Karena Michael Jackson, Sony Music Bisa Kehilangan Rp 3,5 T

Linda Sari, CNBC Indonesia
07 March 2019 15:50
Sony Music terancam kehilangan Rp 3,5 T
Foto: Karya seni oleh Yan Pei-Ming pada pameran
Jakarta, CNBC Indonesia - Sony Music terancam kehilangan royalti dari legenda musik pop, Michael Jackson. Sony sebelumnya sudah mengumumkan kesepakatan global dengan Jackson Estate pada Desember 2017 dan deal tersebut mulai berlaku pada 1 Januari 2018.

Dikutip dari The Wall Street Journal, Sony Music meneken kesepakatan senilai US$ 250 juta atau sekitar Rp 3,5 triliun (asumsi Rp 14.000/dolar AS) pada 2018 untuk hak mendistribusikan rekaman Michael Jackson selama 7 tahun.

Kendati demikian, tampaknya kerja sama itu akan terhenti setelah film dokumenter eksplosif dari HBO yakni Leaving Neverland ditayangkan.

Foto: Sony Music by billboard

Film dokumenter itu menayangkan kesaksian dua pria yang menceritakan bahwa mereka pernah dilecehkan sebanyak ratusan kali oleh Michael Jackson, sewaktu mereka masih usia belia, tujuh dan 10 tahun.


Fakta ini 
tentunya memungkinkan bagi pihak manajemen Sony berhenti memperoleh royalti dari layanan streaming musik dan stasiun radio yang memutar lagu-lagu dari katalog penyanyi yang sudah meninggal pada 25 Juni 2009 itu.

Sementara itu layanan dari Spotify dan Apple Music terkait musik Jackson setelah film dokumenter HBO itu tayang juga tidak akan tersedia sampai minggu depan. Padahal, jumlah permintaan musiknya meningkat, terlepas dari apakah berita itu baik atau buruk.

Penayangan film dokumenter terkait tokoh musik berpengaruh pada permintaan pemutaran lagu-lagu milik penyanyi terkait. Misalnya pada Januari lalu, setelah Lifetime menayangkan seri film dokumenter "Surviving R. Kelly" tentang R. Kelly, lagu-lagu penyanyi R&B ini menghasilkan lebih dari 4 juta pemutaran sesuai permintaan di AS, menurut Billboard. Permintaan itu melesat 116% dari dari sebelum serial itu tayang.

Sebelumnya, Leaving Neverland ditayangkan di HBO dalam dua bagian pada Minggu dan Senin. Film dokumenter itu merinci profil dari dua pria yang mengatakan bahwa Jackson telah melecehkan mereka ketika mereka masih anak-anak.

Jika di layanan streaming online bisa mendapatkan masalah, jaringan radio besar juga berpotensi menarik lagu-lagu Jackson untuk sementara waktu sampai sentimen para pendengar tentang Jackson mulai membaik.

Sejauh ini, beberapa stasiun radio di Kanada dan Selandia Baru telah memutuskan untuk tidak memutar musik Jackson kecuali jika itu adalah bagian dari berita. Dalam kedua kasus ini, jaringan media yang memiliki stasiun radio juga mengambil perubahan pendapat publik tentang Jackson sebagai alasan.
Foto: Karya seni oleh Yan Pei-Ming pada pameran "On the Wall" yang didedikasikan untuk penyanyi Michael Jackson di Grand Palais di Paris. REUTERS/Benoit Tessier

Tak bisa dipungkiri, saluran radio tetap menjadi penghasil uang besar bagi perusahaan musik. Deloitte memperkirakan bahwa pendapatan radio global saat ini bisa mencapai US$ 40 miliar (Rp 560 triliun) pada 2019, naik 1% dari 2018. 

Perusahaan analisis data juga memperkirakan lebih dari 85% populasi orang dewasa akan mendengarkan radio setidaknya sekali seminggu.

"Banyak pembaca mungkin mencemooh prediksi kuat untuk radio. Itu tidak mungkin benar tidak ada yang mendengarkan radio lagi. Tetapi radio umumnya diremehkan. Radio adalah suara yang berbisik di telinga kita, di latar belakang makan malam, di kantor, atau saat mengendarai mobil," tulis Duncan Stewart, Direktur Riset untuk Teknologi, Media dan Telekomunikasi Deloitte Kanada, dalam sebuah laporan pada Desember 2018.


(tas) Next Article Game of Thrones Dongkrak Pelanggan HBO Hingga 91%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular