Serealia Hingga Pesawat, Barang Impor Ini Banjiri RI di Maret

Iswari Anggit Pramesti, CNBC Indonesia
15 April 2019 14:24
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan neraca dagang Bulan Maret 2019 mengalami surplus sebesar US$ 540 juta.
Foto: Infografis/Infografis Indonesia, Negeri Agraris yang Doyan Impor Beras/Aristya Rahadian Krisabella
Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan neraca dagang Bulan Maret 2019 mengalami surplus sebesar US$ 540 juta.

Hal ini karena impor secara tahunan (year-on-year/ yoy) turun 6,76%. Begitu pula impor kumulatif dari Bulan Januari hingga Maret 2019 yang turun 7,40% yoy.

Meski pun demikian, Kepala BPS Suhariyanto menyebutkan, secara bulanan (month-to-month/ mtm), impor Maret 2019 tumbuh 10,31% dibanding Februari 2019.

"Pada Bulan Februari 2019 nilai impor mencapai US$ 12,22 miliar. Pada Bulan Maret 2019 nilai impor tercatat US$ 13,48 miliar. Jadi naik 10,31%," ujarnya dalam konferensi pers BPS terkait neraca dagang 2019, Senin (15/4/2019).



Menurut Suhariyanto, kenaikan nilai impor Bulan Maret 2019 dikarenakan naiknya impor nonmigas 12,24% mtm atau sebesar US$ 11,94 miliar, walaupun yoy turun 2,29%. Padahal, impor migas baik bulanan maupun tahunan sama-sama turun, yakni 2,7% (mtm) atau sebesar US$ 1,54 miliar, dan 31,17% (yoy).

Lantas, apa saja komoditas yang mempengaruhi impor Bulan Maret 2019? Berikut rinciannya:

1. Sektor Migas

  • Minyak mentah; impor minyak mentah naik 26,03% mtm, dari US$ 311,9 juta pada Bulan Februari 2019 menjadi US$ 393,1 juta pada Bulan Maret 2019. Tetapi, impor minyak mentah turun 53,62% yoy, karena pada sama tahun sebelumnya sebesar US$ 847,6 juta.
  • Hasil minyak; impor hasil minyak turun 6,68% mtm, dari US$ 1,08 miliar pada Bulan Februari 2019 menjadi US$ 1 miliar pada Bulan Maret 2019. Impor hasil minyak juga turun 14,05% yoy, karena pada periode sama tahun sebelumnya sebesar US$ 1,17 miliar.
  • Gas; impor gas turun 27,05% mtm, dari US$ 191,5 juta pada Bulan Februari 2019 menjadi US$ 139,7 juta pada Bulan Maret 2019. Impor gas juga turun 36,01% yoy, karena pada periode sama tahun sebelumnya sebesar US$ 218,3 juta.

2. Sektor Non-migas


Komoditas yang impornya naik:

  • Serealia; impor serealia secara kumulatif dari Bulan Januari hingga Maret 2019 yang sebesar US$ 930,2 juta naik 25,08% (yoy). Begitu pula jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, Februari 2019 yang hanya US$ 279,9 juta, sedangkan di Bulan Maret 2019 US$ 392,4 juta, atau mengalami kenaikan 40,19% (mtm).
  • Besi dan baja; impor besi dan baja secara kumulatif dari Bulan Januari hingga Maret 2019 yang sebesar US$ 2,76 miliar naik 14,75% (yoy). Begitu pula jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, Februari 2019 yang hanya US$ 721,9 juta, sedangkan di Bulan Maret 2019 US$ 845 juta, atau mengalami kenaikkan 17,05% (mtm).
  • Mesin atau pesawat mekanik; impor mesin atau pesawat mekanik secara kumulatif dari Bulan Januari hingga Maret 2019 yang sebesar US$ 6,52 miliar naik 2,90% (yoy). Begitu pula jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, Februari 2019 yang hanya US$ 2,06 miliar, sedangkan di Bulan Maret 2019 US$ 2,18 miliar, atau mengalami kenaikan 6,01% (mtm).
Komoditas yang impornya turun:

  • Kapal terbang dan bagiannya; impor kapal terbang secara kumulatif dari Bulan Januari hingga Maret 2019 yang sebesar US$ 111,3 juta turun 67,13% (yoy). Begitu pula jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, Februari 2019 yang sebesar US$ 37,1 juta, di Bulan Maret 2019 hanya sebesar US$ 17,1 juta, atau mengalami penurunan 53,91% (mtm).
  • Kapal laut dan bangunan terapung; impor kapal lau dan bangunan terapung secara kumulatif dari Bulan Januari hingga Maret 2019 yang sebesar US$ 130 juta turun 54,19% (yoy). Begitu pula jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, Februari 2019 yang sebesar US$ 71 juta, di Bulan Maret 2019 hanya sebesar US$ 23,3 juta, atau mengalami penurunan 67,32% (mtm).
  • Bahan bakar mineral, impor bahan bakar mineral secara kumulatif dari Bulan Januari hingga Maret 2019 yang sebesar US$ 318,2 juta turun 35,17% (yoy). Begitu pula jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, Februari 2019 yang sebesar US$ 115 juta, di Bulan Maret 2019 hanya sebesar US$ 87,5 juta, atau mengalami penurunan 23,91% (mtm).
  • Bijih, kerak, dan abu logam; impor bijih, kerak, dan abu logam secara kumulatif dari Bulan Januari hingga Maret 2019 yang sebesar US$ 120,2 juta turun 26,89% (yoy). Begitu pula jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, Februari 2019 yang sebesar US$ 58,7 juta, di Bulan Maret 2019 hanya sebesar US$ 29,2 juta, atau mengalami penurunan 50,26% (mtm).
  • Mesin dan peralatan listrik; impor mesin dan peralatan listrik secara kumulatif dari Bulan Januari hingga Maret 2019 yang sebesar US$ 4,40 miliar turun 13,46% (yoy). Namun, jika dibandingkan dengan Bulan Februari 2019 yang hanya sebesar US$ 1,23 miliar, impor komoditas ini naik 17,04% (mtm), karena di Bulan Maret 2019 mencapai US$ 1,45 miliar.
  • Perhiasan dan permata; impor perhiasan dan permata secara kumulatif dari Bulan Januari hingga Maret 2019 yang sebesar US$ 364,8 juta turun 1,16% (yoy). Namun, jika dibandingkan dengan Bulan Februari 2019 yang hanya sebesar US$ 63 juta, impor komoditas ini naik 155,56% (mtm), karena di Bulan Maret 2019 mencapai US$ 161 juta.






(dru) Next Article Impor RI Anjlok Tanda Industri Tak Berjalan Normal

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular