Harga CPO Naik, Tapi Perlu Hati-hati

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
11 June 2019 11:35
Pada perdagangan hari Selasa (11/6/2019) pukul 11:00 WIB, harga CPO  di Bursa Malaysia Derivatives Exchange (BMDEX) naik 0,95% ke level MYR 2.013/ton.
Foto: Pekerja mengangkut hasil panen kelapa Sawit di kebun Cimulang, Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/3). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah sempat anjlok ke titik terendah dalam sebulan terakhir pada pekan lalu, harga minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) mulai bangkit. Koreksi yang sudah dalam memang membuka peluang harga CPO untuk rebound.

Pada perdagangan hari Selasa (11/6/2019) pukul 11:00 WIB, harga CPO acuan kontrak pengiriman Agustus di Bursa Malaysia Derivatives Exchange (BMDEX) naik 0,95% ke level MYR 2.013/ton. Penguatan terjadi setelah dalam dua sesi perdagangan (7-10 Juni 2019) harga CPO melemah hingga 3,02%. Alhasil potensi rebound teknikal makin besar.



Selain itu investor juga masih terpengaruh oleh harga minyak kedelai di bursa Chicago Board of Trade (CBOT) yang naik 0,3% kemarin. Pasalnya minyak kedelai dan minyak sawit merupakan produk yang saling substitusi. Keduanya bersaing untuk mendapatkan bagian di pasar minyak nabati global dan membuat pergerakan harganya saling mempengaruhi.

Namun pelaku pasar harus waspada pasar komoditas CPO global masih berada dalam tekanan yang cukup kuat. Kemarin, surveyor kargo Intertek Testing Services mengatakan bahwa ekspor minyak sawit Malaysia pada periode 1-10 Juni 2019 amblas hingga 31,4% dibanding periode yang sama bulan sebelumnya (month-on-month/MoM).

Penurunan ekspor paling dalam, yaitu 70,35% MoM terjadi untuk tujuan Uni Eropa. Adapun penurunan ekspor ke India turun 29,3% MoM. Untungnya ekspor ke China masih bisa naik, walaupun hanya 14,6% MoM.

Bahayanya, India dan Uni Eropa merupakan tujuan utama ekspor minyak sawit, baik dari Malaysia maupun Indonesia. Bila permintaan dari dua wilayah tersebut melemah, tentu akan sangat berpengaruh terhadap keseimbangan fundamental. Serapan pasokan yang rendah akan membuat inventori minyak sawit kian menumpuk.

Sudah sejak lama inventori memang menjadi musuh pelaku pasar CPO. Bahkan pada akhir 2018, posisi stok di Malaysia mencapai 3,21 juta ton atau yang tertinggi dalam 19 tahun terakhir.

Sebagai informasi, pada April stok minyak sawit di Malaysia sudah berkurang hingga 6,8% menjadi 2,7 juta ton dibanding bulan sebelumnya. Akan tetapi masih lebih tinggi 28% dibanding posisi April 2018. Jika stok ini tidak cepat-cepat dikuras, maka pasar akan terus berada dalam tekanan.

Potensi eskalasi perang dagang Amerika Serikat (AS)-China juga masih menimbulkan kekhawatiran di kalangan pelaku pasar. Sebab itu akan membuat China semakin sedikit membeli kedelai asal Negeri Paman Sam.

Alhasil pasokan kedelai melimpah dan membuat harganya terus tertekan. Ujung-ujungnya, harga CPO akan ikut tertarik ke bawah.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(taa/aji) Next Article Inventori Masih Penuh, Harga CPO Terendah Dalam 1 Minggu

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular