Top Banget! Harga CPO Melesat Dekati Rp 1,04 juta/ton

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
14 September 2020 12:00
A worker unloads palm oil fruit bunches from a lorry inside a palm oil mill in Bahau, Negeri Sembilan, Malaysia January 30, 2019.  Picture taken January 30, 2019.  REUTERS/Lai Seng Sin
Foto: Kelapa sawit (REUTERS/Lai Seng Sin)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) melesat cukup tinggi pada perdagangan awal pekan, Senin (14/9/2020). Sentimen seputar penurunan output bulan September jadi pemicu kenaikan harga.

Pada 10.50 WIB, harga CPO untuk kontrak pengiriman November di Bursa Malaysia Derivatif Exchange naik 2,38% ke RM 2.878/ton sekitar Rp 1,03 juta/ton. Sejak awal September, harga CPO kokoh berada di atas RM 2.800/ton dan mulai mendekati RM 2.900/ton atau Rp 1,04 juta/ton.

Analis dan pelaku pasar memprediksikan harga CPO akan naik pekan ini. Dr. Sathia Varqa selaku pemilik dan co-founder Palm Oil Analytic mengatakan bahwa kenaikan harga dipicu oleh data asosiasi penyuling minyak sawit di Semenanjung Selatan Malaysia yang menunjukkan produksi minyak nabati tersebut mulai melandai. 

Reuters melaporkan, produksi minyak sawit untuk periode 1-10 September tumbuh 7,81% dibanding periode yang sama bulan Agustus. Kenaikan produksi ini masih lebih mending ketimbang periode pertama bulan ini yang naik 14,18% dibanding rentang waktu yang sama bulan sebelumnya.

Dalam pernyataannya, Sathia juga menyoroti waktu perdagangan yang lebih pendek pekan ini seiring dengan adanya libur hari nasional Negeri Jiran yang jatuh pada Rabu (16/9/2020).  

Bulan September termasuk ke dalam periode puncak produksi komoditas ekspor unggulan Malaysia dan Indonesia ini. Namun akibat pandemi Covid-19 masalah kekurangan tenaga kerja menjadi kendala utama yang bisa mempengaruhi pemanenan. 

Pembatasan mobilitas publik yang dilakukan untuk menekan penyebaran wabah Covid-19 membuat Negeri Jiran kekurangan 37.000 pekerja atau 10% dari total pekerja sektor ini. 

Industri khawatir krisis tenaga kerja akan mengganggu produksi minyak sawit tahun ini akibat adanya penundaan panen. Konsekuensinya jelas, ini akan memberikan keunggulan kepada pesaingnya yaitu Indonesia yang tidak memiliki masalah dengan tenaga kerjanya.

Namun, harga CPO yang terus tertekan, kekeringan yang terjadi cukup lama serta penggunaan pupuk yang lebih rendah juga membuat Indonesia mengalami penurunan produksi hingga 9% pada paruh pertama tahun ini.

Bulan September-November merupakan musim puncak produksi CPO. Kenanga Research memproyeksikan produksi Malaysia di bulan September naik 4,7% dari bulan sebelumnya menjadi 1,95 juta ton 

Lebih lanjut, institusi riset tersebut juga mengatakan ekspor bulan ini akan naik 3,1% dibanding bulan sebelumnya menjadi 1,63 juta ton jelang pertengahan musim gugur dan perayaan Deepavali.

"Secara keseluruhan, kami memperkirakan total pasokan 2,0 juta ton melebihi total permintaan 1,95 juta ton, yang mengarah ke stok akhir yang lebih tinggi sebesar 1,74 juta ton atau 2,6 persen lebih tinggi secara month on month" tulis Kenanga Research dalam sebuah catatan.

Sentimen positif lain yang juga mengerek harga CPO kali ini adalah penguatan harga minyak nabati lainnya. Untuk kontrak minyak kedelai dan sawit di Bursa Komoditas Dalian naik masing-masing 2,8% dan 2,91%.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Hore! Harga CPO Balik ke Atas RM 3.000, Xie Xie...China

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular