Jokowi Vs Prabowo di Mata Konsultan & Media Asing

Rehia Indrayanti Beru Sebayang, CNBC Indonesia
11 April 2019 09:22
Namun, mereka juga tidak menutup kemungkinan pasangan Prabowo-Sandiaga bisa menang di pemilu kali ini.
Foto: Debat Pertama Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden RI (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Jelang pemilihan presiden pada 17 April 2019 mendatang, konsultan asing dan beberapa laporan di media asing ramai-ramai memproyeksikan kemenangan dan mengunggulkan Joko Widodo-Ma'ruf Amin dibandingkan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Namun, mereka juga tidak menutup kemungkinan pasangan Prabowo-Sandiaga bisa menang di pemilu kali ini.

Pada tanggal 17 April mendatang, untuk pertama kalinya dalam sejarah, pemilihan presiden dan para anggota legislatif akan dilakukan serentak.
Mereka yang akan dipilih adalah sepasang presiden dan wakil presiden, 575 anggota DPR RI, 136 anggota DPD, 2.207 anggota DPRD provinsi, dan 17.610 anggota DPRD kota/kabupaten.



Jokowi lebih berpeluang menang
Proyeksi pertama datang dari konsultan Roy Morgan, yang memprediksi Jokowi akan merebut setidaknya 56,5% suara pemilih di survei Maret. Angka itu turun dibanding proyeksi yang dirilis Januari lalu di mana pasangan Jokowi-Amin bisa merebut suara hingga 58%.

Sementara kompetitornya, Prabowo, dari hasil survei justru mengalami kenaikan 1,5% jadi 43,5%. Sebelumnya, pada survei Januari pasangan nomor urut 02 itu bisa meraup 42%. Meskipun hasil akhirnya masih akan kalah dibanding Jokowi.

Direktur Riset Wood Mackenzie Andrew Harwood pun memproyeksi Jokowi akan mampu mempertahankan posisinya untuk lima tahun ke depan.
"Kami memperkirakan Presiden Jokowi akan sekali lagi mengalahkan lawannya, Prabowo Subianto, dan mengamankan masa jabatan lima tahun kedua," ujar Andrew, Rabu (10/4/2019).

Jokowi Vs Prabowo di Mata Konsultan & Media AsingFoto: Presiden Joko Widodo (Jokowi) (dok. Setkab)


Sebelumnya, Senin (8/4/2019), kolumnis Reuters, Clara Ferreira-Marques pun menjagokan Jokowi. Ia menyebutkan bahwa Jokowi sedang menuju kemenangan pilpres keduanya setelah 2014 lalu berhasil mengalahkan pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.

"Lima tahun pertamanya mencatatkan beberapa kesuksesan, termasuk di bidang infrastruktur," katanya.

Selajan dengannya, analis The Economist Intelligence Unit Anwita Basu juga menyebut Jokowi telah mencatatkan kinerja yang baik di berbagai bidang, termasuk ekonomi, selama pemerintahannya. Hal itu membuatnya berpeluang menang lagi dalam pemilu.

"Terpilihnya kembali Jokowi dapat memastikan berlanjutnya reformasi bisnis dalam lima tahun ke depan," tulisnya.



Bagaimana jika Prabowo menang?
Sementara itu untuk Prabowo, Ferreira-Marques menyebut kemenangan Jokowi dari Prabowo di pemilu 2014 lalu sangatlah tipis, yaitu hanya enam persen. Ini adalah hasil paling ketat dalam sejarah pemilu di Indonesia.

"Prabowo lebih baik dalam meraih suara Islam konservatif dan menyampaikan nada nasionalis, dengan menjanjikan, misalnya, meninjau kembali investasi China (di Indonesia)," tulisnya.

Sejalan dengan Ferreira-Marques, Anwita Basu pun berpendapat ada kemungkinan Prabowo menang. Namun, apabila Prabowo memenangkan pemilu nanti, ia menyebut kebijakan ekonomi di Indonesia akan berubah menjadi populis.

"Resep kebijakan Prabowo dapat mengancam stabilitas makroekonomi Indonesia, dan pendekatan proteksionisnya dapat menakut-nakuti investor asing," katanya.

Jokowi Vs Prabowo di Mata Konsultan & Media AsingFoto: Suasana Kampanye Akbar Prabowo-Sandi di SUGBK. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)


Sementara itu, media the ASEAN Post menyebut, dalam mengungkapkan visinya untuk Indonesia, Prabowo dipandang suka membuat janji dengan berlandaskan pada pendekatan ekonomi kerakyatan dengan tujuan menciptakan lapangan kerja, meningkatkan daya beli dan mempromosikan industrialisasi.

Hal itu lantaran Prabowo memiliki pandangan politik konservatif dan berlatar belakang pendidikan militer. Media itu juga menyebut janji populis Prabowo mungkin tampak menarik, namun pandangan yang lebih dekat ke dalam rencana ekonominya mengungkapkan bahwa mereka tidak memiliki kebijakan ekonomi yang kredibel.

"Jokowi harus berhati-hati, karena ada kekhawatiran tentang depresiasi rupiah, meningkatnya biaya hidup dan pengangguran kaum muda. Jika tidak segera diatasi, masalah ini bisa sangat merugikannya," tulis the ASEAN Post, pada 14 Februari 2019.

Simak video debat capres keempat antara Jokowi dan Prabowo di bawah ini.

[Gambas:Video CNBC]
(miq/miq) Next Article 3 Kegagalan Jokowi di Sektor Ekonomi Menurut Prabowo-Sandiaga

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular