
Konsultan Asing Ramai-ramai Unggulkan Jokowi Menang Pilpres
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
10 April 2019 11:54

Jakarta, CNBC Indonesia- Jelang pemilihan presiden pada 17 April 2019 mendatang, konsultan asing ramai-ramai memproyeksikan kemenangan dan mengunggulkan Joko Widodo- Ma'ruf Amien melawan Prabowo Subianto - Sandiaga Uno.
Proyeksi pertama datang dari konsultan Roy Morgan, yang memprediksi Jokowi akan merebut setidaknya 56,5% suara pemilih di survei Maret. Angka ini turun cukup signifikan dibanding proyeksi yang dirilis Januari lalu di mana pasangan Jokowi-Amin bisa merebut suara hingga 58%.
Sementara kompetitornya, Prabowo, dari hasil survei justru sukses naik 1,5% jadi 43,5%. Sebelumnya, pada survei Januari pasangan nomor urut 02 ini bisa meraup 42%. Meskipun hasil akhirnya masih akan kalah dibanding Jokowi.
Analisis Roy Morgan, Jokowi unggul di daerah-daerah seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sumatera bagian selatan. Sementara Prabowo bisa mencuri perhatian di Jakarta, Jawa Barat, Sumatera Barat, dan sebagian pulau Sulawesi serta Kalimantan.
Namun, jika melihat suara pemilih di daerah terpencil, Jokowi unggul telak hingga 63%. Persaingan ketat akan terasa di daerah urban atau perkotaan.
Sementara, Direktur Riset Wood Mackenzie, Andrew Harwood, memproyeksi Jokowi akan mampu mempertahankan posisinya untuk 5 tahun ke depan.
"Kami memperkirakan Presiden Jokowi akan sekali lagi mengalahkan lawannya, Prabowo Subianto, dan mengamankan masa jabatan lima tahun kedua," ujar Andrew, Rabu (10/4/2019).
Isu Nasionalisasi a La Jokowi Jelang Pemilu
Namun, lanjutnya, ada sejumlah hal yang mesti diperhatikan oleh pemerintah di sektor energi. Misalnya, imbuh Andrew, kondisi Indonesia yang saat ini menghadapi kesenjangan permintaan-penawaran yang terus meningkat, seiring dengan peningkatan permintaan energi di tanah air, sementara produksi domestik terus menurun, terutama di sisi minyak.
Selain itu, Indonesia juga mengalami penurunan tingkat investasi dalam eksplorasi dan pengembangan eksplorasi karena investor khawatir tentang peraturan yang kompleks dan persyaratan fiskal yang menantang.
Menjelang pemilu, kita juga melihat peningkatan dalam nasionalisasi, misalnya ketika perusahaan minyak nasional, PT Pertamina (Persero) mengambil alih beberapa kontrak wilayah kerja atau blok yang sudah habis, menggantikan kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) sebelumnya, yang notabene adalah perusahaan minyak internasional.
Kendati demikian, lanjut Andrew, pihaknya percaya Pertamina memiliki banyak pekerjaan penting untuk digarap, dan oleh karena itu ada kebutuhan untuk mendatangkan mitra yang dapat menyokong modal dan teknologi untuk membantu Pertamina mengoperasikan beberapa aset strategis yang telah diambil alih tersebut.
(gus/gus) Next Article 3 Kegagalan Jokowi di Sektor Ekonomi Menurut Prabowo-Sandiaga
Proyeksi pertama datang dari konsultan Roy Morgan, yang memprediksi Jokowi akan merebut setidaknya 56,5% suara pemilih di survei Maret. Angka ini turun cukup signifikan dibanding proyeksi yang dirilis Januari lalu di mana pasangan Jokowi-Amin bisa merebut suara hingga 58%.
Analisis Roy Morgan, Jokowi unggul di daerah-daerah seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sumatera bagian selatan. Sementara Prabowo bisa mencuri perhatian di Jakarta, Jawa Barat, Sumatera Barat, dan sebagian pulau Sulawesi serta Kalimantan.
Namun, jika melihat suara pemilih di daerah terpencil, Jokowi unggul telak hingga 63%. Persaingan ketat akan terasa di daerah urban atau perkotaan.
Sementara, Direktur Riset Wood Mackenzie, Andrew Harwood, memproyeksi Jokowi akan mampu mempertahankan posisinya untuk 5 tahun ke depan.
"Kami memperkirakan Presiden Jokowi akan sekali lagi mengalahkan lawannya, Prabowo Subianto, dan mengamankan masa jabatan lima tahun kedua," ujar Andrew, Rabu (10/4/2019).
![]() |
Isu Nasionalisasi a La Jokowi Jelang Pemilu
Namun, lanjutnya, ada sejumlah hal yang mesti diperhatikan oleh pemerintah di sektor energi. Misalnya, imbuh Andrew, kondisi Indonesia yang saat ini menghadapi kesenjangan permintaan-penawaran yang terus meningkat, seiring dengan peningkatan permintaan energi di tanah air, sementara produksi domestik terus menurun, terutama di sisi minyak.
Selain itu, Indonesia juga mengalami penurunan tingkat investasi dalam eksplorasi dan pengembangan eksplorasi karena investor khawatir tentang peraturan yang kompleks dan persyaratan fiskal yang menantang.
Menjelang pemilu, kita juga melihat peningkatan dalam nasionalisasi, misalnya ketika perusahaan minyak nasional, PT Pertamina (Persero) mengambil alih beberapa kontrak wilayah kerja atau blok yang sudah habis, menggantikan kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) sebelumnya, yang notabene adalah perusahaan minyak internasional.
Kendati demikian, lanjut Andrew, pihaknya percaya Pertamina memiliki banyak pekerjaan penting untuk digarap, dan oleh karena itu ada kebutuhan untuk mendatangkan mitra yang dapat menyokong modal dan teknologi untuk membantu Pertamina mengoperasikan beberapa aset strategis yang telah diambil alih tersebut.
(gus/gus) Next Article 3 Kegagalan Jokowi di Sektor Ekonomi Menurut Prabowo-Sandiaga
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular