Ketika Mendag Berbagai Zaman Datangi Kantor Enggartiasto

Samuel Pablo, CNBC Indonesia
11 March 2019 20:06
Menteri Perdagangan dari berbagai era hadir di kantor Kementerian Perdagangan siang tadi (11/3/2019).
Foto: Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengundang Para mantan menteri perdagangan yang hadir antara lain Arifin Siregar (Menteri Perdagangan 1988-1993), Mohammad “Bob” Hasan (Menteri Perindustrian dan Perdagangan 1998), Rahardi Ramelan (Menteri Perindustrian dan Perdagangan 1998-1999), Mari Elka Pangestu (Menteri Perdagangan 2004-2011), Gita Wirjawan (Menteri Perdagangan 2011-2014), Bayu Krismurthi (Wakil Menteri Perdagangan 2011-2014 dan Plt. Menteri Perdagangan 2014) serta Muhammad Lutfi (Menteri Perdagangan 2014). (CNBC Indonesia/Samuel Pablo)
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Perdagangan dari berbagai era hadir di kantor Kementerian Perdagangan siang tadi (11/3/2019).

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengundang mereka untuk mendiskusikan isu-isu perdagangan baik global maupun dalam negeri, menjelang Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Kemendag yang akan diselenggarakan esok.

Para mantan menteri perdagangan yang hadir antara lain Arifin Siregar (Menteri Perdagangan 1988-1993), Mohammad "Bob" Hasan (Menteri Perindustrian dan Perdagangan 1998), Rahardi Ramelan (Menteri Perindustrian dan Perdagangan 1998-1999), Mari Elka Pangestu (Menteri Perdagangan 2004-2011), Gita Wirjawan (Menteri Perdagangan 2011-2014), Bayu Krisnamurthi (Wakil Menteri Perdagangan 2011-2014 dan Plt. Menteri Perdagangan 2014) serta Muhammad Lutfi (Menteri Perdagangan 2014).

Usai pertemuan, Enggar mengungkapkan banyak masukan yang diberikan oleh para pendahulunya, mulai dari soal defisit neraca perdagangan, perdebatan soal impor, hingga stabilisasi harga di pasar dalam negeri.

Ketika Mendag Berbagai Zaman Datangi Kantor EnggartiastoFoto: Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengundang Para mantan menteri perdagangan yang hadir antara lain Arifin Siregar (Menteri Perdagangan 1988-1993), Mohammad “Bob” Hasan (Menteri Perindustrian dan Perdagangan 1998), Rahardi Ramelan (Menteri Perindustrian dan Perdagangan 1998-1999), Mari Elka Pangestu (Menteri Perdagangan 2004-2011), Gita Wirjawan (Menteri Perdagangan 2011-2014), Bayu Krismurthi (Wakil Menteri Perdagangan 2011-2014 dan Plt. Menteri Perdagangan 2014) serta Muhammad Lutfi (Menteri Perdagangan 2014). (CNBC Indonesia/Samuel Pablo)


"Dalam pertemuan tadi kita semua sependapat, jangan melihat defisit kita semata-mata pada angka saat ini, tapi lihat juga impor yang tinggi itu karena bahan baku/barang modal. Artinya, investasi dan pembangunan kita meningkat dan baru akan dinikmati beberapa tahun kemudian," jelas Enggar dalam konferensi pers, Senin (11/3/2019).

"Pak Rahardi mengingatkan soal amandemen UU Monopoli dan Persaingan Usaha. Lalu ada beberapa toko yang ditemui beliau, karena tidak ada pembatasan lantas menjual 100% produk asing, nah kenapa tidak dikombinasikan? Ada kegalauan dan kerisauan soal masalah ini," imbuhnya.

Dalam pertemuan itu, Arifin Siregar juga mengingatkan tentang pentingnya meningkatkan daya saing produk dalam negeri melalui efisiensi. Lalu, Gita Wirjawan menekankan relokasi dan dislokasi industri dari China sebagai peluang yang harus diambil bagi peningkatan investasi dalam negeri.

Sementara itu, Mari Elka menjelaskan beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk menggenjot ekspor dalam jangka pendek dan menengah.

Untuk jangka pendek, pemerintah harus mengatasi hambatan yang dihadapi eksportir RI saat ini, baik itu clearance of goods maupun masalah pajak dan bea keluar. Adapun untuk jangka menengah, Mari menekankan pada peningkatan daya saing

"Dunia sudah berubah, kita tidak bisa bergantung pada komoditas SDA dan produk tertentu. Lalu soal global value chain, bagaimana kita meningkatkan potensi industri otomotif supaya kita bisa jadi regional hub. Jangan hanya manufaktur, tapi juga harus fokus pada ekspor jasa dan efisiensi logistik," jelas Mari.

Terkait stabilisasi harga dan pangan, para menteri perdagangan sepakat bahwa data dan perhitungan kebutuhan yang lebih baik sangatlah penting.

"Ini supaya impor tidak dianggap haram, tapi untuk melengkapi pemenuhan kebutuhan dalam negeri supaya harga tidak naik. Efisiensi distribusi juga penting supaya harga produk lokal tetap bersaing," tambahnya.

Rahardi Ramelan mengungkapkan, urusan perdagangan dalam negeri, termasuk stabilisasi harga, sebenarnya termasuk satu dari sekian hal yang didelegasikan ke pemerintah daerah usai adanya otonomi daerah.

"Sehingga banyak yang diatur bupati, bukan pemerintah pusat saja. Jadi, koordinasi dan kerja sama Kemendag dengan daerah dan lembaga lain seperti Bulog sangat penting," kata Hadi, sapaan akrabnya.

Enggar kembali menegaskan, fokus pemerintah saat ini adalah menjaga keseimbangan antara harga, pasokan dan serapan produk petani.

"Petani sebenarnya tidak perlu khawatir saat harga jatuh, karena Bulog akan serap produk mereka melalui harga tertentu. Yang penting adalah stabilisasi harga, serap pasokan dalam negeri sebanyak mungkin dan kalau memang sangat diperlukan ya impor," pungkas Mendag.






(dru) Next Article Ruang Kerja Digeledah KPK, Ini Pembelaan Mendag Enggartiasto

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular