasan lahan sawit bukan solusi deforestasi karena pada dasarnya konsumsilah yang perlu ditekan.

"Uni Eropa juga mengabaikan sejumlah kemajuan seperti sertifikasi dalam produksi minyak sawit agar lebih sehat," tegas Mahatir. Malaysia misalnya memiliki aturan standar minyak sawit berkelanjutan yang telah diadopsi banyak negara dan berdampak signifikan bagi kelangsungan lingkungan dan industri.

Pelarangan ia nilai bukanlah langkah bijak, apalagi terdapat 65.000 petani kecil di Asia yang bergantung dengan sawit. . Menurutnya Eropa membuang tanggung jawab pada negara berkembang.

[Gambas:Video CNBC]
(sef/dru) Next Article Berlumur Minyak CPO, Potret Pekerja Penguras Kapal di Priok

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular